Jenazah Yang Disaksikan Banyak Mata
Entah sampai sekarang masih belum mampu menghindar dari bayang-bayang Kiai Fakhri. Pertemuan terakhir saya agak lama, yakni ketika saya minta izin kepada beliau dan segenap Zuriyah Syaikhona Kholil dengan rencana pembangunan PP Raudhatul PpRaudlatul Ulum Suramadu
Tingkat kepadatan jadwal Salawatan beliau sangat tinggi. Sepertinya beliau ingin mempertahankan "Bangkalan Kota Dzikir dan Shalawat", tidak hanya sebagai selogan di gapura, tapi betul betul menjadi realita meskipun mengorbankan kesehatan beliau sendiri.
Kalau anda sering menghadiri pemakaman para kiai yang dicintai oleh umatnya, setidaknya ada 2 ciri khas:
1. Iringan bacaan Tahlil. Kalau ini sebenarnya hampir ditemukan di setiap pemakaman warga NU. Fadhail ini bersumber dari riwayat:
عَنِ ابنِ عُمَرَ قَالَ لَمْ يَكُنْ يُسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجَنَازَةِ إِلاَّ قَوْلُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا
Ibnu Umar berkata: "Tidak didengar dari Rasulullah Saw yang mengiringi janazah kecuali ucapan La ilaha illa Allah, baik ketika berangkat atau pulang” (Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu 'Adi dalam kitab al Kamil sebanyak dua kali, I/271 dan IV/299).
Namun gemuruh bacaan Tahlil dan tangisan orang-orang yang mencintainya terasa seperti akan memasuki alam akhirat.
2. Ribuan Pelayat
Hampir setiap wafatnya kiai besar akan ditemukan pemandangan seperti ini. Khusus Zuriyah Syaikhona Kholil saya mengetahui sejak KH Kholil AG, KH Abdullah Sachal (ayahanda Kiai Fakhri), Ra Lilur (Paman Kiai Fakhri) selalu dihantar oleh ribuan orang dengan bambu yang panjang (bisa ditemukan kemarin saat dari Masjid Agung Bangkalan ke Makam Mertajasa).
Pemandangan semacam ini sudah ada sejak masa ulama dahulu. Al-Hafidz Adz-Dzahabi mengabadikan prosesi pemakaman Al-Hafidz Ibnu Al-Jauzi:
ﺛﻢ ﺫﻫﺒﻮا ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻣﻊ اﻟﻤﻨﺼﻮﺭ، ﻓﺼﻠﻮا ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﺿﺎﻕ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ، ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﺸﻬﻮﺩا، ﻓﻠﻢ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺣﻔﺮﺗﻪ ﺑﻤﻘﺒﺮﺓ ﺃﺣﻤﺪ ﺇﻟﻰ ﻭﻗﺖ ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻤﻌﺔ
Mereka membawa jenazah Ibnu Al-Jauzi ke Masjid Jami' Al-Manshur, mereka menyalatkan di sana. Penuh dengan manusia. Hari itu semua mata menyaksikan. Jenazahnya tidak bisa sampai ke liang lahat di dekat kuburan Ahmad bin Hambal hingga waktu Salat Jumat (Siyar A'lam An-Nubala', 15/463)
Demikian pula kemarin, jenazah Kiai Fakhri terhambat saat akan masuk ke masjid, juga ketika akan dimakamkan.
• Saya (ditandai kotak biru) hadir menyaksikan jenazah beliau di Masjid Syaikhona Kholil Bangkalan. Saya bersaksi beliau seorang ulama yang Soleh, alim, mencintai Rasulullah dan umatnya.
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin
15 Mei 2022 pada 15.18 ·