Aswaja dan Sifat Mutasyabihat

Aswaja dan Sifat Mutasyabihat

Aswaja dan Sifat Mutasyabihat 

Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai

Beberapa kaidah aswaja dalam memahami sifat mutasyabihat :

1. Wajib mendahulukan ayat muhkamat ( ayat yang jelas maknanya ) diatas ayat mutasyabihat ( ayat yang samar - samar maknanya) agar tidak terjerumus ke dalam faham tajsim mengaggap Allah bertubuh dan tasybih menyerupai Allah dengan makhluk.

Sebagai contoh, Ayat tidak ada yang menyerupai Allah sedikit pun لیس كمثله شٸ dan Allah tidak ada yang setara dengannya ولم یكن له كفوا احد harus didahulukan dari ayat الرحمن علی العرش استوی dan ayat mutasyabihat yang lainnya, agar tidak salah memahami kedudukan Allah dalam akal manusia.

2. Wajib mensifati Allah dengan sifat yang telah disifati Allah untuk dirinya, agar tidak jatuh kepada paham ta'thil meniadakan sifat bagi Allah.

Aliran muktazilah dan jahmiyah diantara yang mengusung pendapat yang menyatakan Allah tidak memiliki sifat.

Meniadakan sifat Allah yang telah Allah tetapkan atas dirinya, sama halnya tidak meyakini Allah secara utuh, jika tidak meyakini Allah secara utuh, maka bisa jatuh kepada kekufuran.

3. Wajib mensucikan dan membersihkan Allah dari sifat kekurangan dan penyerupaan dengan makhluk, agar tidak jatuh kepada paham karramiyah, zhahiri dan wahhabi dengan metode isbat lughawi penetapan sifat Allah berdasarkan arti bahasa. 

Contoh dari paham karramiyah adalah الله جسم لا كالاجسام  Allah itu punya tubuh tetapi tidak seperti tubuh - tubuh yang lain, dan contoh isbat lughawi, Allah punya tangan tetapi tidak seperti tangan makhluk.

Kalimat di atas sepintas benar, tidak menyamakan dengan tubuh dan tangan makhluk, tetapi mereka lupa ketika mengatakan tubuh dan tangan dalam arti fisik seperti dimiliki makhluk merupakan kesalahan fatal, karena Allah bukan fisik yang berbentuk dan tidak bisa digambarkan, maka ditegaskan dalam ayat لیس كمثله شٸ agar tidak terjerumus ke dalam paham tajsim dan tasybih.

4. Wajib meyakini Allah memiliki sifat yang sempurna, dan setiap sifat Allah yang dikhawatirkan dianggap kurang di mata orang awam dan musuh islam maka harus ditakwilkan, agar tidak jatuh kepada paham menganggap Allah lemah.

Sifat Allah terbagi dua, ada yang bersifat non fisikal seperti mendengar, melihat, mengetahui , hidup dll maka tidak perlu ditakwil karena sifat mendengar, melihat, mengetahui, hidup dll tidak berbentuk, bervolume, tidak bisa diukur bentuknya, dan tidak bisa digambarkan, maka tidak akan jatuh kepada paham tajsim dan tasybih.

Maka boleh mengatakan Allah maha mendengar tetapi tidak sama dengan pendengaran makhluk, sebab makhluk mendengar dengan gendang dan daun telinga, sedangkan Allah tidak mendengar dengan alat pendengaran.

Sifat yang kedua, bersifat fisikal, maka sifat Allah yang bersifat fisikal harus ditakwilkan, tujuannya untuk mensucikan Allah dari sifat kekurangan dan kelemahan, karena jika Allah memiliki sifat kurang dan lemah, maka tidak layak dituhankan.

Contoh sifat yang bersifat fisikal, tangan, wajah, turun, datang dll, maka harus ditakwilkan jika khawatir jatuh kepada penyerupaan dengan makhluk, maka tangan ditakwilkan dengan kekuasaan, wajah dengan zatnya Allah.

Takwil bukan mengantikan sifat Allah dengan sifat lain, tetapi mencari arti yang lebih layak bagi Allah, agar tidak serupa dengan makhluk dalam artian fisik.

Bagi yang tidak khawatir terjerumus akalnya ke pemahaman tasybih dan tajsim, maka metode tafwidh lebih baik baginya, menyerahkan maknanya kepada Allah tanpa mempertanyakannya, karena Allah lebih tahu akan dirinya, cukup bagi kita beriman sesuai dengan sifat yang disifatinya untuk dirinya.

Tafwidh bukan bermakna meniadakan sifat tersebut bagi Allah, tetapi makna dan maksud dari sifat tersebut diserahkan kepada Allah, agar Allah suci dari sifat kekurangan dan penyerupaan.

5. Wajib meyakini bahwa sifat Allah tidak terbatas, adapun mempelajari sifat 20 untuk memudahkan mengenalkan Allah, agar tidak terjerumus kepada aliran yang menyimpang.

Jika ada 20 sifat ini pada tuhan, maka ketuhanannya diakui dan baru bisa disematkan sifat yang lainnya kepada tuhan tersebut.

Karena jika disematkan sifat yang lain, sebelum ditetapkan 20 sifat ini, maka akan terjerumus kepada paham tasybih dan tajsim.

Sebagai contoh, Allah punya tangan dan wajah, jika dua sifat ini disematkan kepada Allah, tanpa didahului mempelajari sifat 20 yang keempat مخالفۃ للحوادث, maka akan terbayang dalam akal bahwa Allah serupa dengan makhluk, tetapi jika diawali mempelajari sifat 20, maka akalnya akan bersih dari penyerupaan Allah dengan makhluk, sebab dalam sifat 20 sudah ditegaskan bahwa Allah wajib bersifat مخالفۃ للحوادث berbeda dengan yang baharu.

Dalu - dalu, Ahad 18 September 2022

Yuk umroh yang minat hubungi kami.

#LaskarTambusaiBentengAswaja

#HidupKanMatiBeramalWalauSedikit

Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa

19 September 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Aswaja dan Sifat Mutasyabihat". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait