Kita Beragama Dengan Cara Ilmiyah

Kita Beragama Dengan Cara Ilmiyah

Kita beragama dengan cara ilmiyah, bukan dengan cara rivalitas demid vs decul dalam elclasico

Banyak yang mengatakan bahwa kontroversi akhir-akhir ini akan jadi amunisi bagi kelompok sebelah untuk menyerang tasawuf sunny dan mazhab aswaja. Kita katakan bahwa itu sama sekali bukan amunisi untuk menyerang tasawuf sunny, tidak bisa juga untuk menyerang aswaja, itu cuma amunisi mereka untuk yang menyerang yang bersangkutan, toh ilmu tasawuf dan mazhab aswaja ga berubah dengan itu. 

Lagian itu malah jadi bukti bahwa teman-teman aswaja selama ini yang dibela adalah keilmuwan bukan pribadi, kelompok, apalagi asal bukan wahabi. Buktinya saat ada kesalahan ilmiyah, walau dari teman yang dicintai mereka, mereka berada digaris terdepan dalam mengkritiknya, walau sungkan, tapi tanggungjawab ilmiyah membuat semua bicara.

Lagian kritiknya juga fokus pada kesalahan ilmiyah, adapun masalah pribadi itu urusan pribadi beliau, kalau mau kita nasehatin ya secara pribadi, tapi masalah ilmiyah yang disampaikan didepan umum, ya kita kritik juga didepan umum, bukan karena permusuhan, tapi sebagai tanggung jawa ilmiyah. 

Jadi teman-teman wahabi atau apapun itu lah, yang selama ini sering dikritik, jangan anggap kritik teman-teman karena memusuhi kalian atau kelompok kalian secara pribadi, tapi itu murni kritikan secara ilmiyah, jika diantara kalian membuat kesalahan pribadi tugas kita menutup aib kalian, dan menasehati secara pribadi, itu hak kalian sebagai muslim. Jadi kita tidak memusuhi siapapun, tapi hanya mengkritik secara ilmiyah.

Prinsip kita dalam kelimuwan aswaja jelas, semua dirangkum dalam tiga rukun yang asasnya ilmiyah sehingga lahir la madrasah. Dalam aqidah berpegang pada madrasah asyairah, maturidiyah dan fudhala hanabilah. Dalam fikih dengan madrasah mazhab yang empat. Dalam dalam tasawuf dengan madrasah ghazali dan junaid. Karena ketiga rukun itu adalah hasil turats ilmiyah dari para imam selama ribuan tahun, dimana semuanya bersumber dari alquran dan sunnah, yang dipahami dengan kaidah bahasa dan akal serta petunjuk praktis dari para murid rasulullah saw. Yang sesuai dengan itu kita dukung, walau dia membenci kita, yang berbeda dengan itu kita kritik walau dia orang terdekat yang kita cintai.

Bagaimana ketika dulu memujinya? Bukakah itu kesalahan? Tidak, ketika memujinya beliau masih benar secara ilmiyah, jadi yang kita puji kebenarannya, bukan orangnya secara pribadi, karena yang kita suruh tonton ya pengajian ilmiyahnya, yang bermasalah kan kajian sekarang, dan manusia bisa berubah, jika beliau berubah lagi, kita akan memujinya lagi, sekali lagi yang kita puji keilmiyahannya, simpel kan? 

Sama lah seperti syeikh albany, kita kritik beliau dalam tadh'if dan tashih hadis, bukan karena benci pada beliau, apalagi karena beliau kelompok sebelah, tapi karena kesalahan ilmiyahnya diwilayah itu, adapun fahras beliau pada musnad ahmad, takhrij beliau ulama kita memujinya, jadi salah kaprah kalau ada yang menganggap kita mengkritik karena masalah pribadi dan karena ketidaksenangan apalagi rivalitas kelompok

Jadi kajian lamanya sampai sekarang kajian dulu masih bagus? Tentu, hanya saja kita tidak merekomendasikan lagi buat awam, karena takut awam ga bisa memilah mana yang sesuai dengan keilmiyahan qawaid aswaja, mana yang enggak. Jadi fix ya, selama ini yang kita bela adalah manhaj ilmiyah, bukan pribadi, kelompok apalagi karena taashub?

Itu karena kita tidak beragama dengan pandangan decul vs demid, dimana selalu menganggap kelompok sebelah adalah musuh yang harus salah dan diserang, tidak kita tidak beragama dengan cara elclassico yang penuh rivalitas dan permusuhuan, beragama dengan cara seperti itu hanya mewariskan permusuhan, tapi kita sebagai muslim beragama secara ilmiyah, jika masih dijalur ilmiyah kita bela, jika tidak maka kita kritik, dan kita sampaikan kepada khalayak yang bukan spesialis bahwa ini tidak ilmiyah selebihnya kita mencintai sesama sebagai hamba tuhan

Bahkan jika suatu saat teman sekaligus kembaran saya gus Abdul Wahab Ahmad yang selama ini hampir selalu satu pendapat salah secara ilmiyah, saya adalah orang paling depan mengkritiknya, begitu juga jika beliau melihat saya salah secara ilmiyah, saya yakin beliau gak akan diam, karena itu bentuk tanggungjawab ilmiyah kita. "kita mungkin lawan secara pemikiran, tapi kita semua adalah teman dalam berfikir". Apalagi sesama muslim kan?

ليس لنا الى غير الله حاجة و لا مذهب

itu prinsip ilmiyah kita, kita juga tidak mengikuti manhaj aswaja karena fanatik golongan atau kelompok, tapi karena keilmiyahannya, bahkan kita mengikuti rasulullah saw juga karena keilmiyahan. Suatu hari syeikh buty ditanyakan "siapa orang yang berpengaruh dalam pemikiran ilmiyah anda?" Beliau menjawab "tidak ada, saya hanya berpegang pada prinsip ilmiyah semata, bahkan rasulullah saw sendiri saya ikuti, karena ilmu mengatakan beliau adalah utusan dari tuhan yang harus saya ikuti"

Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi

24 Maret 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Kita Beragama Dengan Cara Ilmiyah". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait