Metode Mendapatkan Sanad Al Qur'an

Metode Mendapatkan Sanad Al Qur'an

Metode Mendapatkan Sanad Al Qur'an

Belajar membaca Al Qur'an itu ada dua metode; 

1. Murid membaca di depan guru. Metode ini adalah yang digunakan dan diakui sejak zaman salaf hingga khalaf. 

2. Murid mendengarkan bacaan guru. Secara riwayat memang metode inilah yang digunakan oleh para sahabat dahulu saat berguru kepada Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi tidak ada satupun dari para Qurra' yang mengadopsi metode ini. Alasannya jelas, karena maksud dari belajar membaca Al Qur'an adalah belajar cara mengucapkannya hingga benar dan bagus, dan tidak semua murid yang telah mendengar bacaan gurunya lalu bisa menirukannya dengan sama persis. Oleh karenanya maka murid harus membaca juga di depan guru, agar bisa dikoreksi bacaannya. Jadi, tidak bisa seseorang belajar membaca Al Qur'an secara otodidak hanya dengan menyimak video YouTube saja, apalagi hanya dengan mendengarkan suara MP3, sebab tidak ada yang akan mengoreksi bacaannya jika ternyata salah.

Lalu mengapa Kanjeng Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencukupkan cara belajar para sahabat radhiyallahu 'anhum dengan hanya mendengar bacaan beliau?

Al Qur'an itu turun dalam bahasa mereka, dan lisan mereka pun fasih, jadi mereka pun mampu menirukan persis seperti apa yang mereka dengar langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Cara yang pertama di atas juga didukung dengan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sendiri. Beliau setiap tahun, pada bulan Ramadhan, juga membaca di depan Malaikat Jibril 'alaihissalam. Murid, dalam hal ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, membaca di depan guru, yaitu Jibril 'alaihissalam, dan guru menyimak bacaan murid.

Saat Imam Ibnul Jazari radhiyallahu 'anhu berkunjung ke Kairo, banyak orang yang ingin mentahsin bacaan mereka kepada beliau, tapi karena waktu yang tidak mencukupi jika semua orang itu beliau simak satu persatu, maka beliau pun membacakan satu ayat di hadapan mereka lalu mereka menirukannya secara bersamaan. Beliau menganggap tidak cukup jika mereka hanya mendengarkan bacaan beliau saja.

Lalu jika muridnya banyak, sedangkan waktunya tidak banyak, bolehkah seorang guru menyimak bacaan beberapa murid dalam satu waktu?

Boleh saja, asalkan guru masih bisa mengetahui bila diantara mereka ada yang salah baca. Ini seperti yang dilakukan oleh Imam As Sakhawi, beliau biasa menyimak setoran dua atau tiga muridnya dalam satu waktu, dan beliau tahu setiap ada diantara mereka yang salah baca.

Dengan demikian bisa di-mafhum juga bahwa seorang guru menyimak bacaan muridnya sambil melakukan kesibukan lain pun boleh, seperti sambil menulis atau muthala'ah kitab, dengan syarat seperti di atas, tau jika ada yang salah dalam bacaan si murid.

Lalu apakah untuk meriwayatkan atau memperoleh sanad bacaan Al Qur'an harus dengan hafalan/ tahfizh?, zhahirnya, hafalan tidak menjadi syarat, jadi boleh mengambil riwayat atau sanad Al Qur'an bin nazhar.

Keterangan di atas bisa dibaca dalam kitab Zubdatul Itqan karya Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, hal. 51-52 cet. Darul Hawi

-•×•-

Toko Buku & Kitab

MAKTABAH DARUN NAJAH

https://wa.me/6287761766288

Sumber FB Ustadz : Ahmad Atho

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Metode Mendapatkan Sanad Al Qur'an". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait