TANYA JAWAB SEPUTAR TAHLILAN
Apakah yang disebut Tahlilan tersebut ?
Tahlilan hanya sekedar sebutan untuk kegiatan dzikir berjamaah, yang diisi pembacaan kalimat-kalimat dzikir seperti Tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Dan biasanya diadakan untuk seseorang yang meninggal dg harapan mempermudah perjalanan orang yang meninggal tadi di alam kuburnya .
Siapa yang pertama kali mengadakan Tahlilan ?
Orang pertama yang melakukan tahlilan adalah Rasulullah, pada peristiwa meninggalnya seorang sahabat bernama Sa'adz bin mu'adz. Pada saat itu, ketika jasad Sa'adz bin mu'adz selesai dikebumikan, Rasulullah tidak langsung pergi, namun belliau duduk bersama para sahabat yang lain, lalu bersama-sama membaca dzikir berupa bacaan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil secara berjamaah dalam waktu yang cukup lama.
Apa tujuan Rasulullah melakukan dzikir berjamaah tadi ?
Tujuan Rasulullah melakukan dzikir berjamaah untuk Sa'adz bin mu'adz tadi adalah untuk meringankan si Sa'adz dari himpitan siksa kubur. Karena setelah pembacaan dzikir tadi selesai, ada seorang sahabat yang bertanya "untuk apa pembacaan dzikir berjamaah tadi ya Rasul ?", Nabi menjawab "hamba yang soleh ini mengalami himpitan kubur, lalu Allah bebaskan berkat bacaan dzikir berjamaah tadi".
Apakah dzikir berjamaah buat orang meninggal adalah amalan khusus Nabi saja ?
Tidak, amalan dzikir berjamaah buat orang yang meninggal tidak cuma khusus boleh dilakukan oleh Nabi saja, tapi boleh dilakukan oleh siapa pun. Buktinya Nabi melakukannya tidak sendirian, namun beliau lakukan bersama para sahabat yang lain yang hadir pada saat itu.
Apakah setiap ada orang mukmin meninggal, perlu diadakan dzikir berjamaah untuknya ?
Betul, itu sangat perlu sekali. Karna sesudah Rasulullah selesai melaksanakan dzikir berjamaah untuk Sa'adz bin mu'adz, Rasulullah menjelaskan bahwa tiap mukmin yang meninggal pasti bakal menemui siksaan himpitan kubur, dan tak seorang pun yang bisa lolos darinya. Sebab jika ada yang bisa lolos, tentu Sa'adz bin mu'adz yang paling layak untuk lolos dan terbebas darinya.
Apa boleh jika dzikir berjamaah tadi juga dilakukan di hari-hari tertentu, misalkan di hari ke 40, ke 100 atau ke 1000 ?
Boleh saja, karna dzikir adalah ibadah ghoiru mahdoh yang tidak terikat syarat dan rukun, serta tidak terikat waktu. Selain itu, melihat kebiasaan Nabi dan para sahabat yang sering memilih hari-hari tertentu untuk melakukan ibadah sunah, itu dalil bolehnya memilih hari-hari tertentuk untuk amalan-amalan sunnah yang tidak terikat waktu.
Referensi :
Musnad imam ahmad, jilid 23 hal. 158 (nomor 14873)
Itersebutatu adzabil qobri imam baihaqi, hal. 84 (nomor 112/112)
kitab hadits az-zuhd hal. 215 (hadits nomor 357)
Fathul bari syarah sahih bukhori, jilid 3 hal. 69
Sumber FB Ustadz : Alfan Ahmad
17 Oktober 2022 ·