Untuk Membahas Ketuhanan Perlu Nalar Lain

UNTUK MEMBAHAS KETUHANAN PERLU NALAR LAIN

UNTUK MEMBAHAS KETUHANAN PERLU NALAR LAIN

Imam Fakhruddin ar-Razi, imamnya ilmu aqliyat dan naqliyat, pernah memberikan rumus sederhana bagi mereka yang hendak membahas ketuhanan, yakni:

من أراد أن يشرع في الإلهيات؛ فليستحدث لنفسه فطرةً أخرى، فالإنسان - كما يتابع – إذا تأمل في أحوال الأجرام السفلية والعلوية، وتأمل في صفاتها، فذلك له قانون. وإذا أراد أن ينتقل منها إلى معرفة الربوبية؛ وجب أن يستحدث له فطرة أخرى وعقلا آخر، بخلاف العقل الذي اهتدى به إلى معرفة الجسمانيات

"Siapa yang hendak membahas teologi/ketuhanan, maka dia harus menyediakan kondisi mental yang lain bagi dirinya sendiri. Manusia pada dasarnya ketika memikirkan keadaan materi-materi mikrokosmos atau pun makrokosmos dan dia merenungkan sifat-sifatnya, maka hal itu mempunyai aturan hukumnya sendiri. Ketika dia hendak berpindah pada pengetahuan ketuhanan, maka dia wajib menghadirkan kondisi mental dan rasio yang lain yang berbeda dari rasio yang memberinya petunjuk pada pengetahuan dunia materi" (Fakhruddin ar-Razi, Asas at-Taqdis)

Aplikasi panduan Imam ar-Razi tersebut sebenarnya cukup sederhana. Ketika manusia membahas semesta secara umum, berlaku hukum fisika umum. Namun, ketika hendak membahas dunia sub-atomik, maka berlaku fisika kuantum yang punya nalar berbeda dan rumus-rumus berbeda. Padahal keduanya masih sama-sama dunia materi/fisik. Nah, ketika hendak membahas ketuhanan, maka buang semua aturan fisika materi tersebut dan persiapkan kondisi mental yang berbeda serta nalar rasional yang berbeda pula. Dengan cara ini, barulah misteri ketuhanan akan terpecahkan.

Orang-orang Taymiyun dan musyabbih secara umum (mencakup para ateis) tidak mampu menghadirkan kondisi mental yang baru ini sehingga mereka terjebak pada nalar materialisme hingga jatuh pada absurditas. Akhirnya, ketika membahas ketuhanan mereka masih saja mereka memaksakan hukum fisika yang berlaku di semesta makhluk ini sehingga tidak mampu melepaskan Tuhan dari unsur ruang, jarak, bentuk, waktu, materi dan arah fisikal. 

Karena itulah  selalu muncul pertanyaan lucu dan menggemaskan dari mereka. Sebagian berpikir seperti anak kecil yang mengira Tuhan adalah sosok berukuran super besar yang sedang duduk-duduk di singgasananya di ruang yang jauh di atas sana, sebagian lagi malah menafikan eksistensi Tuhan karena ilmu fisika modern tidak dapat menjangkau dan menganalisisnya. Maha Suci Allah dari prasangka mereka semua. 

________

Kenapa Tuhan tidak menampakkan diri agar tak ada ateis di dunia?

Jawaban:

Maunya Tuhan begitu. Bagi makhluk ini, Tuhan mau menjadi hal yang ghaib alias tidak terlihat dan tidak terjangkau, akan tetapi Tuhan memberikan banyak sekali tanda keberadaannya, bahkan di tubuh manusia itu sendiri banyak bukti keberadaan Tuhan. Siapa yang mampu melihat tanda-tanda ini dan beriman, maka dijanjikan surga. Siapa yang buta akan hal ini dan malah menolak untuk beriman, maka dijanjikan neraka.

Sejak awal Tuhan tidak berkehendak agar manusia beriman seluruhnya. Memang ada sebagian manusia yang diciptakan untuk menjadi penghuni neraka.

Ada makhluk lain yang dikehendaki berbeda, ada yang dikehendaki beriman semua, yakni Malaikat; Ada yang dikehendaki tidak beriman seluruhnya, yakni setan. Tuhan bebas berkehendak apa pun terhadap semesta yang nota bene adalah ciptaan dan propertinya. Manusia merasa bebas memakai sabun antiseptik yang membunuh seluruh kota besar organisme mikroskopis di tubuhnya, merasa bebas membunuh hewan di dunia dan memakannya, padahal manusia tidak menciptakan dan memberi kehidupan terhadap makhluk-makhluk malang tersebut. Manusia merasa berhak menentukan kehendaknya pada hewan lain yang tidak dia ciptakan. 

Anehnya, manusia yang nota bene makhluk super kecil di sebuah planet kecil bernama bumi yang di jagat raya ini tak lebih dari sekedar debu mikroskopis tak berharga protes pada Tuhan dan mempertanyakan kenapa Tuhan begini dan begitu seolah Tuhan adalah kolega yang harus mendengarkan ucapannya.

________

Manusia itu harus ditunjukkan pada Tuhan yang benar. Kalau tidak, maka mereka akan mencari tuhan-tuhan yang salah. Bahkan ateis pun menuhankan sesuatu dalam hidupnya dan menggantungkan keyakinan kepadanya, tapi bukan Tuhan yang benar tentunya.

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab ACHMAD

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Untuk Membahas Ketuhanan Perlu Nalar Lain". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait