Tangisan Yang Berubah Jadi Kenyataan

Tangisan Yang Berubah Jadi Kenyataan

Tangisan Yang Berubah Jadi Kenyataan

Syam adalah negeri ulama dan auliya`. Tak terhitung jumlah ulama dan auliya` yang lahir dari negeri ini. Diantaranya adalah Syekh Muhammad Amin Suwaid ; sahabat Syekh Badruddin al-Hasani qaddasallahu sirrahuma.

Seperti halnya Syekh Badruddin, Syekh Muhamamd Amin tidak hanya mumpuni dalam ilmu-ilmu syariat, tapi juga dalam ilmu-ilmu ‘aqliyyah dan dunyawiyah.

*** 

Suatu ketika Syekh Muhammad Amin berkunjung ke India. Para ulama dan ilmuwan di sana ingin mengujinya. Syekh Muhammad Amin menerima ‘tantangan’ itu. 

Syekh Muhammad berkata: “Hadirkan sepuluh pakar paling hebat dari setiap bidang keilmuan yang kalian miliki.” Setelah mereka hadir, Syekh berkata: “Silahkan lontarkan 10 pertanyaan tersulit yang pernah kalian temukan dalam bidang keilmuan yang kalian kuasai.” Masing-masing melontarkan pertanyaan tersulit yang mereka tahu. Seluruhnya dijawab dengan lancar dan meyakinkan oleh Syekh Muhammad Amin.

Setelah itu Syekh berkata kepada mereka: “Sekarang tiba giliranku. Aku akan melontarkan satu pertanyaan saja pada masing-masing kalian.” Dan, tak satu pun dari pertanyaan itu yang bisa mereka jawab.

*** 

Namun demikian ada yang selalu membuat Syekh Muhammad Amin sering menangis. Ia tidak hafal al-Quran. Ini yang membuatnya ‘iri’ pada mereka yang hafal al-Quran apalagi di usia yang sangat muda. 

Ia tak pernah menjadikan ‘kelemahannya’ ini untuk mengatakan: “Yang penting kan tadabbur. Apa gunanya hafal kalau tidak paham.” Tidak. Ia merasa sangat sedih.

Kesedihannya jujur. Tangisannya murni. Tanpa kepura-puraan. Karena itu Allah Swt kabulkan tangisan itu pada anak cucunya. Cucunya ; Dr. Ayman Suwaid adalah pakar qiraat, penasehat Lembaga Internasional Tahfiz al-Quran di Rabithah Alam Islami dan mahaguru yang telah melahirkan para qurra` di berbagai belahan dunia. 

Suatu ketika seorang muqri` senior bertemu dengan Dr. Ayman Suwaid. Muqri’ ini berkata: “Syekh Ayman, engkau adalah tetesan air mata Syekh Muhammad Amin Suwaid yang sering menangis karena tidak hafal al-Quran dan tetesan itu sekarang berubah menjadi dirimu.”

*** 

Syekh Muhammad Amin adalah sosok yang suka berjalan. Suatu kali ia berkunjung ke Turki. Di sana ada seorang wali yang tinggal di bukit dan jarang berinteraksi dengan manusia. Nyaris tidak ada yang bisa bertemu dengannya. 

Syekh Muhammad Amin ingin mencoba untuk berkunjung ke gubuk sang wali. Tapi banyak yang mencegah karena akan sia-sia belaka. Tapi Syekh Muhammad bersikeras untuk mencoba. Ajaib, ketika Syekh Muhammad Amin sudah dekat, sang wali keluar dari gubuknya dan menyambut kedatangan Syekh Muhammad seraya berkata: “Marhaban Syekh Muhammad Amin…” Padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Setelah pulang, banyak yang penasaran apa yang dibicarakan oleh Syekh Muhammad bin Amin dengan sang wali. Karena terus didesak, Syekh Muhammad Amin menceritakan sedikit pembicaraan mereka berdua.

“Diantara yang kami bicarakan adalah wali-wali yang Allah Swt muliakan di bumi ini. Saya bertanya padanya tentang Syekh Alimsuti. Ia menjawab: “Syekh Alimsuti dikaruniai tawakkal yang kalau dibagi untuk seluruh penduduk Syam sungguh cukup bagi mereka.”

Kemudian saya bertanya tentang Syekh Badruddin al-Hasani. Ia tertunduk. Lalu berkata :

أما هذا فلا يعلم قدره إلا الذي خلقه

“Adapun Syekh Badruddin, tidak ada yang tahu kedudukannya selain Yang Menciptakannya.”

تنزل الرحمات عند ذكر الصالحين ، فاللهم ارحمنا وألحقنا بهم يا أرحم الراحمين

*Disarikan dari muhadharah Dr. Adnan Ibrahim

[YJ]

Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi

11 Juli 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Tangisan Yang Berubah Jadi Kenyataan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait