Rahasia Dibalik Membaca Aamiin Setelah Berdoa

RAHASIA DIBALIK MEMBACA AAMIIN SETELAH BERDOA

RAHASIA DIBALIK MEMBACA AAMIIN SETELAH BERDOA

Sarinyala.id 

Mengapa perlu membaca ‘aamiin’ ? Karena, sebagian besar ulama’ berpendapat bahwa makna ‘aamiin’ adalah “Ya Allah, kabulkanlah doa kami”. Di dalam Surat Al-Fatihah, terdapat sebuah doa agar diberi petunjuk oleh Allah subhanahu wa ta'ala pada jalan yg lurus. Oleh sebab itu, doa kebaikan apapun harus diamini, dgn harapan Allah subhanahu wa ta'ala akan mengabulkan doa² tsb.


Alasan penting selanjutnya adalah ‘aamiin’ diucapkan untuk memperkuat sebuah doa dan menjadi penyebab Allah subhanahu wa ta'ala berkenan untuk menurunkan karunia-Nya. Hal ini disampaikan oleh Al-Imam Muqatil bin Sulaiman bin Basyir Al-Balkhi Al-Adzi Al-Maruzi Al-Khurasani atau Imam

Muqatil Bin Sulaiman rahimahullah (wafat 150 H / 767 M di Basrah Iraq), yg disebutkan oleh Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi Al-Maliki atau Imam Al-Qurthubi rahimahullah (wafat 29 April 1273 M di Mesir), di dalam kitab Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Quran atau Tafsir Al-Qurthubi.


Senada dgn yg disampaikan Imam Muqatil bin Sulaiman rahimahullah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah (wafat 29 Januari 661 M, Grand Mosque of Kufah, Irak) juga mengatakan bahwa ‘aamiin’ merupakan ‘segel’ dari Sang Pemilik Semesta Raya dan merupakan ‘segel’ untuk doa² hamba²-Nya. Ungkapan Sayyidini Ali bin Abi Thalib ini, tercantum di dalam kitab Al-Muharrar Al-Wajiz Fi Tafsir Kitab Al-Aziz karya Al-Imam Abu Muhammad ‘Abdul Haqq bin Galib bin ‘Abdurrahman bin Ghalib bin ‘Abdurrauf bin Tamam bin ‘Abdullah bin Tamam bin Athiyyah bin Khalid bin Athiyyah Al-Muharibi Ad-Dakhil atau Imam Ibn Athiyyah rahimahullah (wafat hari Jum'at 25 Ramadhan 541 H / 7 Maret 1147 M di Lorca, Murcia, Spanyol)


Selain karena ‘aamiin’ adalah pengunci agar doa mendapatkan ACC, ‘aamiin’ juga merupakan satu di antara keistimewaan yg dimiliki oleh umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, hingga membuat orang² Yahudi merasa iri hati. Hal ini dibuktikan dgn hadits yg diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah (wafat 887 M, Qazvin, Iran) dari Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha (wafat 678 M di Jannatul Baqi' Madinah) bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda :


عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ما حسدتكم اليهود على شيئ ما حسدتكم على السلام والتامين


"Orang² Yahudi tidak punya rasa dengki terhadap kalian, yg melebihi rasa dengki mereka terhadap ucapan salam dan aamiin". (hadits ini diambil dari kitab Sunan Ibnu Majah. Hadits ini dinyatakan sahih oleh Imam Al-Busyairi rahimahullah (wafat 1294 M di Aleksandria, Mesir; Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah wafat 923 M, Naisabur, Iran; dan Imam As-Safarini Al-Hanbali rahimahullah wafat 1774 M usia 73 tahun di Nablus Palestina).


Hadits tsb, secara redaksional mirip dgn riwayat Imam Bukhari rahimahullah (wafat 870 M di Bukhara Uzbekistan), dalam kitab Adabul Mufrad 1/342) :


عن عائشة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما حسدكم اليهود على شيء ما حسدوكم على السلام والتأمين. (الأدب المفرد :1 / 342)


Dari Aisyah Radhiyallahu Anha (wafat 678 M di Jannatul Baqi' Madinah) dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidak ada hal yg paling dirikan oleh orang Yahudi kepada dirimu, kecuali ucapan salam dan perkataan aamiin". (HR. Imam Bukhari rahimahullah wafat 870 M di Bukhara Uzbekistan)


Mengaminkan Doa Disyariatkan 


Mengaminkan do’a adalah juga adalah sesuatu yg disyariatkan, dan juga tidak ada perbedaan pandangan diantara para ulama,  sebagaimana sabda² Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sbg berikut :


لا يجتمع ملأ فيدعو بعضهم ويؤمن بعضهم إلا أجابهم الله (الطبرانى ، والحاكم ، والبيهقى) جامع الأحاديث – (17 / 36)


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah sekelompok orang berdo’a, kemudian saling mengaminkan, maka do’anya akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala". (HR. Imam Ath-Thabarani rahimahullah wafat 791 M di Isfahan Iran; Imam Al-Hakim An-Naisaburi Asy-Syafi'i rahimahullah dan Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi'i rahimahullah wafat 1066 M di Naisabur Iran, yg dikutip dari Kitab Jami’ul Ahadits).


Hadits riwayat Sahabat Zaid bin Tsabit An-Najjari Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu (wafat 665 M di Jannatul Baqi' Madinah) :


عن قيس المدني أن رجلا جاء زيد بن ثابت فسأل عن شيء فقال له زيد : عليك بأبي هريرة فبينا أنا وأبو هريرة وفلان في المسجد ندعو ونذكر ربنا عز و جل إذ خرج إلينا رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى جلس إلينا فسكتنا فقال : ” عودوا للذي كنتم فيه ” . فقال زيد : فدعوت أنا وصاحبي قبل أبي هريرة وجعل النبي صلى الله عليه و سلم يؤمن على دعائنا ثم دعا أبو هريرة فقال : اللهم إني سائلك بمثل ما سألك صاحباي وأسألك علما لا ينسى . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم آمين فقلنا يا رسول الله ونحن نسأل الله علما لا ينسى فقال سبقكما بها الدوسي رواه والنسائي في الكبرى والطبراني في الأوسط وصححه الحاكم


“Dari Qais Al-Madani rahimahumullah, bahwa seorang laki² mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu menanyakan tentang suatu. Lalu Zaid berkata : “Kamu bertanya kepada Abu Hurairah saja. Karena ketika kami, Abu Hurairah dan si fulan di Masjid, kami berdoa dan berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla, tiba² Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, sehingga duduk bersama kami, lalu kami diam. Maka beliau bersabda : “Kembalilah pada apa yg kalian lakukan.” Zaid berkata : “Lalu aku dan temanku berdoa sebelum Abu Hurairah, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa kami. Kemudian Abu Hurairah berdoa : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu seperti yang dimohonkan oleh kedua temanku. Dan aku memohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yg tidak akan dilupakan.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Amin.” Lalu kami berkata : “Wahai Rasulullah, kami juga memohon ilmu pengetahuan yang tidak akan dilupakan.” Lalu beliau berkata : “Kalian telah didahului oleh laki² suku Daus (Abu Hurairah) itu”. (HR. Imam An-Nasa’i rahimahullah dalam kitab Al-Kubra, Imam Ath-Thabarani rahimahullah dalam kitab Mu'jam Al-Ausath. Imam Al-Hakim An-Naisaburi Asy-Syafi'i rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mustadrak Al-Ash shahihain : “Sanadnya shahih, tetapi Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.)


Dalam hadits di atas jelas sekali, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa sahabatnya. Berarti mengamini doa orang lain, hukumnya sunnah berdasarkan hadits di atas.


Mengaminkan Doa Sama Seperti Orang Yang Berdoa


Orang yg mengamini doa orang lain memiliki keutamaan seperti kisah Nabi Musa alaihis salam dan Nabi Harun alaihis salam. Sebagaimana dalam Al-Qur'an Quran Surat Yunus ayat 88 :


وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ


Nabi Musa alaihis salam berkata (berdoa) : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka² kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami — akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yg pedih”.


Dalam Al-Qur'an Surat Yunus ayat 89 :


قَالَ قَدْ أُجِيبَت دَّعْوَتُكُمَا


"Allah berfirman : Benar² telah dikabulkan doa kalian berdua."


Dalam ayat tsb, Allah subhanahu wa ta'ala menunjukkan bahwa doa dari Nabi Musa alaihis salam dan Nabi Harun alaihis salam telah dikabulkan. Padahal ketika itu yg berdoa hanyalah Nabi Musa alaihis salam.


Al-Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amali Ath-Thabari atau Imam Ath-Thabari rahimahullah (wafat 923 M / 310 H usia 86 tahun di Baghdad Irak) dalam Tafsir Ath-Thobari (juz 7 halaman 185) mengatakan :


إن الداعي وإن كان واحدًا ، فإن الثاني كان مؤمِّنًا، وهو هارون، فلذلك نسبت الإجابة إليهما، لأن المؤمِّن داعٍ


"Sesungguhnya yg berdoa adalah satu orang (yaitu Nabi Musa), sedangkan orang yg kedua mengaminkan, yaitu Nabi Harun. Oleh karena itu doa tsb, dinisbatkan kepada mereka berdua karena orang yg mengaminkan doa itu, sama seperti orang yg berdoa.

كان موسى يدعوا وهارون يؤمن


"Sesungguhnya Nabi Musa alaihis salam berdoa dan Nabi Harun alaihis salam meng-amin-kan"


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.


“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Orang yg berdoa dan orang yg membaca amin sama² memperoleh pahala.” (HR. Imam Al-Hafidh Abu Syuja Syirawaih bin Syahradar Ad-Dailami Al-Hamdzani atau Imam Ad-Dailami rahimahullah wafat 19 Rajab 509 H / 15 Desember 1115 M di Baghdad Irak, dalam kitab Musnad Al-Firdaus dgn sanad yg lemah).


Kelemahan hadits ini, dapat dikuatkan dgn hadits sebelumnya dan ayat al-Qur’an di atas.


Hadits dari Habib bin Maslamah Al-Ausi Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (wafat 46 H / 666 M) :


عَنْ حَبِيْب بِنْ مَسْلَمَة سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : لَا يَجْتَمِعُ مَلَأٌ فيدعو بعضهم، ويؤمن سائرهم، إلا أجابهم الله


Dari Habib bin Maslamah radliyallahu anhu, saya mendengar Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda : "Tidak mungkin sekelompok orang berkumpul, kemudian salah seorang diantara mereka memimpin doa, sedangkan yg lainnya mengaminkan doa tsb, terkecuali pasti akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. (HR. Imam Al-Hakim An-Naisaburi Asy-Syafi'i rahimahullah wafat 1012 M di Naisabur Iran).


hadits Habib bin Maslamah Al-Fihri radhiyallahu ‘anhu (wafat 662 M di Damaskus Suriah) :


عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدرك وقال صحيح على شرط مسلم، وقال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: رجاله رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن الحديث.


“Dari Habib bin Maslamah Al-Fihri radhiyallahu ‘anhu berkata : “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka.” (HR. Imam Ath-Thabarani rahimahullah wafat 971 M di Isfahan Iran dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir; dan Imam Al-Hakim An-Naisaburi Asy-Syafi'i wafat 1012 M di Naisabur Iran dalam kitab Al-Mustadrak. Imam Al-Hakim rahimahullah berkata : hadits ini shahih, sesuai persyaratan Imam Muslim. Al-Hafizh Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Nuruddin Abu Al-Hasan Al-Qahiri Asy-Syafi’i atau Imam Al-Haitsami rahimahullah (wafat 1404 M / 807 M) berkata dalam kitab Majma’ Az-Zawaid Wa Manba’ul Fawaid (10/170), para perawi hadits ini adalah para perawi hadits shahih, kecuali Imam Ibn Lahi’ah rahimahullah seorang yg haditsnya bernilai hasan.”


Hadits di atas, memberikan pelajaran kepada kita, agar sering berkumpul untuk melakukan doa bersama, sebagian berdoa, dan yg lainnya membaca amin, agar doa dikabulkan.


Maksud dari kata Aamiin


Ada istilah Ta’min adalah mengucapkan kata 'Aamiin' setelah selesai membaca surat Alfatihah dalam shalat dan ketika mendengar do’a orang lain. Jumhur ulama memaknai makna 'Aamiin” adalah “Ya Allah, kabulkanlah ! Sebagaimana penjelasan Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah (wafat 1449 M di Kairo Mesir) mengatakan : “Makna Aamiin, menurut mayoritas ulama adalah "Ya Allah kabulkanlah" dan ada yg menyatakan yg lain, namun masih kembali semuanya kepada makna ini.


Tidak masalah misalnya menggunakan kalimat yg lain, "Ya Rabb, Ya Mujiibas saailin", dan sejenisnya. Semuanya itu, sudah berlangsung sejak lama dan dilakukan para ahli ilmu dan para ulama tidak ada yg mengingkari.


Aamiin, artinya, “Terimalah (ya Allah).” Prof. Dr. Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni rahimahullah (wafat 19 Maret 2021 M di Yalova, Turki) dalam karyanya kitab Shafwatut Tafasir mengatakan, kata “aamiin”, bukan merupakan ayat menurut kesepakatan ulama. Kata “aamiin” berarti “Terimalah doa kami.” (As-Shabuni, 1999 : 25).


Abu Muhammad Al-Husain ibn Mas’ud bin Muhammad Al-Baghawi Asy-Syafi’i atau Imam Al-Baghawi rahimahullah (wafat 516 H / 1122 M dimakamkan disamping makam gurunya Al-Qadhiy Husain di pemakaman Ath-Thaliqani, Marwarrudz Iran) mengatakan, makna kata ini “Allaahumma isma‘ wa istajib” atau “Tuhanku, dengar dan kabulkanlah.” Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu dan Qatadah radliyallahu anhu mengatakan, makna kata ini “ka dzaalika yakuunu” atau “demikian itu (semoga) ia menjadi.” 


Imamuddin Abul Fida' Ismail bin Umar bin Katsir bin Dhau’i bin Katsir bin Dhau’i bin Dar’i bin Al-Qurasyi Asy-Syafi’i Al-Bushrawi Ad-Dimasyqi atau Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 18 Februari 1373 M di Damaskus, Suriah) dalam karyanya kitab Tafsirul Qur'anil Azhim atau Tafsir Ibnu Katsir mengatakan serupa. Menurutnya, kata “aamiin” bermakna “Allaahumma, istajib” (Tuhanku, kabulkanlah). 


Dalil atas pandangan ini adalah hadits riwayat Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, Imam Abu Dawud rahimahullah, dan Imam At-Tirmidzi rahimahullah dari Abu Hunaidah Wa’il bin Hajar Bin Saad radliyallahu anhu. Ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca, ‘Ghairil maghdhubi alaihim wa lad dhaalliin,’ lalu ia mengucap dgn panjang (dgn keras menurut riwayat Imam Abu Dawud rahimahullah) kata ‘aamiin.’ Menurut Imam At-Tirmidzi rahimahullah (wafat 892 M di Uzbekistan), kualitas hadits ini hasan. Ia meriwayatkannya dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas‘ud radliyallahu anhu (wafat 650 M di Jannatul Baqi' Madinah), dan sahabat lainnya, radliyallahu anhum.


Prof Dr Syekh Wahbah Musthofa Az-Zuhaili Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 8 Agustus 2015 M di Suriah) dalam kitab Tafsir Al-Munir mengatakan, kata “aamiin” merupakan sebuah doa. Ia bukan bagian dari Al-Qur’an. Kelas katanya adalah ism fi’il. Maknanya “Allaahumma, istajib” atau “Tuhanku, terimalah doaku.”


Aamiin adalah segelnya Allah


Imam Mujahid berpendapat, “aamiin” adalah salah satu asma Allah subhanahu wa ta'ala. Ada juga ulama berpendapat bahwa “aamiin” adalah sampul atau segel doa. Ada juga ulama yg mengatakan, “aamiin” adalah segel Allah subhanahu wa ta'ala atas para hamba-Nya yg dapat melindungi mereka dari bahaya, sebagaimana sampul buku yg memeliharanya dari kerusakan.


Sumber Kata Aamiin 


Kata 'aamiin' itu sumbernya bukan dari siapa², tetapi berasal dari Malaikat Jibril alaihis salam. Dan keterangannya ada di dalam hadits nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tentunya, sumbernya dari Allah subhanahu wa ta'ala juga.


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Malaikat Jibril mentalqinkan (membacakan) kepadaku kata' aamiin', saat aku diam setelah membaca surat Al-Fatihah, seraya berkata, "Itu seperti penutup dari suatu surat."


Di sisi lain, mengucapkan amin di dalam shalat dijanjikan akan diampuni dosanya, berdasarkan hadits shahih berikut ini.


Apabila Imam mengucapkan amin, maka ucapkanlah amin. Sesungguhnya siapa yg sama amin-nya dgn amin malaikat, maka dosanya yg telah lalu diampuni."(HR. Imam Bukhari rahimahullah dan Imam Muslim rahimahullah wafat 875 M di Naisabur Iran)


Redaksi Aamiin


Lafal amin  menurut kalangan ulama tafsir mempunyai tiga makna, yaitu : 'Demikianlah adanya' (kadzalika yakun), 'Ya Allah kabulkanlah doa kami' (Allahumma istajib), 'di antara nama dari nama² Allah subhanahu wa ta'ala' (innahu min asma' Allah Swt). Tentu saja, pembacaan lafadz amin mempunyai hikmah yg besar.


Dalam bahasa Arab modern, kata ‘amin’ (آمِينَ) dikategorikan sebagai isim fi'il ,yg berarti ‘istajib du’aana’ (اسْتَجِبْ دُعَاءَنَا) yg artinya kabulkanlah doa kami. Sedikit berbeda namun senada, Imam Al-Baghawi rahimahullah berpendapat bahwa arti amin adalah “Allahumma isma’ wa istajib” (أَللّهُمَّ اسْمَعْ وَاسْتَجِبْ) yg artinya “Tuhanku, dengar dan kabulkanlah”.


Menurut para ulama, cara mengucapkan aamiin yg benar dan disepakati kebolehannya adalah mengucapkannya dgn dua lafadz. Pertama adalah ‘Aaamiin’ (آمِيْن) dibaca dgn memanjang huruf Hamzah dan yg kedua adalah ‘Amiin’ (أَمِيْن), tanpa memanjangkan huruf Hamzah. Opsi pertama dianggap lebih baik, karena sesuai dgn artinya, ‘Ya Allah kabulkanlah’. 


Berikut arti dan makna 4 kata tsb : AMIN = Aman, AAMIN = Meminta Pertolongan, AMIIN = Jujur, bentuk lainnya adalah Amanah. AAMIIN = Kabulkan doa kami. Ini berdasarkan fi’il (kata kerja salam Bahasa Arab) merupakan permohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar doa kita diijabahkan, dikabulkan-Nya.


Ada beberapa kata yang mirip "Aamiin", yaitu:


1. Kata أَمِيْنٌ (Amiin) artinya : orang yg jujur, amanah atau terpercaya.


2. Kata أٰمِنْ (Aaamin) artinya berimanlah atau berilah jaminan keamanan atau meminta pertolongan.


3. Kata آمِّيْنَ (Ammiin) artinya orang yg bermaksud menuju satu tempat.


Al-Imam Al-Allamah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Imam Nawawi rahimahullah (wafat 21 Desember 1277 M, Nawa, Suriah) menjelaskan dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab, salah satu kekeliruannya adalah mengucapkan kata amin dgn lafadz tasydid ‘Aammin’ (آمِّن). Selain itu, ada juga yg menghapus huruf ‘Ya’ menjadi ‘Ammin’ (أَمِّن).


Pengucapan kata Aaamiin (أٰمِيْنَ) dianggap benar, karena hamzah dibaca panjang (sebanyak 2 harakat atau lebih) mengikuti Mad Badal, Min dibaca panjang (sebanyak 4 - 6 harakat), karena mengikuti Mad Aridh Lis-Sukun, dan nun dibaca mati.


Kata ‘Aaamin’ juga harus dibaca takhfif pada mim, sehingga pengucapannya menjadi 'Aamiin’. Sementara menurut ulama ahli Nahwu, hamzah dapat dibaca panjang menjadi ‘Aaamiin’ atau pendek ‘Amiin’.


Secara detail, kita tuliskan pendapat Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab, beberapa versi cara membaca kata 'Amin yg sering digunakan adalah :


1. Kata ‘Aamiin’ dibaca dgn memanjangkan Hamzah dan meringankan huruf Mim. Ini merupakan cara yg paling fasih, masyhur, dan bagus menurut para ulama.


2. Kata ‘Amiin’ dibaca dgn memendekkan Hamzah dan meringankan huruf Mim. Ini merupakan cara baca yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibn Yahya atau ImamTsa’lab An-Nahwi rahimahullah (wafat 291 H / 903 M di Baghdad Irak)

dan lainnya.


3. Kata ‘Eeemiin’ dibaca dgn memanjangkan Hamzah serta mengucapkannya dgn imalah (antara fathah dan kasrah) dan dgn meringankan huruf Mim. Ini adalah cara membaca yg diriwayatkan dari Imam Hamzah bin Habib bin Imarah bin Ismail Az-Zayyat Al-Kufi At-Taimi atau Imam Hamzah Az-Zayyat rahimahullah (wafat 156 H / 772 M di Hulwan Mesir dan Imam Abu Al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz Al-Kisa'i atau Imam Al-Kisai rahimahullah (wafat 805 M, Ray, Iran)


4. Kata 'Aammiin’ dibaca dgn memanjangkan Hamzah dan mentasydidkan huruf Mim. Ini adalah cara membaca yg diriwayatkan oleh Imam Ali Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ali Al-Wahidi An-Naisaburi Asy-Syafi'i atau Imam Al-Wahidi rahimahullah (wafat 468 M / 1075 M di Iran) dari Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah (wafat 15 Oktober 728 M, Basrah, Irak) dan Imam Al-Husain bin Al-Fadh rahimahullah.


Itu artinya setiap kita mengucapkan amin, berarti kita mengharapkan agar doa yg kita panjatkan terkabul dan ijabah.


Aamiin Sebagai Penutup Doa 


Urgensi terakhir tentang ungkapan ‘amin’ adalah sebuah kisah dari Abu Zuhair bin Usaid radliyallahu anhu tentang keistimewaan ‘amin’ sbg penutup doa. Berikut kisah lengkapnya.


قال ابو زهير اخبركم عن ذلك خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم ذات ليلة فاتينا على رجل قد الح في المسئلة فوقف النبي صلئ الله عليه و سلم يستمع منه فقال النبي صلى الله عليه و سلم اوجب ان ختم فقال رجل من من القوم باي شيئ يختم؟ قال بامين فانه ان ختم بامين فقد اوجب فانصرف الرجل الذي سال النبي صلى الله عليه و سلم فاتى الرجل فقال اختم يا فلان بامين وابشر


Abu Zuhair rahimahullah bercerita : “Suatu malam, kami keluar bersama Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Lalu, kami melihat seseorang yg sedang bersungguh² dalam doanya. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam kemudian menghentikan langkah dan berkata : ‘Doanya akan dikabulkan jika dia menutupnya’. Seseorang kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, ‘Dengan apa ia menutupnya ?’ Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menjawab : ‘Dengan amin; karena jika ia menutupnya dengan amin, maka doanya akan dikabulkan’. Orang yg bertanya tsb segera pergi dan menemui orang yg bersungguh² dalam doanya tadi sembari berkata : ‘Wahai Fulan, tutuplah doamu dgn amin dan bergembiralah". (hadits ini diambil dari Kitab Sunan Abu Dawud Hadits ini dinyatakan hasan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi Asy-Syafi'i rahimahullah wafat 18 Oktober 1505 M di Kairo, Mesir).


Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!


Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik

WEBSITE 

https://www.sarinyala.id/

Facebook Jama'ah Sarinyala https://www.facebook.com/groups/1811379799080690/?ref=share

Facebook 

https://www.facebook.com/sarinyala.id/

YOUTUBE MAJELIS NGAJI SARINYALA https://youtube.com/c/MAJELISNGAJISARINYALA

Twitter @hazanafa @Sarinyala_id

Instagram : ahmadzainialawi

Sumber FB : Sarinyala.id

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Rahasia Dibalik Membaca Aamiin Setelah Berdoa". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait