Tidak Menganggur Dari Aktifitas Amal Ketaatan

Tidak Menganggur Dari Aktifitas Amal Ketaatan

TIDAK MENGANGGUR DARI AKTIFITAS AMAL KETAATAN 

Sarinyala.id 

Dalam menjalani hidup dan kehidupan, hendaknya jangan ada kevakuman. Karena, kevakuman itu hanya akan memberikan celah bagi syetan untuk masuk, sehingga kita justru disibukkan dgn hal² yg sia².

Tiada Menganggur 

Tidak boleh ada kata menganggur bagi setiap seorang muslim, tapi harus terus disibukkan dgn melakukan amal² kebaikan. Inilah prinsip lugas, yg disampaikan dalam ayat Alquran, tepatnya dalam surat Al-Insyirah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿ ١﴾ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ﴿ ٢﴾ الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ﴿ ٣﴾ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿ ٤﴾ فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿ ٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿ ٦﴾ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ﴿ ٧﴾ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ ﴿ ٨﴾

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad) ? dan Kami pun telah menghilangkan bebanmu darimu, yg memberatkan punggungmu ? Dan Kami tinggikan sebutan (nama)-mu bagimu. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yg lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah : 1-8).

Surat Alam Nasrah diatas, merupakan motivasi bahwa seorang Muslim adalah sosok pekerja keras, bukan pemalas. Seorang Muslim sejati adalah pekerja keras yg berharap hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Surat Al Insyirah tsb juga berisi motivasi bagi para pejuang, penyemangat bagi para petarung, dan pekerja amal² kebaikan.

Allah subhanahu wa ta'ala memberikan jaminan bahwa setelah umat Islam bersusah payah, bekerja keras dan beraktifitas kebaikan dalam hidup, maka ketahuilah, setelahnya Allah subhanahu wa ta'ala akan membukakan jalan² kemudahan. 

Menariknya, di akhir surat ini, meskipun Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam justru menghadapi urusan yg berat, tetapi Allah subhanahu wa ta'ala justru memerintahkannya untuk terus berjuang, bekerja, dan melakukan amal² dakwah. Jangan berpangku tangan, jangan bermalas²an, dan jangan mengabaikan waktu yg terus berjalan.

Waktu Longgar Yang Berkualitas 

Namun terkadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak longgar, karena kesibukannya dgn penghidupan duniawi. Dan kadang² manusia itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan ketaatan (menganggur untuk dunia dan akhiratnya, maka dia adalah orang yg tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yg keuntungannya akan nampak di akhirat.

إني لأبغض الرجل أن أراه فارغا ليس في شيء من عمل الدنيا ولا عمل الآخرة،

Al-Imam Abul A'la Musayyab bin Rafi' Al-Kufi rahimahullah (wafat 105 H / 723 M di Kufah) : "Sungguh aku sangat benci melihat orang yg menganggur, tidak bekerja untuk dunianya dan tidak pula beramal untuk akhiratnya." (Kitab Az-Zuhdu Karya Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah wafat 2 Agustus 855 M, Bagdad, Irak).

Dalam Kitab Shifatush Shafwah (1/201) karya Al-Imam Jamaluddin Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali Al-Qurasyi Al-Bagdadi Al-Hambali atau Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu (wafat 16 Juni 1201 M di Bagdad, Irak), dari Sahabat Abdullah bin Masud radhiyallahu ‘anhu (wafat 650 M di Jannatul Baqi' Madinah) berkata :

إِنِّيْ لأُبْغِضُ الرَّجُلَ أَنْ أَرَاهُ فَارِغاً لَيْسَ فِي شَيْءٍ مِنْ عَمَلِ الدُّنْيَا، وَلَا فِيْ عَمَلِ الآخِرَةِ

“Sungguh, aku benci melihat seseorang yg tidak melakukan aktivitas apapun. Ia tidak melakukan perbuatan yg bermanfaat untuk dunianya, tidak pula melakukan amalan yg bermanfaat untuk akhiratnya". (HR. Imam Ath-Thabrani rahimahullah wafat 971 M di Isfahan Iran dalam Kitab Mujam Al-Kabir).

Jika lepas dari aktifitas ketaatan maka bahaya terbesar yg akan dialami seorang hamba adalah adanya waktu nganggur atau waktu luang. Karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disebutkan dgn yg manfaat, pasti dia akan sibuk dgn hal yg membahayakannya".

Dari perkataan Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Al-Hanbali rahimahullah (wafat 15 September 1350 M, di Damaskus, Suriah) dalam Kitab Tariq Al-Hijratain Wa Babus Sa'adatain menjelaskan, adanya potensi bahaya, ketika seseorang menganggur ataupun mempunyai waktu luang. Hal itu bisa menjadi potensi berbahaya bagi manusia, membuka peluang setan untuk menggoda dan mengajak manusia untuk aktivitas maksiat. Karena itu, para sahabat juga membenci adanya orang yg menggangur. 

Diriwayatkan Amirul Mukminin Sayyidina Umar Bin Khattab radliyallahu anhu (wafat 3 November 644 M, Masjid Nabawi Madinah), termaktub dalam Kitab Kanzul Ummal Fi Sunanil Aqwal Wal Af'al karya As-Syaikh Al-Imam Al-Kabir Al-Muhaddits Ali bin Husam Al-Din bin Abdul Malik bin Qadli Khan Al-Muttaqi Asy-Syadzili Al-Madani atau Syaikh Al-Muttaqi Al-Hindi rahimahullah (wafat 975 H / 1567 M di Madhya Pradesh, India) yaitu :  "Sungguh, kadang aku melihat lelaki yg membuatku terkagum. Lalu aku tanyakan, apa pekerjaannya. Jika mereka menjawab 'pengangguran', orang itu langsung jatuh wibawanya di hadapanku".

Suatu hari Abu Darda’ Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (wafat 652 M, Damaskus, Suriah) sedang tawaf di depan ka’bah, kemudian ia mengatakan kepada para sahabatnya :

أليس إذا أراد أحدكم سفرا يستعد له بزاد ؟ قالوا: نعم, قال: فسفر الآخرة أبعد مما تسافرون !

"Apakah jika salah seseorang dari kalaian mau bepergian akan menambah persiapannya ? Mereka mengatakan ya, kemudian beliau berkata, sesungguhnya perjalanan menuju akhirat lebih jauh dari perjalanan dunia kalian."

Perjalanan menuju akhirat membutuhkan kesungguhan dalam amal, dgn menggunakan dua hal yg sering diabaikan oleh manusia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam  yg diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (wafat 687 M di Masjid Ibnu Abbas Kota Thaif) :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Ada dua kenikmatan yg banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Imam Bukhari rahimahullah wafat 870 M di Bukhara Uzbekistan)

Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu mengatakan, apabila seseorang mendapatkan dua hal ini, waktu luang dan sehat kemudian tidak bisa membawanya dalam keta’atan, amalan dan fadhilah² lainnya, maka termasuk orang yg merugi". (Kitab Kasyful Musykil Min Hadits Ash-Shahihain karya Imam Ibnul Jauzi rahimahullah).

Al-Hafidh Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kinani Al-Mishri Asy-Syafii Al-Asy'ari atau Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah (wafat 2 Februari 1449 M di Kairo, Mesir) berkata : “Kenikmatan adalah keadaan yg baik, ada yg mengatakan kenikmatan adalah manfaat yg dilakukan dgn bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain". (Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari).

Al-Imam Abu Hasan Ali bin Khalaf bin Abdul Malik bin Baththal Al-Bakri Al-Qurthubi Al-Maliki atau Imam Ibnu Baththaal rahimahullah (wafat 449 H / 1057 M) berkata : “Makna hadits diatas, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yg longgar (punya waktu luang), sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa yg dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala terhadap nikmat yg telah Dia berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala adalah melaksanakan perintah²Nya dan menjauhi larangan²-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu maka dia adalah orang yang tertipu.” (Termaktub dalam Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah).

Aktifitas Amal Menjadi Ibadah

Ibadahnya orang yg lalai bisa dinilai adat atau kebiasaan saja sedangkan kebiasaan yang mubah atau secara adat yg dilakukan oleh orang² yg banyak ta’at kepada Allah subhanahu wa ta'ala yg demikian bisa dinilai ibadah.

Karena, hal² yg mubah dalam keduniaan, bisa bernilai ibadah ketika dilakukan oleh orang² yg muqorrobiin, hal itu mereka lakukan dalam rangka untuk membantu peribadahan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hal yg sama pun dikatakan dalam ilmu ushul fiqih sbg berikut : “Bahwa hal² yg mubah yg bersifat keduniaan, bisa bernilai ibadah di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala bagi orang² yg muqorrobin.

Semoga 

Dengan demikian, semoga kita semakin paham bagaimana membuat waktu dan diri kita tetap bermanfaat di setiap kesempatan. Menjadi diri yg lebih baik dan bersemangat dalam ketaatan. Waktu kita terbatas, maka bersegeralah !! Bersemangatlah !! Dan yakinlah bahwa dgn keinginan yg kuat akan tercipta amalan² hebat, yg kelak kita hadirkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, semoga kita semua termasuk di antara orang² yg bisa menggunakan waktu kita dgn baik untuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

Dari Abdullah bin 'Amru bin Ash radliyallahu anhu (616 M, Mekkah - 683 M, Mesir) ada doa yg diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

“Ya Allah, Dzat yg memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu !” (HR. Imam Muslim rahimahullah wafat 875 M di Naisabur Iran).

Berikut ini juga salah satu doa yg dapat dibaca untuk melunakkan hati, agar diringankan dan dimudahkan untuk berbuat baik. Lafal doa ini dapat dibaca pada setiap selesai shalat lima waktu. Ini doa merendahkan hati berbuat ibadah, dibaca tiap² lepas sembahyang lima waktu.

اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ والحمد لله رب العالمين.

“Ya Allah, bimbinglah jalan kami pada jalan ketaatan kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah ibadah kami. Sungguh, Kau maha mendengar lagi mengetahui. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya". (Kitab Perukunan Melayu; Jakarta, Alaydrus : tanpa tahun, halaman 49). 

Muallif Simtud Durrar Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi rahimahullah (wafat waktu dhuhur hari Ahad 20 Rabi'ul Akhir 1333 H / 7 Februari 1915 M, di kota Seiwun, Hadhramaut), mengajarkan sebuah doa agar Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup, namun tetap dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Doa ini dapat ditemukan pada Biografi Habib Ali Al-Habsyi Muallif Simtud Durar yg disusun Habib Husein Anis Al-Habsyi rahimahullah (wafat wafat pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 M atau 14 Syawal 1427 H pukul 12.55 WIB di sisi selatan Masjid Riyadh Solo) dan diterbitkan Pustaka Zawiyah. Berikut doanya :

اللّٰهُمَّ اجْعَلْ فِيْ طَاعَتِكَ فَرَحِيْ وَسُرُوْرِيْ, وَفِيْ مَرْضَاتِك جَمِيْعَ اُمُوْرِيْ.

"Ya Allah, jadikanlah kegembiraan dan kebahagiaanku dalam taat kepadamu, dan jadikanlah segala urusanku dalam keridhaan-Mu"

Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik

WEBSITE 

https://www.sarinyala.id/

Facebook Jama'ah Sarinyala https://www.facebook.com/groups/1811379799080690/?ref=share

Facebook 

https://www.facebook.com/sarinyala.id/

YOUTUBE MAJELIS NGAJI SARINYALA https://youtube.com/c/MAJELISNGAJISARINYALA

Twitter @hazanafa @Sarinyala_id

Instagram : ahmadzainialawi 

Sumber FB : Sarinyala.id

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Tidak Menganggur Dari Aktifitas Amal Ketaatan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait