Jangan Katakan Aku Tidak Menyukaimu

Jangan katakan aku tidak menyukaimu

Jangan katakan “aku tidak menyukaimu…”

Hampir setiap kita hafal surat adh-Dhuha. Disamping pendek, surat ini juga indah didengar dan dibaca. Tapi tak banyak orang yang benar-benar mengkaji makna dan hikmah yang terkandung dalam surat agung ini.

Pernahkah kita bertanya, kenapa Allah Swt bersumpah dengan waktu dhuha di awal surat ini? sementara di surat-surat yang lain Allah Swt bersumpah dengan waktu fajar (والفجر), waktu malam (والليل) dan waktu siang (والنهار)? Apa rahasia di balik pemilihan kata ini? 

Menarik menyimak penjelasan Dr. Fadhil as-Samurra`iy tentang hal ini.

Beliau mengatakan, dua ayat pertama dalam surat ini sesungguhnya menggambarkan fakta dan kondisi kejiwaan yang Nabi Saw alami yang menjadi sebab turunnya surat ini. 

Dhuha adalah waktu dimana matahari mulai menyinari bumi. Ini adalah kinayah (perumpamaan) untuk Islam yang dibawa Nabi Saw yang menyinari dunia. Namun berapa bulan setelah wahyu pertama turun, wahyu sempat terputus. Sehingga dunia yang tadinya terang terasa gelap. Dan inilah yang digambarkan oleh ayat kedua ; Demi malam apabila ia menutupi.

Karena wahyu sempat terputus, orang-orang kafir mengatakan bahwa Muhammad Saw telah ditinggalkan oleh Tuhannya. Sebagian bahkan mengatakan bahwa Muhammad dibenci oleh Tuhannya.

Untuk membantah persangkaan orang-orang kafir ini Allah Swt berfirman :

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى

“Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan Dia tidak membenci.”

Kata وَدَّعَ sesungguhnya berarti penghormatan terakhir sebelum berpisah. Kata ini bermakna positif. Secara bahasa, kataتوديع  menggambarkan perpisahan yang terjadi antara dua orang yang saling mencintai.

Karena kata ini bermakna positif maka maf’ul (objeknya) disebutkan dengan jelas ; وَدَّعَكَ .

Sementara kata قلي berarti membenci. Membenci disini lebih dari benci biasa. Jadi ia lebih berat daripada sekedar كره yang juga berarti benci.

Karena makna kata ini negatif maka maf’ulnya tidak disebutkan (ayatnya berbunyi قلى, tidak قلاك ), agar makna yang negatif itu tidak mengenai maf’ul (objek) meskipun ia disampaikan dalam bentuk penafian.

Ini bukti bagaimana Allah Swt sangat mencintai dan memuliakan Nabi-Nya. Bahkan dalam bentuk negatif sekali pun Dia tidak ingin makna yang kurang elok itu ‘menyentuh’ diri Nabi-Nya tercinta.

Maka terjemahan ayat ini di beberapa versi terjemahan Indonesia dengan : “dan tidak pula membencimu” adalah kurang tepat, karena objek dari fi’il قلى itu sendiri memang tidak disebutkan dan ini mengandung rahasia balaghah yang luar biasa.

*** 

Secara tidak langsung ayat ini mengajarkan pada kita bahwa untuk hal-hal yang positif silahkan sebutkan objeknya agar ia lebih berbahagia. Tapi untuk sesuatu yang negatif tidak usah disebutkan objeknya agar perasaannya terjaga. 

Maka, silahkan katakan: “Aku menyayangimu… Aku menyukaimu… Aku menghargaimu…” Tapi tidak usah katakan, “Aku tidak menyukaimu…”

Kalau memang tak suka cukup katakan, “Aku tidak suka…"

Lalu biarkan rasa yang ‘berbicara’  😃

[Yendri Junaidi]

Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Jangan Katakan Aku Tidak Menyukaimu". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait