Bertambah Kedewasaan dan Ilmu

Bertambah Kedewasaan dan Ilmu

BERTAMBAH KEDEWASAAN DAN ILMU

Seiring dengan bertambahnya umur (kedewasaan) dan ilmu, akan banyak perkara yang dulu kita bersikukuh untuk tidak mau melakukannya, pada akhirnya akan kita langgar sendiri. Dulu, mungkin kita termasuk orang yang anti pati untuk berinteraksi, berkomunikasi dan bersinergi dengan siapapun yang bukan dari kelompok atau komunitas kita walaupun sekedar dalam hal-hal kecil dan sederhana. Sebabnya, karena waktu itu kita menganggap bahwa mereka semua termasuk firqah dhallah (ahli bidah atau golongan yang menyimpang) yang syubhatnya menyambar-nyambar. Lalu untuk memperkuat dan menegaskan keyakinan ini, kita sering membawakan berbagai dalih (bukan dalil) berupa hadis dan atsar dari para salaf yang melarang kita untuk duduk-duduk dan berteman dengan ahli bidah.

Tapi itu dulu, adapun sekarang, tidak lagi. Satu demi satu, pelan tapi pasti, baik disadari atau tidak, baik secara langsung atau tidak, baik mengakui atau tidak, kita akhirnya melakukannya. Tidak sungkan lagi, tidak takut lagi dan tidak kucing-kucingan lagi. Bahkan untuk makan dan berfoto bersama pun oke-oke saja. Untuk menebar senyum manis pun juga begitu semangat dan nyaman.

Akhirnya, dalil-dalil yang dulu sering kita bawakan, tiba-tiba lenyap. Kalimat-kalimat yang menjadi identitas kekokohan yang sering kita teriakkan dengan lantang pun seolah hilang ditelan bumi. Wallahu a’lam, apa karena lupa (pura-pura lupa), atau mungkin sudah ada perubahan dalam memahaminya sebagai revisi pemehaman sebelumnya ?. Kalau benar sebabnya yang kedua (dan semoga memang ini), kita ikut bersyukur dan mengucapkan Alhamdulillah.

Tapi kalau ternyata keyakinannya masih sama seperti dulu, dan melakukannya hanya untuk tujuan menasihati (menurut asumsi mereka) ? Lho, kenapa itu tidak dilakukan sejak dulu ? Apa tidak takut dengan “syubhat yang menyambang-nyambar” ? Apa kalau dulu menyambar-nyambar, terus sekarang tidak menyambar-nyambar ? Apakah yakin aman dari fitnah ? Lalu memangnya mereka perlu dinasihati itu karena kesalahan apa ? Jangan-jangan hanya perbedaan pendapat dalam ranah khilafiyyah furu’iyyah yang syariat sendiri memberikan ruang untuk berbeda pendapat. Atau mungkin seperti biasanya memakai kaidah bikinan sendiri ; “bahwa untuk kami harus selalu benar dan boleh”, tapi untuk selain kami “harus salah dan tidak boleh”?? (standar ganda).

Terlepas kemungkinan mana yang benar, paling tidak kemajuan ini harus kita syukuri. Silahkan menyakini suatu pendapat dan menyikapi orang lain yang berpeda, tapi yang proporsional (sekedarnya saja sesuai aturan syariat). Bisa jadi apa yang kita jadikan keyakian seolah tidak akan pernah runtuh, suatu saat akan kita langgar sendiri. Harus semakin giat belajar dan memperbanyak literasi. Jangan suka mengklaim diri dengan sesuatu yang nantinya akan membuat kita malu sendiri. Jangan suka serampangan menvonis kaum muslimin dengan vonis-vonis yang akan memberatkan hisab kita nantinya di hadapan Allah (bidah, sesat, & kafir).

Banyak-banyaklah berkomunikasi dan mendengarkan argumentasi orang lain. Dan berterima kasihlah jika ada pihak-pihak yang berkenan memberikan kritik dan masukkan kepada kita dengan cara yang baik dan elegan. Dengan demikian, insya Allah kita akan semakin baik dalam menjalankan agama ini.

Semoga Allah memperbaiki kondisi kaum muslimin. Amin ya Rabbal ‘alamin.

(Abdulah Al-Jirani)

*Foto hanya pemanis 

Sumber FB Ustadz : Abdulah Al Jirani

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Bertambah Kedewasaan dan Ilmu". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait