Saya Tetap Menyebut Mereka Salafi
Sebab dalam pengakuan mereka menyebut dirinya Salafi. Karena saya sedang memberi jawaban kepada mereka tentu saya harus menyebut mereka sesuai pengakuan mereka sendiri.
Akhirnya ada Sohib saya yang mantan Salafi menyarankan agar saya tetap menyebut nama mereka dengan Salafi karena tulisan saya kadang dibaca dan dishare oleh sesama mereka. Sehingga tafsiran hadis dalam perspektif selain manhaj mereka juga dibaca oleh mereka. Jika sejak awal saya menulis dengan sebutan nama yang mereka benci maka tulisan saya dan kandungan di dalamnya tidak akan dibaca oleh mereka.
Saya sendiri tidak meyakini sepenuhnya pengakuan mereka betul-betul Salaf. Sebab dulu ulama Salaf banyak yang mengamalkan Tawassul tapi mereka bilang syirik. Ulama Salaf banyak yang menerima hadis dhaif, malah mereka menuduh pengamal hadis dhaif adalah ahli bidah. Dan banyak lagi yang lain. Lalu mana Salafnya?.
Mereka menolak sebutan nama W*h*bi dengan beberapa alasan:
1. Pemimpin gerakan dakwah mereka adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Seharusnya dipanggil nama Muhammadi.
Jawabannya sama seperti Imam Syafi'i. Nama beliau adalah Muhammad bin Idris bin Syafi'. Nyatanya pengikut Madzhab Syafi'i tidak disebut Muhammadi, tapi kakeknya yaitu Syafi'. Demikian pula Imam Ahmad bin Hambal, pengikutnya disebut Hambali bukan Ahmadi.
2. Wahhab adalah Asma' Al-Husna.
Jawabannya dulu juga ada nama aliran Jabariyah, juga dari Al-Jabbar. Para ulama dulu tidak menganggap sebutan Jabariyah kepada kelompok fatalism ini sebagai penghinaan terhadap nama Allah. Sebab kedua nama tersebut sudah "diiqtibas" (pelajaran di Balaghah) untuk nama aliran. Jadi tidak ada kaitan dengan tuduhan merendahkan nama Allah.
Sumber FB : Ma'ruf Khozin
21 Maret 2022 ·