Kedermawanan Al Imam Abdullah bin Mubarak

Kedermawanan Al Imam Abdullah bin Mubarak - Kajian Islam Tarakan

KEDERMAWANAN AL IMAM ABDULLAH BIN MUBARAK

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

1. Abdullah bin Mubarak rahimahullah jika akan berangkat haji, maka ia akan mengumpulkan teman-temannya dan penduduk negerinya. Lalu menawarkan agar mereka mau berhaji dengannya.

Beliau akan mengumpulkan biaya haji dari setiap orang, kemudian menyimpannya. Lalu saat dalam perjalanan, sang imam bersama para pembantunya akan mengurus semua kebutuhan calon jama'ah haji itu secara optimal.

Yang beliau jadikan sebagai hidangan adalah sebaik - sebaik makanan dan jajanan begitu juga dengan tempat penginapan.

Dan saat telah tiba di Madinah ia akan mengatakan :

ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من المدينة من طروفها

"Apakah keluarga kalian ada yang pesan sesuatu dari barang-barang di Madinah ini untuk di beli ?"

Orang-orang pun menyebut berbagai barang oleh-oleh yang berbeda-beda, lalu Ibnu Mubarak pun membeli semua yang mereka sebutkan.

Lalu setelahnya mereka bergerak ke Makkah untuk menunaikan haji. Dan setelah selesai dari ibadah haji, beliau kembali berkata :

ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من متاع مكة 

"Apakah keluarga kalian ada yang pesan oleh-oleh dari kota Makkah ?"

Orang-orang pun satu persatu menyebutkan aneka barang yang mereka inginkan, dan kembali beliau mengurus pembelian semua barang-barang tersebut.

Dan ketika perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarak senantiasa mengurus kebutuhan para hujjaj itu dengan pelayanan terbaik, sebagaimana saat mereka berangkat.

Hingga setelah mereka tiba di negerinya. Lalu kembali ke rumah masing - masing dan bertemu keluarganya. Setelah tiga hari, Abdullah bin Mubarak mengundang mereka ke rumahnya, lalu menyerahkan bungkusan yang tertulis nama mereka masing-masing.

Dan setelah dibuka, isinya adalah uang yang pernah mereka kumpulkan kepada Abdullah bin Mubarak untuk biaya haji. Semuanya masih utuh tanpa berkurang sepeserpun.

2. Al imam Abdullah bin Mubarak memiliki sedekah rutin kepada fakir miskin dengan nilai  sekitar 100.000 dirham (6 milyar) pertahunnya.

3. Seorang temannya pernah meminta bantuannya untuk membayarkan hutang-hutangnya. Maka Abdullah bin Mubarak memberikannya secarik kertas kepada orang tersebut dan memintanya untuk mengambil dananya kepada bendaharanya.

Orang itu pun bergegas untuk mencairkan dana yang ia minta dari Abdullah bin Mubarak. Sesampainya di tempat bendahara, ia menyampaikan maksud tujuannya dan menyerahkan kertas yang ia bawa. 

Bendahara bertanya kepadanya : "Berapa hutang anda yang harus dilunasi ?"

Orang itu menjawab : "700 dirham (49 juta)."

Namun, bendahara tersebut melihat di catatan bahwa uang yang harus dicairkan adalah 7.000 dirham (490 juta), yakni kelebihan nol satu.

Maka bendahara itu meminta agar ia kembali kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengkonfirmasi ulang karena ada ketidakcocokan nominal uang yang harus dicairkan. 

Ketika orang itu kembali menemui Ibnu Mubarak, ia berkata : "Engkau telah salah menulis, yang aku minta bukan 7000, tapi hanya 700 dirham. Kalau begini caramu memperlakukan harta, hartamu bisa habis."

Abdullah bin Mubarak menjawab, "Kalau hartaku bisa habis, umurku lebih bisa untuk habis."

Beliaupun kembali menulis surat kepada bendaharanya, agar uang yang diberikan kepada orang tersebut adalah sesuai dengan apa yang tertulis. Yakni 7.000 dirham.

4. Ada seorang anak muda yang sering hadir menyimak kajian hadits Abdullah bin Mubarak. Suatu hari ia absen, beliaupun bertanya perihal anak muda tersebut kepada seseorang. 

Orang itu berkata kepada sang imam bahwa pemuda itu terlilit utang sebesar 10 ribu dirham (700 juta) dan sekarang sedang ditahan oleh pihak yang berwajib.

Al imam bin Mubarak pun meminta dipertemukan dengan orang yang telah memberi pinjaman kepada pemuda tersebut.

 Setelah bertemu, segera Ibnu Mubarak membayarkan utang pemuda tersebut sebesar 10 ribu dirham kepada orang itu dengan syarat agar pemilik piutang tersebut tidak perlu bercerita kepada siapapun tentang hal ini.

Setelah beberapa hari anak muda itu kembali hadir di majelisnya dan ia bertanya kepadanya, “Anak muda, dari mana saja engkau ? Beberapa hari ini aku tidak melihatmu ?”

Dia menjawab, “Wahai imam, saya terlilit utang hingga saya dipenjara."

Kembali beliau bertanya, "Lalu bagaimana kamu bisa bebas ?"

Pemuda itu menjawab : "Seseorang telah datang membayarkan utangku. Dan aku tidak tahu siapa orang itu.”

Abdullah bin Mubarak berkata : ”Alhamdulillah.” 

Dan Anak muda itu tidak pernah mengetahui bahwa orang yang telah membayar utangnya adalah Abdullah bin Mubarak kecuali setelah kewafatannya.

📜Siyar A'lam an Nubala (7/365 -392)

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

8 Oktober 2022 pada 06.52  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Kedermawanan Al Imam Abdullah bin Mubarak". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait