Saat Imam Said Menjemput Syahid (Bagian 2)

Saat Imam Sa'id Menjemput Syahid ii

SAAT IMAM SA’ID MENJEMPUT SYAHID (Bagian II)

oleh Ustadz  : Ahmad Syahrin Thoriq 

Ketika imam Said bin Jubeir rahimahullah telah berada di hadapan Hajjaj bin Yusuf, terjadilah dialog antara beliau dengan penguasa durjana tersebut.

Hajjaj bertanya : "Siapa namamu ?"

Sa'id : "Nama saya Sa'id bin Jubeir (Bahagia anak orang yang teguh)"

Hajjaj : "Bukan, tapi namamu adalah Syaqi bin Kusair (Si Celaka anak orang yang rusak)"

Sa'id : "Orang tuaku yang memberi namaku. Dia lebih tahu daripadamu"

Hajjaj : "Engkau Celaka. Ibu bapamu yang memberi namamu juga celaka".

Sa'id : "Yang tahu perkara ghaib itu bukan kamu.”

Hajjaj : "Diam kau ! Akan aku tukar tempatmu dari dunia pindah ke neraka !"

Sa'id : "Kalau aku tahu bahwa engkau yang berkuasa menentukan tempatku di akhirat, tentulah aku telah menyembahmu".

Hajjaj : "Apa pendapatmu tentang Muhammad ?"

Sa'id : "Dia Nabi yang membawa kasih sayang dan petunjuk".

Hajjaj : "Bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib ? Adakah dia masuk syurga atau neraka ?"

Sa'id : "Jika saya telah ke syurga atau neraka, tentulah saya dapat memberitahu kamu siapa yang ada di dalamnya."

Hajjaj : "Bagaimana pula pendapatmu tentang khalifah-khalifah yang lainnya ?"

Sa'id : "Bukanlah pekerjaanku untuk menyelidiki amal dan kerja mereka".

Hajjaj : "Siapakah diantara mereka itu yang paling engkau sukai ?"

Sa'id : "Yang paling diridhai oleh penciptaku".

Hajjaj : "Siapa yang paling diridhai oleh sang pencipta ?”

Sa'id : "Ilmu tentang urusan itu disisiNya.” 

Hajjaj : “Aku senang engkau berkata jujur kepadaku.”

Sa’id : “Karena aku tidak suka untuk mendustaimu.”

Hajjaj : "Mengapa engkau tidak pernah ketawa ?"

Sa'id : "Siapalah gerangan akan ketawa, kalau dia tahu dia berasal dari tanah yang akan dibakar api".

Al-Hajjaj : "Jadi, salahkah kami kalau kami tertawa ?"

Sa'id : "Hati kita tidak sama".

Kemudian dibawalah kehadapan Sa’id bin Jubeir berbagai batu permata yang mahal-mahal dan harta yang banyak. Melihat itu Sa'id berkata : "Kalau harta ini bisa menebus dirimu dari huru-hara hari kiamat, beruntunglah kamu dapat mengumpulnya. 

Tetapi satu hentakan saja pada hari kiamat, dapat menggugurkan anak yang masih di dalam kandungan dan dapat melepaskan anak dari pangkuan ibunya. Tidak ada gunanya mengumpul harta, kalau tidak dapat menolong di hari kiamat. Harta tidak berfaedah kecuali yang diperoleh secara baik dan bersih".

Kemudian Hajjaj menyuruh orang memainkan alat-alat musik dan nyanyian di hadapan Sa'id. Mendengar bunyi-bunyian itu, beliau menangis. Hajjaj bin Yusuf lantas bertanya kepadanya : "Mengapa engkau menangis?"

Sa'id : "Karena tiupan seruling ini mengingatkan aku akan tiupan sangkakala hari kiamat yang maha dahsyat".

Hajjaj : "Celakalah engkau Wahai Sa'id".

Sa'id : "Orang yang celaka adalah orang yang tidak dimasukkan ke syurga, tetapi justru dilemparkan ke dalam neraka"

Hajjaj : "Wahai Sa'id, pilihlah bagaimana cara aku membunuhmu !".

Sa'id : "Engkau sendiri yang berhak memilihnya. Demi Allah, cara apapun yang engkau tempuh untuk engkau membunuhku, engkau akan menerima hal yang sama".

Hajjaj : "Apakah engkau akan meminta ampun ? Aku bersedia mengampunimu.”

Sa'id : "Kalau ampunan itu dari engkau, aku tidak akan memohonnya. Ampunan itu milik Allah, karenanya aku cukup memohon terus kepadanya."

Hajjaj : "Bawalah dia, dan bunuhlah segera !"

Lalu Sa’di dibawa oleh pengawal Hajjaj, ketika akan keluar dari pintu ruangan. Justru beliau tertawa, satu hal yang sangat mengherankan termasuk para pengawal karena imam Sa’id tidak pernah tertawa. 

Hal itu lalu diberitahukan kepada Hajjaj. Ia pun menjadi sangat penasaran, Sa'id bin Jubeir pun diminta untuk dibawa kembali menghadap kepadanya.

Hajjaj : "Mengapa engkau tertawa ?"

Sa'id : "Aku sangat heran melihat keberanianmu terhadap Allah, dan aku takjub kelembutan Allah kepadamu".

Hajjaj sangat marah, dan kembali berkata : "Bunuhlah dia segera !"

Imam Sa'id bin Jubeir sedikit pun tidak merasa takut. Dengan bulat hati dia menyerahkan dirinya kepada Allah. 

Saat eksekusi akan dilaksanakan, wajahnya oleh algojo dihadapkan ke langit. Mulut sang imam menyebut-nyebut nama Allah dan kalimah suci. Melihat itu hati Hajjaj bertambah benci lalu berkata :

Hajjaj : “Bunuh dia !”

Algojo memiringkan wajah Sa'id untuk dipancung, namun  justru ia membaca ayat : 

وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض

"Sesungguhnya aku hadapkan muka dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi.”

Mendengar itu, Hajjaj bertambah benci lalu memerintah : "Jangan hadapkan mukanya ke arah kiblat ".

Mendengar perintah itu Sa'id membaca pula ayat yang lain :

 فأينما تولوا فثم وجه الله

“Dan ke mana saja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk mengadap Allah) maka di situlah arah yang diridhoi Allah.”

Lalu Hajjaj berkata: "Hadapkan mukanya itu ke tanah !".

Sa'id membaca ayat lain :

منها خلقناكم، وفيها نعيدكم

“Dari tanahlah Kami ciptakan kamu, dan ke dalamnya Kami akan mengembalikan kamu.”

Hajjaj semakin gusar lalu berkata memerintah : "Pancunglah lehernya segera !”

Ketika kepalanya ditekan beliau berkata dengan lantang : 

إني أشهد وأحاج أن لا إله إلا الله، وحده لاشريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، خذها مني حتى تلقاني يوم القيامة.

“Aku Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya, ambillah kesaksianku ini sampai kita bertemu nanti di hari kiamat.”

Kemudian beliau melanjutkan membaca do’a :

اللهم لا تسلطه على أحد يقتله بعدي

“Ya Allah, jangan berikan kesempatan orang dzalim ini untuk membunuh siapapun lagi setelah aku.” 

Pedang pun dijatuhkan ke batang leher Sa'id rahimahullah. Terpisah kepala itu dari badannya. Manusia mulia inipun meraih syahid tertinggi sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam :

«سَيِّدُ الشُهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدُ الْمُطَلِّبِ، وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ»

“Penghulu para syuhada’ adalah Hamzah bin ‘Abd al-Muthallib dan orang yang mendatangi penguasa dzalim lalu memerintahkannya (kepada kebaikan) dan mencegahnya (dari keburukan), kemudian ia (penguasa zhalim itu) membunuhnya.” (HR. Hakim)

Semoga-moga Allah ta’ala mencurahkan rahmat kasih sayangnya  kepada assyahid Sa'id bin Jubeir rahimahullah. 

Dan sejarah mencatat, Hajjaj hanya diberi umur tidak lebih dari 15 hari setelah kematian Sa'id bin Jubeir rahimahullah. Ia tertimpa penyakit yang aneh dan mengerikan. Alhamdulillah, akhirnya Allah pun mengistirahatkan hamba dan makhluknya dari segala kedzalimannya. 

Nantikan kisah kengerian kematian Hajjaj, insyaallah ....

📜Siyar A'lam Nubala (4/321- 332)

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Saat Imam Said Menjemput Syahid (Bagian 2)". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait