WANITA LUAR BIASA SAUDARI MUSA
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Allah ta'ala ketika menggambarkan keadaan saudari Musa 'alaihissalam berfirman :
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِۦ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِۦ عَن جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Dan berkata (ibu Musa) kepada saudarinya Musa : 'Ikuti dia'. Maka dia (saudari Musa) mengawasi Musa dari kejauhan, sedangkan mereka (orang-orang yang bertemu dengannya) tidak menyadarinya." (QS. Al Qashash : 11)
Dari ayat ini kita bisa mengetahui betapa hebat dan cerdasnya sosok wanita yang menjadi saudari Musa 'alaihissalam ini.
Ketika sang ibu menghanyutkan bayinya, yakni Musa kecil ke sungai Nil, ia dalam keadaan sedih dan terguncang hebat, hingga tentu tidak bisa berkata -kata banyak.
Ayat hanya merekam ucapannya kepada saudari Musa ketika itu sebuah kalimat pendek :
قُصِّيهِ
"Ikuti dia..."
Namun gadis belia yang baru berusia 15 tahunan ini bisa menangkap perintah ibunya itu dengan baik dan cermat, bukan sekedar mengikuti tanpa misi yang jelas.
Pertama, ia bersegera tanpa menunda sedikitpun dalam melaksanakan perintah ibunya. Karena lambat akan menyebabkan ia tidak akan bisa melaksanakan perintah tersebut. Adiknya akan terus terbawa arus sehingga ia tidak bisa mengikutinya.
Kalimat dalam ayat menggunakan kata : (فَ) yang artinya maka seketika. Bukan س (akan) atau ثم (kemudian) apalagi سوف (suatu saat nanti) bahkan juga bukan وَ (dan) yang juga masih menyisakan peluang adanya penundaan.
Artinya, saudari Musa ini bergerak sangat cepat dan sigap.
Kedua, ia melakukan pengawasan sebaik-baiknya arah ke mana adiknya di bawa aliran air. Tak sedikitpun ia lengah. Kalimat dalam ayat menyebutkan :
فَبَصُرَتْ بِهِ
Ada tambahan huruf (بِ) padahal bisa saja kalimatnya langsung : ُفَبَصُرَتْه.
Tambahan ب (dengan) di sini menunjukkan bahwa saudari Musa benar-benar memperhatikan adiknya.
Ketiga, dalam menjalankan misi mengikuti ini, ia tidak boleh melakukan hal yang mencurigakan. Karena kalau sampai ada orang Mesir yang curiga dengan tindak tanduknya lalu mengetahui identitas Musa yang sebenarnya, itu akan menyebabkan nasib buruk terhadap adiknya.
Sehingga kalimat dalam ayat menyebutkan :
عَن جُنُبٍ
"Dari kejauhan"
Sungguh sebuah kerja yang membutuhkan kecerdasan, kekuatan dan kematangan jiwa. Dalam kondisi sedih tapi harus tetap tegar, karena kalau sampai ia sedih tidak akan bisa berfikir jernih guna menyelamatkan adiknya.
Menyusuri sungai Nil, sambil bisa terus mengawasi tanpa menimbulkan kecurigaan orang yang ditemui di sepanjang misi, tentu bukan pekerjaan yang mudah.
Sehingga ayat menggambarkan :
وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Dan mereka tidak ada yang menyadarinya."
Saudari Musa benar-benar menjalankan misi ini dengan luar biasa suksesnya. Ini bukanlah pekerjaan diam-diam hanya untuk kurun waktu sehari atau sebulan, tapi sepanjang usia adiknya hingga dewasa.
Satu kecurigaan kaki tangan Fir'aun yang bisa membongkar rahasia ini, akan membuat Musa celaka.
Tapi lihatlah, bahkan kalimat ayat bukan menggunakan :
وَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
"Dan mereka tidak mengetahuinya."
Tapi menggunakan kata يَشْعُرُونَ (menyadarinya / merasakannya). Jadi jangankan sampai tingkat mengetahui, sekedar merasa curiga terhadap asal usul Musa saja tidak ada...
Selanjutnya, kecerdasan saudari Musa ini nampak lebih banyak lagi di peristiwa selanjutnya. Yakni ketika ia bisa mempengaruhi keluarga Fir'aun untuk menjadikan ibu mereka masuk ke dalam istana, tanpa sedikitpun rasa kecurigaan.
Wallahu a'lam
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
16 Oktober 2022 ·