Kriteria Ulama Yang Diikuti
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Tidak semua orang bisa menjadi pemimpin, demikian kata orang - orang bijak, karena harus memenuhi kriteria dan syarat yang telah disepakati.
Begitu juga halnya dengan ulama, tidak setiap orang bisa mengaku sebagai ulama, apa lagi berkaitan dengan hak Allah dan baiktidaknya kita dalam beragama, maka harus ditetapkan kriteria dan syarat ulama yang layak untuk diikuti,
Jika tidak dibuat kriteria dan syarat ulama yang akan diikuti, maka yang dikhawatirkan setiap orang nanti akan mengaku sebagai ulama dan berani berfatwa tanpa keahlian,
Apalagi kita hidup diakhir zaman yang penuh dengan fitnah dan keburukan, Jika salah tempat mengambil ilmu maka salah jalan ke akhirat.
Adapun kriteria yang bisa dijadikan standar ulama yang harus diikuti :
1. Ulama yang ada isyarat dari Nabi akan kelahirannya.
Kenapa harus ulama yang ada isyarat dari Nabi akan kelahirannya ? karena secara langsung Nabi telah memilih orang yang layak untuk melanjutkan risalah islam bagi umat islam yang hidup pada masa berikutnya,
Diantara ulama yang ada isyarat dari Nabi akan kelahirannya :
a. Imam Syafi'i
لا تسب قریشا فان عالمها تملا الا رض علما
Janganlah kalian melecehkan orang Qurais, sesungguhnya orang Alim Qurais ilmunya akan tersebar luas dipermukaan bumi ( H.R. Ahmad )
Mazhab Syafii termasuk diantara Mazhab yang tersebar luas di dunia, bahkan menguasai satu wilayah yang tidak didampingi mazhab yang lainnya, seperti indonesia, malaysia, singapore, brunai darussalam, thailand dan filipina.
Dan mazhab Syafi'i menyebar merata hampir seluruh wilayah yang dikuasai umat islam dan hidup berdampingan dengan mazhab yang lain.
Maka ulama sepakat bahwa hadits diatas isyarat akan lahirnya Imam Syafii, dan ternyata dikemudian hari terbukti bahwa ilmu Imam Syafii menyebar luar dipermukaan bumi.
b. Imam Malik
قال رسول الله (صلى الله عليه وسلم) يخرج ناس من المشرق والمغرب في طلب العلم فلا يجدون عالما أعلم من عالم المدينة]
Orang dari timur dan barat keluar untuk menuntut ilmu, tidaklah mereka jumpai orang alim yang lebih alim dari orang alim madinah ( H.R. Ahmad )
Ulama sepakat bahwa orang alim yang dimaksudkan dalam hadits nabi ini adalah Imam Malik, karena pada zamannya tidak ada orang alim yang hidup di madinah kecuali Imam malik, dan Imam Malik digelar dengan Imam darul hijrah.
Imam Malik hidup dan mati di Madinah tetapi mazhabnya menyebar di benua Afrika, secara logika seharusnya menyebar di Madinah dan Mekah karena tempat lahirnya mazhab maliki di madinah.
c. Imam Abu Hanifah
4518 - حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْجُمُعَةِ
{ وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ }
قَالَ قُلْتُ مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يُرَاجِعْهُ حَتَّى سَأَلَ ثَلَاثًا وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ قَالَ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ أَوْ رَجُلٌ مِنْ هَؤُلَاءِ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ أَخْبَرَنِي ثَوْرٌ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ
صحيح مسلم - (ج 12 / ص 383)
Seandainya iman tergantung di langit, maka akan diambil oleh beberapa laki - laki atau seorang laki laki dari mereka ( kaum Salman Alfarisi ) HR. Muslim
Berdasarkan hadits ini, ulama bersepakat bahwa isyarat dalam hadits ini menunjukkan akan kelahiran Imam Abu Hanifah, karena Imam Abu Hanifah berdarahkan persia dan Imam Abu Hanifah diantara ulama yang berdarah persia yang pertama kali yang menonjol keulamaannya.
d. Imam Abu Hasan Asy'ari
Isyarat akan lahirnya Imam Abu hasan Asyari terlihat pada sebab turun Surah Al-Maidah Ayat 54
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيم
Para sahabat bertanya siapa yang dimaksud dalam ayat ini
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ
(maka Allah akan mendatangkan)
sebagai ganti mereka بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ (suatu kaum yang dicintai oleh Allah dan mereka pun mencintai-Nya)
Lalu nabi bersabda , “Mereka itu adalah kaum orang ini,” sambil menunjuk kepada Abu Musa Al-Asyari. ( HR. Hakim dalam sahihnya )
Nasab Imam Abu Hasan Asyari sampai kepada Sahabat nabi yang mulia Abu Musa Asyari, berdasarkan hadits ini, ulama menyimpulkan bahwa akan lahir dari keturunan Abu Musa Asyari yang akan menolong agama ini.
Dan diantara keturunannya yang menjadi penjaga agama ini adalah Imam Abu Hasan Asyari yang mematahkan argumen Muktazilah, Mujassimah, Musyabbihah, Syiah, Hasyawiyah dan murjiah.
Dan kebalikannya, jangan sampai kita mengikuti ulama yang tempat kelahirannya disebutkan dalam hadits Nabi tempat munculnya fitnah dan tanduk setan, karena bisa jadi yang lahir dari daerah tersebut manhaj yang buruk dalam memahami agama dan bertentangan dengan mayoritas ulama dari dulu sampai sekarang.
2. Ulama yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad
Kenapa harus ulama yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad? karena Nabi sendiri yang memerintahkan kepada kita untuk berpegang kepada ahli keluarganya, sebagaimana sabda Nabi :
وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ ، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ، ثُمَّ قَالَ: وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي ، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي ، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي
Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang pertama kitabullah didalamnya ada petunjuk dan cahaya maka ambil dan pegang teguhlah kitabullah, kemudian ahli baiti, aku ingatkan kalian kepada Allah berkaitan ahli baiti dan diulang nabi sampai tiga kali. ( HR. Muslim )
Yang menjadi pegangan kita bukan sekedar mengalir darah Nabi dalam tubuh mereka tetapi mereka ulama yang mengabdikan diri untuk mendalami agama dan ahli di bidangnya serta mendakwahkannya.
Dan diantara keistimewaan anak keturunan Nabi Muhammad mendapatkan doa dari umat islam sampai hari kiamat yang termaktub dalam sholawat kepada Nabi dan tidak terputus keturunannya sampai hari kiamat.
Seandainya kita disuruh memilih antara ulama keturunan Nabi dan yang bukan keturunan Nabi maka kita sebagai muslim yang cerdas pasti lebih memilih ulama keturunan Nabi bentuk memuliakan Nabi Muhammad.
3. Ulama yang hidup di tiga abad pertama hijriah.
Kenapa ulama yang hidup di tiga abad pertama hijriah ? Karena ada jaminan dari Nabi, bahwa generasi yang hidup ditiga abad pertama merupakan sebaik - baik generasi,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” ( HR. Bukhari -Muslim )
Di samping mereka hidup di abad terbaik mereka juga merupakan ulama otoritatif pada masanya, diantara ulama yang hidup di tiga abad pertama, dalam bidang Fiqih Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal, dalam bidang Akidah Imam Abu Hasan Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al maturidi, dalam bidang tasawuf Abu Junaid Al bagdadi.
Oleh sebab itu, Jangan sampai kita terkecoh dengan mereka yang mengaku mengikuti ulama salaf ternyata tidak hidup di tiga abad pertama hijriyah. Walaupun mereka berkoar - koar pemegang manhaj salaf, kalau masih hidup di akhir zaman maka tidak dikatakan ulama salaf.
Lebih aman mengikuti ulama yang hidup di tiga abad pertama, karena ibarat air semakin ke hulu dan ke mata air maka akan semakin jernih.
Mereka langsung belajar kepada sahabat Nabi dan tabi'in yang mendapatkan pendidikan terbaik dengan manhaj terbaik dari manusia terbaik Nabi Muhammad.
4. Ulama yang diikuti oleh mayoritas ulama dan umat islam.
Kenapa harus ulama yang diikuti oleh mayoritas ulama dan umat islam ? karena ada jaminan dari nabi, bahwa umat islam jika mayoritas maka mereka tidak akan sesat.
إن أمتي لا تجتمع على ضلالة، فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسواد الأعظم
“sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as-Sawad al-A’dzham” ( mayoritas )
Maka dapatlah kita simpulkan kemana arah yang harus kita ikuti, berdasarkan hadits di atas maka kita diperintahkan untuk mengikuti mayoritas ulama dan umat islam, yang dapat kita lihat sampai sekarang, bahwa mayoritas ulama dan umat islam mengikuti imam mazhab fiqih yang empat dalam bidang fiqih dan dalam Akidah mengikuti Akidah Asy'ari dan Al maturidi, sedangkan dalam bidang Tasawuf mengikuti konsep Abu Junaid Albagdadi dan Imam Ghozali.
Dan mustahil jika suatu methode rusak dan menyimpang diikuti oleh mayoritas ulama super cerdas, apa mungkin mereka tidak tau dan paham?
Sedangkan mereka diakui kealimannya dan dilanjutkan oleh murid - murid nya, yang hari ini diwakili oleh universitas Qorowiyin di Maroko, Al Azhar di Mesir, Zaitun di Tunisia, Ribat Tarim di Yaman, kampus - kampus di Pakistan, India, Turki, indonesia, malaysia, dan thailand dengan jutaan alumni bertahan ribuan tahun, apakah mereka bodoh semua ?
5. Ulama yang tidak suka menyalahkan amalan ulama yang lainnya.
Kenapa kita harus mengikuti ulama yang tidak suka menyalahkan amalan ulama dan mayoritas umat islam ? Karena ulama yang tidak suka menyalahkan amalan ulama merupakan ulama yang mendalam pemahamannya tentang ajaran islam, dan dengan pemahaman mendalam tersebut, mereka tahu mana yang masuk ke dalam kategori khilafiyah furu'iyah dan yang mana yang masuk kategori usul pokok yang tidak boleh berbeda didalamnya.
Dan ulama yang dikabarkan akan kelahirannya, yang hidup di tiga abad pertama hijriyah, yang mengalir darah Nabi di tubuh mereka, dan diikuti oleh mayoritas ulama dan umat, mereka tidak suka menyalahkan, membid'ahkan, mensyirikkan dan mengkafirkan amalan umat islam yang masuk ke dalam kategori khilafiyah furu'iyah.
Karena dengan ketakwaannya, hati mereka jernih tidak dikuasai oleh hawa nafsu dan pikiran mereka tajam dalam menganalisa setiap persoalan, serta dibawah bimbingan Allah, sehingga yang keluar dari mulut dan perbuatan mereka nilai - nilai keimanan dan ketakwaan yang menyejukkan hati umat islam.
Logika sederhana beragama, jika satu ulama dihujat dan dikritik oleh mayoritas ulama dari zaman hidupnya sampai sekarang, berarti ulama tersebut bermasalah dalam manhajnya, bukan ulama yang menghujat yang harus dipertanyakan, karena yang mayoritas tidak akan berkumpul dalam kesesatan.
Dan lebih baik mengikuti ulama yang ada isyarat dan jaminan dari Nabi dari pada yang tidak ada sama sekali.
Yang lebih berbahaya mengikuti ulama yang lahir di negeri, yang mana nabi tidak mau mendoakan negeri tersebut dan diingatkan oleh nabi bahwa negeri tersebut tempat munculnya fitnah dan tanduk setan.
Dalu - dalu, Rabu 8 September 2021
Yuk Umroh 2021 yang minat hubungi kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
8 September 2022 pada 10.50 ·