Keanehan Perang Shifin

KEANEHAN PERANG SHIFIN

KEANEHAN PERANG SHIFIN

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Tidak bisa dipungkiri bahwa terjadinya peperangan antara kubu sayidina Ali dan Mu'awiyah radhiyallahu'anhuma yang kemudian dikenal dengan perang Shifin menjadi salah satu catatan kelam dalam lembaran sejarah kaum muslimin.

Namun kita perlu juga mengetahui bahwa riwayat tentang peperangan ini banyak yang terlalu dilebih-lebihkan, cerita yang mengada-ada dan hal lainnya yang tidak lain dihembuskan secara sengaja maupun tidak sengaja untuk memburukkan citra Islam, terkhusus lagi para shahabat nabi yang mulia.

Dan hal yang tidak banyak diangkat oleh mereka yang menceritakan peperangan ini adalah : Adanya hal-hal luar biasa terkait keindahan akhlaq dan kebaikan lainnya dari mereka yang terlibat dalam peperangan tersebut.

Karena perang ini sangat unik dan mengherankan. Baik dalam motifnya, metodenya, pengaruh yang ditimbulkannya dan termasuk kejadian-kejadian yang berlaku di dalamnya. Bahkan Shifin kemudian menjadi panduan besar yang menjadi rujukan para ulama dalam menetapkan hukum-hukum yang terkait perang dalam Islam. 

Khususnya jika itu terjadi di antara sesama muslim seperti adanya pemberontakan, perebutan wilayah antara dua negara dan lainnya.

Dalam perang Shifin ini terjadi beberapa hal aneh yang mungkin sangat tidak lazim bagi mereka yang melihat perang hanya dari sisi negatifnya saja atau secara hitam putih.

Keanehan yang terjadi di dalamnya sampai pada tingkat membuat banyak pihak yang membaca dari kitab-kitab yang menuturkan kisahnya tidak percaya apa yang sedang ia baca.

Dua kubu yang sedang terlibat perang ini, ada kalanya di waktu tertentu mereka istirahat bersama, makan bersama dan pergi ke tempat sumber air minum lalu berdesak-desakan tak ada yang mengganggu satu sama lainnya. [1] 

Mereka bersaudara ketika sebelum perang, dan persaudaraan itu tetap terjalin dengan baik pasca perang. Seakan-akan perang itu tidak pernah terjadi sama sekali. Salah satu pelaku yang terlibat dalam perang ini menuturkan :

كنا إذا تواعدنا من القتال دخل هؤلاء فى عسكر وهؤلاء فى عسكر هؤلاء

"Apabila kedua kubu telah selesai dari sebuah babak peperangan, maka kami kembali ke barak masing-masing lalu setelah itu kami saling mengunjungi dan ngobrol satu sama lain."

Dikisahkan bahwa ada dua prajurit yang saling bertarung hingga keduanya sama-sama kelelahan dan kehabisan tenaga, lalu keduanya duduk beristirahat dan ngobrol ngalur ngidul. Setelah merasa segar, mereka pun melanjutkan duelnya.[2] 

Dituturkan dari para saksi peperangan tersebut bahwa ketika perang berkecamuk dan prajurit banyak yang terbunuh, mereka kemudian menjeda pertempuran lalu bersama-sama dan berbaur dalam pemakaman dari korban yang gugur.

Begitu juga ketika tiba waktu shalat, mereka beristirahat dan membaur satu sama lain dalam jama'ah- jamaah shalat yang diadakan. Bahkan ketika shahabat yang mulia Ammar bin Yasir terbunuh kedua kubu menyalatinya bersama-sama.[3] 

Ketika pertempuran itu terjadi, ada juga beberapa pihak yang turut menyaksikan perang, namun tidak ikut kubu manapun. Mereka ini adalah sebagian dari murid-murid Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu. 

Mereka datang kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dengan berkata :  "Kami berangkat bersama kalian, tapi tidak tinggal di barak kalian.  Kami mendirikan barak sendiri untuk mengamati, siapa dari kalian yang berada dalam kebenaran, maka kami akan bergabung dengannya."

Maka Ali menjawab pernyataan mereka :

مرحبا واهلا

"Silahkan, monggo." [4] 

Begitu juga halnya dengan tawanan perang. Kedua kubu memperlakukan prajurit dari pihak lawan  yang tertawan dengan perlakuan yang baik. Tidak ada penyiksaan apa lagi pembunuhan tawanan. Bahkan jika ada yang terluka, akan dirawat sebagaimana mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pejuang dari kelompoknya.

Disebutkan bahwa kubu Ali akan meminta "musuh" yang tertawan untuk berbai'ah. Jika dia menolak, maka akan dirampas senjata dan peralatan tempur lainnya lalu tawanan itu dilepaskan. 

Dan ketika ada yang menolak menyerahkan persenjataannya karena alasan yang bisa diterima, semisal mengkhawatirkan keselamatannya, orang itu akan dilepaskan dengan terlebih dahulu disumpah untuk tidak ikut-ikutan lagi dalam pertempuran.

Riwayat lain bahkan menuturkan, terhadap prajurit lawan yang tertawan lalu dilepaskan dengan sumpah untuk berhenti ikut perang, sayidin Ali memberikan ongkos kepulangan 4 dirham perorangnya. [5] 

Syaikh Muhibuddin ketika memberikan penjelasan tentang perang Shifin berkata :

 ومع ذلك فإن هذه الحرب المثالية هي الحرب الإنسانية الأولى في التاريخ الذي جرى فيها متحاربان معاً على مبادئ الفضائل التي يتمنى حكماء العرب لو يعمل بها في حروبهم ولو في القرن الحادي والعشرين، وإن كثيراً من قواعد الحرب في الإسلام لم تكن لتعلم و تدون لولا وقوع هذه الحرب، وللّه في كل أمر حكمة 

"Sungguh perang yang penuh dengan keteladanan ini adalah perang yang diwarnai dengan rasa kemanusiaan yang pertama kali ada dalam sejarah. Kedua belah pihak hadir dalam dasar-dasar keutamaan.

Orang- orang bijak dari bangsa Arab berharap seandainya saja perang-perang yang terjadi bahkan di abad 21 ini seperti peperangan Shifin. 

Sungguh akan banyak kaidah dan aturan perang dalam Islam akan hilang dan tidak terbukukan seandainya perang ini tidak pernah terjadi. Dan Allah menetapkan dalam setiap perkara yang terjadi pasti ada hikmahnya." [6] 

📜Wallahu a'lam.

________

1. Tarikh at Thabari (5/610)

2. Dirasat fi Ahdinnubuwah 423

3. Tarikh  Dimasyq (18/2.339)

4. Dirasat an Nubuwah 424

5. Khilafatu Ali bin Abi Thalib hal. 243

6. Khilafatu Ali bin Abi Thalib hal. 245

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Keanehan Perang Shifin". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait