Kemungkaran Yang Hukumnya Diperselisihkan

Kemungkaran Yang Hukumnya Diperselisihkan, Maka Tidak Wajib Diingkari

Kemungkaran Yang Hukumnya Diperselisihkan, Maka Tidak Wajib Diingkari

Yg wajib diingkari adalah kemungkaran yg telah disepakati, adapun kemungkaran yg hukumnya diperselisihkan, maka tidak wajib. 

Imam Ibnu Rajab menulis, 

والمنكر الذي يجب إنكارُه ما كان مُجْمَعاً عليه، فأما المختلف فيه فمن أصحابنا من قال: لا يجب إنكاره على من فَعلَه مُجْتِهَداً أو مُقَلِّداً لمجتهد تقليدا سائغا...

[جامع العلوم لابن رجب، ٢٥٤]

__ 

Kemungkaran yg telah disepakati misalnya, meninggalkan sholat, judi, zina, ghibah, fitnah, durhaka pada org tua, minum bir, sihir, dll. Hal-hal tersebut wajib diingkari; baik oleh orang alim maupun awam. 

Adapun kemungkaran yg diperselisihkan keharamanya seperti, main catur, mencukur jenggot, dll. Maka tidak boleh diingkari orang yg melakukannya, karena mungkin ia mentaqlid ulama yg membolehkan atau yg hanya sekedar memakruhkan.

Sehingga ada kaidah: 

"لا يُنكر إلا ما أجمع على منعه" 

Begitu juga masalah-masalah yg diperselisihkan hukumnya oleh para ulama, semisal qunut subuh, mengeraskan basmalah saat sholat, mendahulukan lutut atau tangan saat sujud, dll, maka tidak boleh jg ada sikap ingkar jika melihat perbedaan dalam hal ini. 

Imam Ibnu Qudamah mengatakan, 

"لا ينبغي لأحد أن ينكر على غيره العمل بمذهبه، فإنه لا إنكارَ على المُجتَهَدَات"

[الآداب الشرعية لابن مفلح، ١\١٨٦] 

"...Tidak boleh ingkar pada ranah ijtihadiyyah" 

Kemudian para ulama dalam hal ini mengecualikan 2 bentuk perselisihan: 

1. Ikhtilafnya sudah tidak berlaku, alias hanya sejarah saja sekarang, misal dulu sebagian ulama salaf sempat berselisih mengenai hukum nikah mut'ah, tapi akhirnya semua sepakat akan ketidakbolehannya. 

2. Ikhtilafnya lemah atau tidak mu'tabar, semisal pendapat Ibnu Hazm akan bolehnya orang junub memegang Al-Qur'an, maka tidak dianggap. 

Dua hal ini, walaupun ada ikhtilaf pendapat tetap wajib diingkari. 

Kemudian, dari sini tidak berarti semua orang boleh mengambil pendapat-pendapat ulama semaunya, takutnya masuk dalam talfiq madzhab yg dilarang. Ini pentingnya bermadzhab, dan madzhab awam adalah madzhab ulama-ulamanya.

__ 

Jadi, jika ada ustadz di Indonesia yg melarang dengan keras qunut subuh, maka setidaknya dia telah melanggar 2 hal; pertama, melarang hal yg khilafiyyahnya kuat, kedua, menyampaikan pendapat di luar madzhab kaumnya. 

Intinya, bersikap keras dan berlebihan dalam masalah khilafiyyah bukanlah akhlaq salaf. 

Para salaf kita bahkan tidak ada yg menyuarakan semua orang untuk kembali ke satu madzhab atau satu pemahaman. Mereka menyadari bahwa perbedaan paham dalam melihat dalil adalah sunnatullah. 

Hakikat dalam berbeda pendapat adalah 

"قولي صواب يحتمل الخطأ، وقول غيري خطأ يحتمل الصواب" 

Wallahu a'lam.

Sumber FB Ustadz : Amru Hamdany

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Kemungkaran Yang Hukumnya Diperselisihkan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait