Empat Prinsip Sayyidina Ali (RA)

EMPAT PRINSIP SAYYIDINA ALI (RA)

EMPAT PRINSIP SAYYIDINA `ALI (RA) 

Sayyidina `Ali (ra) berkata, "Apakah engkau ingin mencapai level yang tinggi?  Kalau begitu engkau harus mengikuti empat prinsip ini.  Jika engkau mengikutinya, maka engkau akan sampai pada maqam yang mereka ingin engkau mencapainya." Keempat prinsip ini sesuai dengan Sunnah Nabi ﷺ. 

Bagian tersebut, yakni yang merupakan Sunnah, akan membuat kalian seperti sebuah magnet yang akan menarik Rahmat Allah (swt) dan Pandangan Rasulullah ﷺ, karena beliau mengawasi amal umatnya.  Oleh sebab itu Sayyidina `Ali (ra) mengatakan bahwa jika kalian ingin agar Nabi ﷺ memandang kalian, maka kalian harus melakukan keempat prinsip ini. 

1. As-Sakuut (سكوت), diam.  Pertama-tama, apakah yang paling penting?  Yang terpenting adalah tidak bicara, jangan membuka mulut kalian.  As-sakuut, yang pertama adalah diam.  Dikatakan bahwa, "Jika bicara adalah perak, maka sakuut, diam adalah emas." Berdiam diri artinya kalian bersama diri kalian, mengingat Allah (swt) dan Nabi-Nya ﷺ. 

Inilah yang kalian perlukan, ini adalah sakuut kalian; bukannya ketika kalian mengajar atau memberi nasihat; itu boleh saja, tetapi lakukanlah keempat prinsip ini agar kalian diangkat lebih tinggi lagi.  Bersikaplah diam, khususnya di hadapan guru kalian.

2). As-Simaa`a, Mendengar 

Yang kedua adalah as-simaa`a, mendengar. Bersikap diam terhadap semua orang dan mendengarkan apa yang mereka katakan. Setiap orang mengatakan sesuatu, setiap orang mengeluh tentang seseorang, guru, murid, kelas atau tentang kehidupannya; kalian tidak melihat orang-orang kecuali mereka sedang mengeluh. Benarkah begitu? 

Jadi Sayyidina `Ali (ra) mengatakan bahwa jika kalian ingin mengalami kemajuan, maka jangan bicara. Jadi saat kalian diam, kalian akan mendengarkan. Mereka mengatakan satu kata dari timur, satu kata dari barat, dan itu artinya dari seluruh dunia. Mereka bahkan mengkritik terus hingga ke Sayyidina Adam (as) dalam obrolan mereka. “Yaa Sayyidina Adam (as), mengapa engkau memakan buah dari pohon itu?. Engkau membuat kami turun ke Bumi." 

Mereka bahkan menemukan sesuatu untuk dikatakan mengenai hal itu. Nabi (saw) bersabda, 

الفتنة نائمة لعن الله من أيقظها

Fitnah itu sedang tidur, dan Allah akan mengutuk siapa pun yang membangunkannya. (Al-Rafi’i; al-Ajluuni di dalam Kasyf al-Khafaa كشف الخفاء .)

3). AN-NAZHAR (‏نَظَر‎), MENGAMATI 

Yang ketiga adalah mengamati, an-nazhar. Bersikap diam, mendengarkan dan mengamati bagaimana reaksi mereka, baik atau tidak? Apa yang kalian lakukan atau apa yang tidak kalian lakukan, seperti ketika seseorang bermain catur. 

 Jadi ketika kalian mengamati mereka, kadang-kadang mereka memerlukan waktu dua atau tiga hari untuk mengambil satu langkah bukan?  Mengapa kalian tidak menggunakan waktu kalian untuk menggerakkan lisan kalian ke arah yang benar? 

Jadi diam, mendengarkan, dan mengamati. `Ilm al-Yaqiin, `Ayn al-Yaqiin, Haqq al-Yaqiin, (keyakinan berdasarkan ilmu, keyakinan berdasarkan penglihatan dan keyakinan berdasarkan hakikat). 

Kalian akan mencapai samudra dengan menjaga ketiga prinsip ini. Setelah dua atau tiga hari bersikap diam, mendengarkan hati masing-masing, seorang pemain catur akhirnya mengambil langkah. Saya memberikan contoh itu untuk dapat dimengerti. 

4. Al-HARAKA (الحرك), BERGERAK, MENGAMBIL TINDAKAN 

Ketika kalian berdiam diri dan mendengarkan, kalian mengamati, lalu pada saatnya kalian memberi pendapat kalian, karena bisa jadi itu adalah pendapat terbaik.  Jadi ketika kalian berdebat dengan seseorang dan tidak dapat mencapai hasil atau pemahaman yang baik, dengan mengikuti cara ini, Allah (swt) akan membusanai kalian dari Ilmu Surgawi sebagaimana Dia membusanai Sayyidina Khidr (as).

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا

Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. (Surat al-Kahfi, 18:65)

Jadi amal atau perbuatan terbaik adalah mengikuti Sunnah Nabi ﷺ  dan diam adalah Sunnah.  Nabi ﷺ bersabda, 

روى البخاري في صحيحه عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من يضمن لي ما بين لحييه وما بين فخذيه، أضمن له الجنة

Siapa yang dapat mengendalikan apa yang ada di antara dua tulang rahang (mulut) dan apa yang ada di antara dua kaki (kemaluan), maka aku akan menjamin surga baginya. (Bukhari, Muslim)

“Aku menjamin siapa pun yang dapat menyelamatkan lisan dan bagian pribadinya." Itu artinya melanggengkan diam. Kita harus mengikuti Sunnah, kita dapat mengambil satu jalur dan mengikuti jalur itu di antara semua jalur, seperti seorang alim. Saya berbicara tentang `Ilm az-Zhahir, tentu saja Mawlana Shaykh Nazim (q) adalah mursyid kita, pembimbing kita. 

Kalian harus mengikuti pembimbing yang berasal dari Nabi ﷺ, bukan mereka yang berasal dari musik atau sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan agama, tidak!  Kalian harus mengikuti jalan yang langsung berasal dari Nabi ﷺ. Jika kalian mengikuti satu Hadits, itu akan membuat kalian bahagia di dunia dan Akhirat. 

___________

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani.

Repost ;@haqqaniindonesia.

اللهم صل علی سيدنا محمد وعلی ال سيدنا محمد.

Sumber FB Ustadz : Fauzi Febrianto Chaniago

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Empat Prinsip Sayyidina Ali (RA)". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait