Pergerakan dan Dakwah Syaikh Abdul Qadir Rahimahullah

Pergerakan dan Dakwah Syaikh Abdul Qadir Rahimahullah

PERGERAKAN DAN DAKWAH SYAIKH ABDUL QADIR RAHIMAHULLAH

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

1. Beliau mengawali dakwah dan pergerakannya dengan membangun madrasah keilmuan, majelis dzikir dan perkumpulan yang dikenal dengan nama Qadiriyah.

Di kemudian hari Qadiriyah ini lebih populer dan menonjol sebagai salah satu tarikat sufiyah yang sangat populer di Indonesia.

2. Perjuangan beliau dalam membangun madrasah tersebut lumayan berat, hal ini karena syaikh Abdul Qadir al Jailani mengawali semuanya dari awal, tanpa adanya donatur atau pihak yang membantu secara langsung.

 Beliau rahimahullah mengatakan : “Awalnya yang menjadi muridku hanya 3 orang, namun seiring berjalannya waktu, majelisku dihadiri oleh sekitar 70.000 an orang.”

Apa yang beliau sampaikan ini mengandung pesan kuat khususnya kepada para da’i yang menghendaki perubahan, untuk bisa bersabar melalui proses tahap demi tahap. 

Bahkan seorang ulama agung yang melahirkan murid-murid pembawa perubahan seperti Syaikh Abdul Qadir jailany juga melalui proses ini, jangan dibanyangkan beliau secara tiba-tiba mendapatkan popularitas dan fasilitas dakwah begitu saja.

3. Hal kedua, beliau adalah ulama yang anti mengemis dan meminta-minta kepada para penguasa, bahkan beliau berusaha sebisa mungkin menjaga jarak dengan semua pihak yang berhubungan dengan pemerintahan. Itu kemudian yang membuat beliau dikenal sangat susah untuk dihadirkan atau diundang ke istana. 

Sebuah riwayat menyebutkan, suatu waktu khalifah Al-Muqtafi li Amrillah mengadakan sebuah acara dan memerintah wazirnya agar mengundang semua ulama yang ada di kota Baghdad. Ketika ribuan orang telah hadir, sang khalifah bertanya, “Apa semua sudah hadir ?”

Wazirnya menjawab, “Sudah wahai amirul mukminin, kecuali Syaikh Abdul Qadir dan Adi bin Musafir.”

Dengan wajah kecut dan cemberut , Khalifah berucap, “Ini sama dengan tidak ada yang hadir.”

4. Pembangunan Madrasah al Qadiriyah dilakukan dengan swadaya selama bertahun-tahun oleh murid-murid dan jama'ahnya. Yang memiliki harta menyumbang dengan hartanya, sementara sebagian besar yang tidak punya dana, menyumbang dengan tenaganya.

 Riwayat menyebutkan, bila dari kejauhan, akan nampak ribuan kelap-kelip cahaya seperti kunang-kunang di malam hari di madrasah Qadiriyah. Itu adalah ribuan obor dan lilin para muridnya yang bekerja sepanjang malam hingga mendekati fajar.

5. Ada beberapa kisah unik dalam proses pembangunan al Qadiriyah, diantaranya riwayat  seorang wanita yang datang bersama suaminya. Lalu ia menyerahkan suaminya tersebut kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani sambil berkata, “Wahai Syaikh, ini suami saya punya hutang mahar sebesar 20 dinar. Saya akan membebaskan setengahnya asalkan dia mau bekerja dalam pembangunan madrasahmu ini.” 

Syaikh menerima penyerahan itu sambil tersenyum. Dan ia memberi kepada si suami tersebut gaji sesekali, agar ia bisa melunasi mahar pernikahannya.

6. Syaikh Abdul Qadir membiayai madrasahnya, khususnya dalam masalah urusan makan para murid-muridnya dari kantong pribadinya. Hal ini beliau lakukan demi menjaga makanan anak-anak didiknya.

 Karena dalam thariqahnya menjaga makanan, bukan hanya sekedar yang halal, tapi juga yang baik dan afdhal adalah salah satu kunci untuk menjaga keteguhan ibadah dan kemampuan menyerap ilmu.

Beliau tidak sudi menyerahkan urusan makan dan kebutuhan belajar murid-muridnya kepada siapapun. Karena itulah diantara nasehat beliau yang selalu diulang-ulang adalah : “Tak ada amal yang lebih afdal dari memberi makan orang yang sedang kelaparan” 

7. Sikap Syaikh Abdul Qadir rahimahullah yang menjauh dari lingkaran kekuasaan bukan berarti beliau adalah sosok yang anti dengan masalah politik dan abai terhadap urusan umat. 

Karena ternyata madrasah Qadiriyah bukan hanya melahirkan para ulama, juru dakwah atau tokoh agama saja, tapi juga memunculkan calon menteri, qadhi,  sultan, wazir dan mujahid.

Hal ini karena  madrasah Qadiriyah dibangun bukan sekedar dengan niat dan tujuan sebagai tempat memperdalam agama, tapi juga membawa tiga misi penting dalam pendidikannya : Pertama, mencetak lulusan yang siap memegang tampuk pimpinan perjuangan Islam dan menyebarkan misi al amr bil ma’ruf wan nahy ‘an al munkar.

Kedua membangun koordinasi antar madrasah dan ketiga menyebarkan kurikulum , strategi, program pendidikan dan dakwah Islam ke seluruh wilayah daulah Islam.

8. Syaikh Abdul Qadir Jailani hampir tidak pernah keluar dari madrasahnya kecuali pada hari Jum’at atau untuk urusan yang sangat darurat. Ia sibuk bergelut dalam dunia pengajaran dan pendidikan. rutinitas ini dijalaninya selama hampir 33 tahun hingga wafatnya pada tahun 561 H.

Dalam setahun ada sekitar 3.000 murid yang dinyatakan lulus, mereka inilah yang  kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia islam untuk meneruskan perjuangannya. 

Berarti 3.000 murid x 33 tahun, ada 99.000 kader dakwah tahan banting yang dicetak oleh syaikh Abdul Qadir. Inilah diantara jawaban kenapa ‘dengan mudah’ pada masa generasi Shalahuddin, al Aqsha bisa direbut dari tentara salib.

9. Manhaj beliau yang jelas, sikap yang tegas dan tanpa mau kompromi dalam urusan mendidik inilah yang justru menjadikan para pemimpin-pemimpin agung seperti Nurudin Zanki mengirimkan anak-anak dari Baitul Maqdis untuk belajar kemadrasah Qadiriyah.

 Beliau juga menjadikan murid-murid Syaikh Abdul Qadir seperti Qutbudin An-Nisaburi, Abu An-Najib As-Sahrawardi sebagai penasehat di pemerintahannya.

Demikian pula dengan Salahudin al Ayyubi yang nanti banyak menjadikan murid-murid Syeikh Abdul Qadir Jilani sebagai penguat pasukan dan juga pensehatnya.

10. Gelar sultanul Aulia yang disandangnya, bukan semata karena banyaknya karamah -karamah dari beliau rahimahullah, namun karena Syaikh Abdul Qadir juga benar-benar seperti sultan di tengah - tengah ulama, yang mana para penguasa setingkat wazir hingga khalifah sangat menyeganinya. 

Beliau sangat mencegah murid-muridnya berharap sesuatu dari para penguasa, bahkan sekedar menampakkan seakan butuh kepada mereka.

Karena itu di banyak nasehatnya, beliau menyampaikan pentingnya merasa cukup dan mandiri dalam kehidupan, diantara nasehat beliau yang terkenal kepada putranya Abdurrazaq yang nanti juga akan melanjutkan perjuangannya adalah “Jangan pernah kau gantungkan harapan pada selain Allah, dan jangan percaya kecuali kepada Allah.”

Beliau juga berkata : 

وأوصيكَ أنْ لا تصحبَ الأغنياءَ إلا بالتعززِ

“Aku wasiatkan kepadamu, jangan engkau bergaul dengan para pemilik harta kecuali dengan menampakkan sikap tidak butuh kepada mereka.”

Wallahu a'lam

___________

Thabaqal al Hanabilah (1/298), Tarikh al Islami (12/252-255), Siyar (20/439-440).

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pergerakan dan Dakwah Syaikh Abdul Qadir Rahimahullah". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait