Keutamaan Ali bin Abi Thalib

KEUTAMAAN ALI BIN ABI THALIB

KEUTAMAAN ALI BIN ABI THALIB

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Sayidina Ali radhiyallahu'anhu - sebagaimana yang oleh para ulama seperti Ahmad, Ismail Al-Qadhi, An-Nasa'i dan Abu Ali An-Naisaburi - adalah shahabat Nabi yang paling banyak diriwayatkan tentang kedudukan dan keutamaannya. 

Karena sangking banyaknya, sebagian pihak mengira kebanyakan riwayat itu palsu, padahal riwayat dengan sanad yang baik tentang keutamaan Ali ada banyak jumlahnya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata :

لم يرد فى حق أحد من الصحابة بالأساند الجيادة أكثر مما جاء  فى علي.

"Tidak terdapat riwayat dengan sanad yang baik, yang menceritakan tentang seorangpun dari shahabat melebihi daripada riwayat yang menceritakan tentang Ali." [1] 

Bahkan dilihat dari sisi banyaknya riwayat tentang keutamaannnya ini, mengungguli shahabat Nabi lainnya yang lebih utama seperti sayidina Abu Bakar dan Umar. 

Mengapa bisa demikian ?

Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan : "Faktornya adalah karena beliau sebagai khalifah yang terakhir. Ditambah lagi dengan banyaknya perselisihan yang terjadi di zaman pemerintahannya hingga ada beberapa orang yang melepaskan diri darinya.

Semua ini menjadi faktor tersebarnya sifat-sifat baiknya mengingat banyaknya shahabat yang menceritakan dan menjelaskannya sebagai bantahan atas siapa saja yang menyelisihi atau mengingkari keutamaannya. 

Ini yang membuat ahlussunnah berupaya mengangkat dan menyebarkan keutamaannya, sehingga banyak pula orang yang menukil tentangnya. Jika tidak seperti itu maka sudah cukup bahwasanya setiap shahabat yang empat masing-masing memiliki keutamaan."[2]

Berikut sekelumit dari hamparan keutamaan beliau radhiyallahu'anhu yang bisa kami sebutkan lewat tulisan sederhana ini :

1. Orang kedua yang masuk Islam setelah Khadijah.

Ibnu Ishaq meriwayatkan, "Setelah Khadijah masuk Islam, Ali bin Abu Thalib berkunjung ke rumah Nabi ﷺ. Ketika itu ia mendapati Nabi ﷺ dan Khadijah sedang mengerjakan shalat. Ali bertanya, "Apa ini wahai Muhammad ?"

Rasulullah ﷺ lalu menjelaskan kepadanya tentang Islam, lalu Ali pun menyatakan keislamannya meskipun dengan cara menyembunyikannya karena takut kepada ayahnya, Abu Thalib. [3] 

2. Kesiapannya menjadi tebusan bagi Nabi ﷺ.

Ketika malam Rasulullah ﷺ akan hijrah lalu beliau dikepung oleh Quraisy, Nabi ﷺ memerintahkan Ali agar tidur di tempat tidur beliau pada malam itu. 

Lihatlah, siapakah yang berani menempati tempat tidur beliau sementara musuh telah mengepung, dan mengintai dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah ?! 

Sungguh tidak akan berani melakukannya kecuali pemberani dan pahlawan yang telah dikaruniai keikhlasan yang luar biasa.

Ibnu Abbas ketika menyebutkan firman Allah ta'ala :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ

"Dan diantara manusia ada orang yang menjual dirinya karena mencari keridhaan Allah, Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba- hambaNya." (QS. Al Baqarah: 207)

Ia berkata : "Pada malam itu, Ali telah menjual dirinya, tepatnya saat ia mengenakkan selimut Nabi dan berbaring di tempat tidurnya.[4] 

3. Sangat banyak ayat yang turun berkaitan tentang dirinya.

Al Qur'an memang bukan diturunkan untuk suatu masyarakat tertentu apalagi orang tertentu, namun kita ketahui ia memiliki asbabun nuzul yang menjadi latar peristiwa sebuah ayat atau surah diturunkan oleh Allah.

Dan banyak sekali ayat al Qur'an yang diturunkan ada kaitannya dengan diri Ali bin Abi Thalib, diantaranya : Al Hajj ayat 19 - 23,  Ali Imran 61, at Taubah 19- 22, al Mujadilah ayat 12-13 dan lainnya.

4. Sanjungan Nabi ﷺ kepadanya.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda :

أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى غَيْرَ أَنَّهُ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى

"Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku ?” (HR. Bukhari)

Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,

وَالَّذِى فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَىَّ أَنْ لاَ يُحِبَّنِى إِلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضَنِى إِلاَّ مُنَافِقٌ

“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan melepaskan angin. Sesungguhnya Nabi ﷺ telah berjanji kepadaku bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali ia seorang mukmin, dan tidak ada yang membenciku kecuali ia seorang munafik.” (HR. Muslim)

 Rasulullah ﷺ bersabda tentangnya saat perang Khaibar :

لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ ، يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

"Sungguh aku akan memberikan bendera ini besok pada orang yang akan didatangkan kemenangan melalui tangannya di mana ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, lalu Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dirinya.” (HR. Bukhari)

Dan bendera itu kemudian diserahkan oleh beliau ﷺ kepada Ali.

5. Sangat luas keilmuan dan faqih dalam agama.

Diantara hal yang paling menonjol dari diri beliau adalah kuatnya pemahaman dan luasnya hikmah yang dimilikinya. Dan itu menjadi lebih istimewa saat beliau memiliki kemampuan menjawab persoalan dan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

Bukti dan contohnya sangatlah banyak. Diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, ia berkata : "Ada seorang Khawarij memanggil-manggil Ali padahal ia tengah mengerjakan shalat fajar. Laki-laki itu lantas membacakan ayat :

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,' jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65). 

Secara spontan sayidina Ali menjawab dengan ayat sembari tetap mengerjakan shalat :

فَاصْبِرْ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِيْنَ لَا يُوْقِنُوْنَ

 "Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu." (QS. Ar Rum : 60) [5] 

6. Shahabat yang paling dekat secara Nasab dengan Nabi ﷺ .

Sayidina Ali adalah sepupu Rasulullah ﷺ sekaligus anak mantu beliau, menikahi putri bungsu kesayangan beliau, sayidatuna Fatimah, yang darinya lahir dua pemuda penghulu ahli syurga, yakni Hasan dan Husain.

7. Termasuk shahabat yang dijamin dengan syurga.

عَشَرَةٌ فِى الْجَنَّةِ أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ وَعَلِىٌّ وَالزُّبَيْرُ وَطَلْحَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ وَسَعْدُ بْنُ أَبِى وَقَّاصٍ

“Ada sepuluh orang yang dijamin masuk surga: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, ‘Ali di surga, Az-Zubair di surga, Thalhah di surga, ‘Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah di surga, dan Sa’ad bin Abi Waqqash di surga.” (HR. Tirmidzi)

8. Orang yang paling zuhud terhadap dunia.

Zuhud adalah sifat yang paling nampak pada kepribadian amirul mukmimin Ali bin Abi Thalib. Beliau tetap hidup sederhana meskipun faktor-faktor untuk hidup bergelimang harta terbuka untuk dirinya.

Dan kezuhudan beliau ini membekas kuat terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga jadilah semacam madrasah yang sangat berpengaruh dalam sejarah umat.

Al Hasan bin Shalih bin Hayyi berkata, 

"Orang-orang menyebut- nyebut orang yang zuhud di sisi Umar bin Abdul Aziz. Lalu beliau berkata : 

أزهد الناس في الدنيا علي بن أبي طالب

'Manusia yang paling zuhud terhadap dunia adalah Ali bin Abi Thalib." [6] 

9. Sangat pemurah dan terkenal kedermawanannya.

Diantara kisah kedermawanan beliau adalah, pernah datang seorang laki-laki yangn menemui Ali bin Thalib seraya berkata, "Wahai Amirul mukminin, saya memerlukan sesuatu darimu. 

Saya telah mengadukannya kepada Allah sebelum aku mengadukannya kepadamu. 

Jika Anda mau memenuhinya, saya akan memuji Allah dan sangat berterima kasih kepada-Nya. Tetapi, jika Anda tidak mampu memenuhinya, saya pun tetap memuji Allah dan tidak sekali pun menyalahkan anda."

Sayidina Ali berkata kepada orang tersebut :

اكتب حاجتك على الأرض فإني اكره ان ارى ذل السؤال فى وجهك.

"Tulislah semua kebutuhanmu di atas tanah, karena aku tidak mau melihat kerendahan wajah peminta ada di wajahmu."

 Laki-laki itu lalu menuliskan segala kebutuhannya. Setelahnya Ali membacanya, ia pun berkata : "Saya akan penuhi semua permintaanmu." [7]  

10. Sangat kuatnya ibadah, keikhlasan dan kesabarannya.

 Al Asytar An-Nakha'i pernah menemui Ali yang sedang mengerjakan shalat malam. Kemudian ia berbisik kepadanya, "Wahai Amirul mukminin engkau senantiasa puasa di siang hari, begadang untuk shalat di malam hari hingga engkau rasakan capek seperti ini."

 Ketika Ali telah selesai shalatnya, ia berkata :

سفر الأخرة طويل فيحتاج الى قطعه بسير الليل

"Perjalanan menuju akhirat sangatlah panjang, karena itu kita perlu memotong jalan dengan perjalanan di malam hari." [8] 

11. Adil dalam kepemimpinannya.

Syuraikh bercerita : "Ketika Ali hendak berangkat berperang menghadapi Mu'awiyah, beliau mencari-cari  baju besinya. Baru ketika perang telah selesai dan beliau telah pulang ke Kufah, beliau menemukan baju besi tersebut ada di tangan seorang Yahudi yang hendak menjualnya

ke pasar. 

Kemudian beliau berkata kepadanya, "Wahai Yahudi, baju besi ini adalah milikku. Aku tidak pernah menjualnya dan tidak pula pernah pula memberikan kepada siapapun."

Namun si Yahudi menjawab, "Ini milikku." 

Ali berkata, "Kalau begitu mari kita laporkan kasus ini kepada qadhi."

Kemudian beliau berdua pergi menemui Syuraih sang qadhi. Syuraih berkata : "Katakan, wahai Amirul Mukminin ! Beliau menjawab, "Baju besi yang ada di tangan si Yahudi ini adalah milikku. Saya tidak pernah menjualnya dan tidak pula pernah menghibahkannya."

Syuraih berkata "Wahai Amirul Mukminin, buktinya apa ?" 

Ali menjawab, "Qunbur, Hasan dan Husain. Mereka memberikan kesaksian bahwa baju besi itu adalah milikku."

Syuraih menimpali, "Kesaksian seorang anak tidak boleh diberikan untuk ayahnya."

 Lalu beliau menyela, "Seorang yang direkomendasikan masuk surga tidak diterima kesaksiannya ?" 

Sesungguhnya saya pernah mendengar

Rasulullah bersabda, "Hasan dan Husain adalah penghulu pemuda surga."

Namun Qadhi tetap dengan keputusannya.

Kemudian si Yahudi berkata, "Amirul Mukminin menyeretku ke hadapan qadhinya, sedangkan qadhinya memenangkanku atasnya ? 

Sungguh, saya bersaksi bahwasanya ini adalah kebenaran, saya bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketahuilah bahwa baju besi ini adalah benar-benar milik anda. 

Ketika itu aku turut mengendarai unta saat anda berangkat ke medan Shifin. Lalu di tengah malam baju besi ini jatuh tanpa anda sadari, lantas aku

mengambilnya." [9] 

📜Wallahu a'lam.

_________

1. Fath al Bari (7/71)

2. Ibid

3. Bidayah wa Nihayah (3/4)

4. Fadhailussahabah hal. 1168.

5. Tafsir ath Thabari (2/29)

6. Tarikh Islam hal. 645

7. Bidayah wa Nihayah (8/9)

8. Lathaif al M'arif  hal. 93

9. Asma Mathalib fi sirah Ali bin Abi Thalib hal. 304 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Keutamaan Ali bin Abi Thalib". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait