Sebarkan Sejarah, Faham dan Bahaya Khawarij

Sebarkan Sejarah, Faham dan Bahaya Khawarij

SEBARKAN SEJARAH, FAHAM DAN BAHAYA KHAWARIJ

Secara dokumental, eksistensi aliran Islam Khawarij tercatat dalam sejarah Islam. Meskipun kelompok Khawarij adalah kelompok ekstremis yg ada di masa Sahabat, namun dalam sejarah, embrionya dapat dilacak keberadaannya sejak masa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Makna Khawarij

Tentang makna khawarij, para ulama menyampaikan berbagai definisi, diantaranya seperti yg dijelaskan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari atau Imam Al-Asy'ari rahimahullah (Bashrah 260 - 323 H / 873 - 935 M Baghdad), bahwa kelompok khawarij adalah nama kelompok yg memberontak khalifah keempat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Beliau juga menjelaskan bahwa sikap mereka memberontak kepada Ali, merupakan sebab mengapa mereka dinamai khawarij. Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah mengatakan :

والسبب الذي سموا له خوارج خروجهم على علي  لما حكم

"Sebab mengapa mereka diberi nama khawarij adalah karena mereka memberontak Ali, disebabkan peristiwa tahkim". (Termaktub dalam kitab Maqalat Al-Islamiyin, karya Al-Imam Al-Asy’ari (1/207), dan kitab Al-Milal wan Nihal (1/132) karya Al-Imam Abu al-Fath Abdul Karim bin Abi Bakar Ahmad Asy-Syahrastani Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Imam As-Syahrastani rahimahullah, 1086 - 1158 M di Bunjikat Tajikistan).

Munculnya Khawarij

Kelompok khawarij pertama adalah mereka yg memberontak Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, setelah beliau menerima keputusan tahkim seusai perang Shiffin. Kelompok ini juga memiliki nama lainnya, selain nama kkhawarij. Diantaranya: Haruriyah, As-Syarrah, Al-Mariqah, Al-Muhkimah. Dan mereka menerima berbagai sebutan ini, selain nama Al-Mariqah. Mereka mengingkari nama ini, karena Mariqah artinya yg menembus. Sikap berlebihan mereka dalam beragama, menyebabkan mereka tembus (kebablasen) dalam islam, sebagaimana panah yang menembus binatang sasaran, karena saking kuatnya. (Kitab Maqalat Islamiyin, Imam Al-Asy’ari, 1/207).

Asal mula adanya, telah ditandai oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sekitar tahun 8 - 9 H (sekitar 629 - 630 M), tetapi wujudnya baru menjelma pada tahun 37 H atau 657 M. Yang kemudian terjadi pembunuhan terhadap Sayyidina Ali Bin Abu Thalib Karramallahu Wajhah. Sebagai gerakan buram entitas sejarah Islam, meskipun telah lenyap, akan tetapi ciri dan karakternya tetap eksis, bisa kita ditemukan sepanjang zaman, sampai kini dan yg akan datang.

Dzul Khuwaishirah At-Tamimi

Cikal bakal watak Khawarij ini tergambar jelas dalam sosok Dzul Khuwaishirah, seorang Muslim pedesaan yg merasa dirinya lebih baik daripada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sehingga tak ragu memberikan koreksi pada beliau. 

Dikutip dari kitab Talbis Iblis, karya Al-Imam Al-Hafidh Jamaluddin Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali Bin Jauzi Al-Qurasyi Al-Bagdadi Al-Hambali atau Imam Ibnul Jauzi rahimahullah (wafat 16 Juni 1201 M di Bagdad, Irak) mengatakan  dedengkot  Khawarij dan orang yg terburuk di kalangan mereka adalah bernama Dzul Khuwaishirah. 

Al-Hafidh Al-Imam Syaikhul Islam Amirul Mukminin fi hadits Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kinani Al-‘Asqalani, Al-Mishri Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah (18 Februari 1372 M - 2 Februari 1449 M di Kairo, Mesir), dalam kitab Nuzhatul Albab fil Alqab menyebutkan bahwa ada dua nama Dzul Khuwaishirah di masa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. 

Pertama, Dzul Khuwaishirah At-Tamimi adalah bapak kaum Khawarij, dan kedua, Dzul Khuwaishirah Al-Yamani, yg dikenal dungu, keras kepala, tak beretika, serta pernah mengencingi Masjid Nabawi. 

Menentang Rasulullah

Nama Dzul Khuwaishirah, populer di kalangan kaum Muslimin, tatkala terjadi pembagian hasil rampasan perang Hunain. Dalam kitab Shahih Bukhari diriwayatkan : 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ ذَاتَ يَوْمٍ قِسْمًا، فَقَالَ ذُو الخُوَيْصِرَةِ، رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ، قَالَ: «وَيْلَكَ، مَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ» فَقَالَ عُمَرُ: ائْذَنْ لِي فَلْأَضْرِبْ عُنُقَهُ، قَالَ: «لاَ، إِنَّ لَهُ أَصْحَابًا، يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمُرُوقِ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ

Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, dia berkata : "Ketika kami sedang bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yg sedang membagi2kan pembagian (harta rampasan), datanglah Dzul Khuwaishirah, seorang laki2 dari Bani Tamim, lalu berkata : "Wahai Rasulullah, engkau harus berlaku adil". Maka beliau berkata : "Celaka kamu !. Siapa yg bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh, kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil". Kemudian 'Umar berkata : "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata : "Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman2 yg salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur'an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan)". (HR. Imam Bukhari rahimahullah).

Latar belakang kritik pedas Dzul Khuwaishirah itu terhadap Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menurut Ibnul Jauzi rahimahullah, dalam kitab Kasyf Al-Musykil Min Hadits as-Shahihain( juz I, halaman 306), dikarenakan saat pembagian hasil rampasan perang Hunain, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memang mengutamakan sebagian kelompok yg tak lain adalah para mu’allaf (non-Muslim yg diharapkan masuk Islam). Hal inilah yg kemudian membuat seorang Dzul Khuwaishirah berkata : “Demi Allah, ini adalah pembagian yg Rasul tidak ada melakukannya”. Lalu ia mendatangi Rasulullah seperti yg diceritakan dalam riwayat Bukhari di atas.

فهذا أول خارجي خرج في الإسلام، وآفته أنه رضي برأي نفسه، ولو وقف لعلم أنه لا رأي فوق رأي رسول الله وأتباع هذا الرجل هم الذين قاتلوا علي بن أبي طالب

Inilah khawarij pertama, yg memberontak dalam Islam. Sisi cacat orang ini : dia lebih menyetujui pendapat pribadinya. Andaikan dia diam, dia akan menyadari bahwa tidak ada pendapat yg lebih benar melebihi pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pengikuti orang inilah yg memerangi Ali bin Abi Thalib. (Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, kitab Talbis Iblis, halaman 90).

Ciri Dzul Khuwaishirah At-Tamimi dan Pengikutnya

Keterangan lainnya, meriwayatkan bahwa Abdullah Bin Dzil Khuwaishirah, nama lainnya adalah Hurqush ibn Zuhair As-Sa’di digambarkan sbg lelaki saleh. Berbagai riwayat shahih menggambarkan lelaki bani Tamim ini, satu klan dgn Muhammad ibn Abdul Wahab At-Tamimi (pendiri Wahabi) dgn sejumlah ciri fisik antara lain : cekung matanya (غائر العينين), menonjol tulang pipi dan dahinya (مشرف الوجنتين ناشز الجبهة), lebat jenggotnya (كث اللّحية), plontos kepalanya (محلوق الرّأس), dan cingkrang celananya (مشمّر الإزار). 

Menurut Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, dari jenis lelaki ini kelak lahir para ahli ibadah, yg membasahi bibirnya dgn bacaan al-Qur’an (يتلون كتاب اللَّه رطبا), sehingga dikenal sbg Al-Qurra’ (القراء). Ibadah mereka tekun, tangannya kapalan. Di antara dua matanya terdapat tanda bekas sujud (بين عينيه اثر السجود). Kata Rasulullah, “bacaan kalian tidak ada apa2nya dibanding bacaan mereka, shalat kalian tidak ada apa²nya dibanding shalat mereka, puasa kalian tidak ada apa²nya dibanding puasa mereka.” Namun, kesalehan mereka itu sirna, karena mereka merasa paling saleh. Mereka membaca Al-Qur’an dan menyangka Al-Qur’an hujjah bagi mereka, padahal hujjah terhadap mereka (يقرءون القرآن يحسبون أنه لهم وهو عليهم). Mereka seburuk2 makhluk Allah (شرار خلق الله).

Akhirnya, penerus Dzul Khuwaishirah digambarkan sbg sekumpulan ahli ibadah. Bacaan al-Qur’an, shalat, dan puasa mereka tidak ada bandingannya, tetapi Nabi shalallahu alaihi wasallam justru memerintahkan kita hati2 terhadap mereka. Kenapa ? Karena mereka "membajak" Islam untuk membela nafsu mereka dalam memonopoli kebenaran. Khawarij adalah pendahulu kelompok takfiri. Hukum Allah subhanahu wa ta'ala pun diringkus dalam tafsir mereka yg sempit. Siapa saja yg tidak berhukum dgn hukum Allah dalam pengertian mereka, dicap sbg orang yg sesat, kafir, dan bahkan boleh diperangi hingga dibunuh.

Penganut dan pengikut Khawarij adalah sekelompok ahli ibadah yg sangat berlebihan dalam beribadah dan  agama (الغلو في الديانة والتنطع في العبادة), tetapi justru malah kehilangan substansi dan inti agama.  Padahal mereka adalah golongan Hafidzul Qur’an, Shai’mun nahar dan Qa’imul lail. Itu artinya, kelompok ini adalah kelompok yg sangat tidak mengerti akan ajaran agama Islam. Maka, penting bagi untuk bisa memahami ajaran Agama Islam dan tidak terjebak pada hal² yg bersifat identitas-simbolistik semata.

Sebab menurut Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Idahram yg berjudul “Mereka memalsukan kitab2 karya ulama klasik” bahwa ciri2 Dzul Khuwaishirah adalah berjidat hitam, kepalanya botak, memakai gamis setengah kaki dan berjenggot panjang. Dari kelompok inilah yg kemudian menjadi cikal bakal kelompok2 ekstrem yg ada saat ini.

Dr Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan, ciri² kaum khawarij telah dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam :

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ؛ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Akan keluar di akhir zaman, sekelompok kaum yg pengalamannya kurang (pemahaman agamanya sedikit), akalnya bodoh. Mereka mendengung2kan ucapan terbaik yg ada di muka bumi ini. mereka membaca Al-quran, namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka melesat dari agama, sebagaimana anak panah melesat dari hewan sasaran..." (HR. Imam Bukhari rahimahullah).

Imam Asy-Syihristani rahimahullah berkata : “Siapa saja yg keluar dari ketaatan terhadap pemimpin yg sah, yg telah disepakati, maka ia dinamakan Khariji (seorang Khawarij), baik keluarnya di masa sahabat terhadap Al-Khulafa Ar-Rasyidin maupun terhadap pemimpin setelah mereka di masa tabi’in, dan juga terhadap pemimpin kaum muslimin di setiap masa.” (Kitab al-Milal wan Nihal, halaman 114).

Doktrin Khawarij

Khawarij mempunyai doktrin yg khas, diantaranya adalah konsep AT-TAKFIR dan konsep HAKIMIYYAH. Khawarij awal Islam telah mengkafirkan Khalifah Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah sbg penguasa yg sah dan kemudian memfatwakan untuk membunuhnya, karena dianggap mendustakan hukum Allah subhanahu wa ta'ala. Kini juga sama persis, kaum Khawarij modern juga mengkafir²kan, lalu memerangi terhadap individu, masyarakat dan juga negara yg tidak menegakkan hakimiyyah (kedaulatan hukum Allah) di muka bumi. Bahkan, diantara kelompok khawarij modern, ada yg memfatwakan untuk membunuh Amerika dan sekutunya baik sipil maupun militer kapan pun dan di manapun menemukan mereka. Inilah KHAWARIJ HADZA AL-ASHR.

Khawarij inilah yg dalam sejarah pemikiran islam dikenal sbg golongan tekstualis, mereka betul² bersandar pada teks, dan menganggap pemikiran yg bertentangan dgn teks adalah lawan yg harus dimusuhi, mereka adalah pejuang formalisme-simbolistik agama. Mereka sangat anti dgn penafsiran² terhadap agama dgn menggunakan penafsiran yg kontekstual. Mereka rela mengafirkan saudaranya yg bertentangan dengannya. Seperti dulu mereka mengkafirkan Ali dan Muawiyah dan keduanya harus dibunuh, mereka berhasil membunuh Ali dan gagal membunuh muawiyah. 

Dalam sejarah perkembangannya khawarij itu mengalami pasang surut. Namun, sebagai salah satu pemikiran keagamaan, kelompok penganut khawarij tidak akan pernah hilang dari sejarah pemikiran Islam. Pemikiran² tekstualis, sbg cikal bakal pemikiran khawarij, akan tetap ada sampai kapanpun. Mereka ini sangat anti intelektualisme, tidak tertarik dunia keilmuan, sanad keilmuan, sangat stagnan dalam berfikir dan sangat dangkal wawasan keagamaannya. Mereka, lebih banyak menggunakan otot daripada otaknya.

Bersikap Ghuluw Dalam Beribadah

Sifat ghuluw ini, telah ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya : 

يخَرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَتيِ يَقْرَأُوْنَ الْقُرْآَنْ. لَيْسَ قِرَاءَتُكُمْ إِليَ قِرَاءَتِهِمْ بِشَيْءٍ. وَلاَ صَلاَتُكُمْ إِلىَ صَلاَتِهِمْ بِشَيْءٍ. وَلاَ صِيَامُكُمْ إِلىَ صِيَامِهِمْ بِشَيْءٍ 

“Akan muncul suatu kaum dari umatku, yg membaca Al-Qur’an, yg mana bacaan kalian tidaklah sebanding bacaan mereka sedikitpun, tidak pula shalat kalian sebanding dgn shalat mereka sedikitpun, dan tidak pula puasa kalian sebanding dgn puasa mereka sedikitpun”.

Berkata Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah : ”Berkata Imam Nawawi rahimahullah, bahwa yg dimaksud yaitu mereka tidak ada bagian kecuali hanya melewati lidah mereka, tidak sampai pada kerongkongan mereka, apalagi ke hati mereka. Padahal yg diminta adalah dgn men-tadaburi-nya supaya sampai ke hatinya."

Kerusakan pemahaman yg buruk dan dangkalnya pemahaman fiqih mereka mempunyai bahaya yg besar. Kerusakan itu telah banyak membingungkan umat Islam dan menimbulkan luka yg berbahaya. Dimana mendorong pelakunya pada pengkafiran orang² shalih yg dianggap sesat, serta mudah sekali mencela tanpa alasan yg benar. Akhirnya, timbullah dari yg demikian itu perpecahan, permusuhan dan peperangan. Oleh karena itu Imam Bukhari rahimahullah berkata : ”Adalah Ibnu Umar menganggap mereka sbg Syiraaru Khaliqah (seburuk2 mahluk Allah)”. Dan dikatakan bahwa mereka mendapati ayat2 yg diturunkan tentang orang2 kafir, lalu mereka kenakan untuk orang2 beriman”.

Berlebihan dalam ibadah, berupa puasa, shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an merupakan perkara yg masyhur di kalangan orang2 Khawarij. Dalam Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari (12/283) disebutkan : ”Mereka (Khawarij) dikenal sbg qura’ (ahli membaca Al-Qur’an), karena besarnya kesungguhan mereka dalam tilawah dan ibadah, akan tetapi mereka suka menta’wil Al-Qur’an dgn ta’wil yg menyimpang dari maksud yg sebenarnya. Mereka lebih mengutamakan pendapatnya, berlebih2an dalam zuhud dan khusyu’ dan lain sebagainya”.

Sesungguhnya kesalahan Khawarij yg sangat besar adalah kelemahan mereka dalam penguasaan fiqih terhadap Kitab Allah dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang dimaksud adalah buruknya pemahaman mereka, sedikitnya tadabbur dan merasa terikat dgn golongan mereka, serta tidak menempatkan nash2 dalam tempat yg benar.

Neo Khawarij

Sekarang ini ada muncul istilah neo khawarij, dalam dunia modern sekarang ini, banyak istilah2 baru bermunculan untuk memberikan penguatan terhadap aliran2 yg muncul sebelumnya. Ini adalah kreasi yg diciptakan oleh pemikir2 kontemporer, untuk memberikan label terhadap khawarij² gaya baru yg banyak bermunculan sekarang ini. Mereka mereka ini lebih canggih di banding khawarij zaman dulu. Disamping sangat mudah menyesatkan atau mengafirkan yg tidak semadzhab dan mengklaim pemahamannya yg paling benar, juga kadang menggunakan jalan pintas untuk melakukan kekerasan atas nama agama, tidak segan2 untuk melukai, bahkan pembunuhan lewat praktek bom bunuh diri. Mereka juga percaya diri selalu membenarkan perbuatan mereka dgn bahasa jihad. Mereka menggeneralisasi orang² kafir dan orang muslim yg dianggap menyimpang dari pemahamannya, adalah merupakan musuh yg harus dimusnahkan. Sangat mengerikan sekali.

Dari tipologi Khawarij tsb, Syaikh Ali Jum’ah dalam kitab Ar-Raddu ‘ala Khawarijil-‘Ashri, menyebutkan ciri² kaum Khawarij modern dgn tiga ciri :

Pertama, keluar (kharij), yakni tidak mengakui pemerintah (ulil amri) yg sah. Sebab, bagi mereka ketaatan hanya kepada pemimpin mereka yg dinilai memerintah sesuai dgn syariat.

Kedua, menganggap semua pihak yg berbeda pandangan dgn mereka sbg musuh yg harus dilawan karena dipandang sbg kafir.

Ketiga, menghalalkan darah, harta dan harga diri semua pihak yg tidak seideologi dengan mereka

Menjebak Kaum Muda Dangkal Agama

Termasuk perkara yg dipandang dapat mengeluarkan dari jalan yg lurus dan penuh petunjuk adalah umur yg masih muda (HADAATSAH AS-SINN) dan berakal buruk (SAFAHAH AL-HIL). Yang demikian itu sesuai dgn sabda Nabi Muhammad  Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ 

“Akan keluar pada akhir zaman suatu kaum, umurnya masih muda, sedikit ilmunya, mereka mengatakan dari sebaik2 manusia. Membaca Al-Qur’an tidak melebihi kerongkongannya. Terlepas dari agama seperti terlepasnya anak panah dari busurnya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah)

Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah, adapun yg dimaksud dgn istilah AHDAATSUL ASNAAN adalah mereka itu pemuda (syabaab)”, dan yg dimaksud dgn SUFAHA-A AL-AHLAAM adalah “akal mereka rusak (‘uquluhum radi-ah). Imam Nawawi rahimahullah mengatakan : ”Sesungguhnya tatsabut (kemapanan) dan bashirah (wawasan) yg kuat akan muncul ketika usianya sempurna, banyak pengalaman serta kuat akalnya” (Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, XII/287).

Sebagaimana keterangan Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah dan Imam An-Nawawi rahimahullah tsb, bagi kelompok umur yg masih muda, jika dibarengi dgn akal yg rusak akan menimbulkan perbuatan yg asing dan tingkah laku yg aneh, antara lain : 

1. Mendahulukan pendapat mereka sendiri daripada pendapat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya yg mulia Radhiyallahu ‘alaihim. 

2. Meyakini bahwa diri merekalah yg benar, sedangkan para imam yg telah mendapat petunjuk itu salah. Mengkafirkan sebagian atas sebagian yg lain hanya karena perbedaan yg kecil saja. 

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menggambarkan kepandiran dan kerusakan mereka dgn perkataannya : ”Mereka menghalalkan darah anak2, tetapi tidak menghalalkan makan buah tanpa dibeli. Berpayah-payah untuk beribadah dengan tidak tidur pada malam hari (untuk shalat lail) serta mengeluh ketika hendak di potong lidahnya karena khawatir tidak dapat berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, tetapi mereka membunuh Imam Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan menghunus pedang kepada kaum muslimin (sebagaimana keluhan Ibnu Maljam). Untuk itu tidak mengherankan, bila mereka puas terhadap ilmu yg telah dimiliki dan merasa yakin bahwa mereka lebih pandai atau alim daripada Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘anhu. Hingga Dzul Kwuaishirah berani tidak sopan dan berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ”Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak adil”. Tidak sepatutnya Iblis dicontoh dalam perbuatan keji seperti ini. Kami berlindung kepada Allah dari segala kehinaan”. ( Kitab Tablis Iblis, halaman 95).

Orang2 yg merasa paling benar sendiri dgn pendapatnya, dapat kita temukan dgn mudah di zaman modern ini, termasuk di Indonesia. Tidak hanya dalam hal agama, dalam hal politik maupun penilaian terhadap suatu hal, banyak orang2 yg merasa paling benar sendiri dgn pendapatnya. Sering kita dapati kasus perkelahian dan permusuhan, hanya karena perbedaan pendapat. Kelompok Khawarij ini sering menggunakan cara kekerasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Bahkan, mereka tidak segan2 melakukan persekusi terhadap orang2 yg dianggap melakukan perbuatan maksiat. Anehnya lagi, mereka melakukan tindakan tsb, dgn alasan untuk berdakwah dan mencegah keburukan. Orang2 yg merasa paling benar sendiri itu, sebenarnya secara tidak langsung telah menganggap dirinya sbg Tuhan. Karena, kebenaran yg mutlak dan tunggal hanya milik Tuhan, bukan manusia.

Mereka tidak menyadari bahwa tindakan kekerasan dan persekusi, pada akhirnya hanya akan memunculkan masalah baru seperti permusuhan, kebencian, dan dendam. Orang2 seperti ini bisa kita sebut dgn istilah kelompok beragama yg keblinger. 

Pemahaman islam ala khawarij adalah pemahaman yg kaku, mereka mempersempit keberadaan Islam sebagai agama yg dinamis, agama yg fleksibel dan agama yg rahmatan lil 'alamin.

Al-Hafidh Al-Muhaddits Abul Fida’ ‘Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir bin Dhau’ bin Katsir Zara’ Al-Qurasy Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 18 Februari 1373 M di Damaskus, Suriah) ketika menyebutkan kisah mereka, lalu beliau berkomentar : 

وهذا الضرب من الناس من أغرب أشكال بني آدم، فسبحان من نوّع خلقه كما أراد، وسبق في قدره العظيم‏

"Manusia model seperti ini adalah bentuk keturunan Adam yg paling aneh. Maha Suci ‎Dzat yg menciptakan jenis makhluk-Nya ini seperti yg Dia kehendaki. Semua telah ‎didahului oleh taqdir-Nya yg agung. (Kitab an-Nihayah wa al-Bidayah, 7/316)‎.

Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik

WEBSITE 

https://www.sarinyala.id/

Facebook Jama'ah Sarinyala https://www.facebook.com/groups/1811379799080690/?ref=share

Facebook 

https://www.facebook.com/sarinyala.id/

YOUTUBE MAJELIS NGAJI SARINYALA https://youtube.com/c/MAJELISNGAJISARINYALA

Twitter @hazanafa

Instagram : ahmadzainialawi

#khawarij #NU #ekstrimis #NKRIhargamati #banser #santrinu

Sumber FB : Sarinyala.id sedang di Sinau Sejarah Jama'ah Sarinyala.

12 Maret 2022 pada 21.10  · Gresik, Jawa Timur  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Sebarkan Sejarah, Faham dan Bahaya Khawarij". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait