Fiqih Empat Mazhab
Oleh : Ahmad Sarwat, Lc MA
Saya punya dosen orang Mesir yang mengajar fiqih ikhtilaf atau fiqih perbandingan Mazhab. Alih-alih diajak diskusi atau berdebat, kita disuguhkan atraksi perdebatan para ulama.
Kita sebagai murid diminta untuk tidak usah berdebat, karena kita bukan pada maqomnya. Begitu beliau tegaskan. Kita hanya disuruh nonton perdebatan empat Mazhab melalui penjelasan drama beliau.
Maka di kelas beliau seperti dalang, menyajikan suguhan dialog-dialog tajam antara kubu Mazhab fiqih yang berbeda.
Yang bikin saya kagum adalah seni peran yang beliau bawakan. Kalau lagi memperagakan diri sebagai ulama kalangan Mazhab Hanafi dengan segala hujjah dan argumentasinya, beliau seperi seorang Abu Hanifah, atau Abu Yusuf atau Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani.
Rupanya beliau betul-betul memerankannya dengan totalitas. Seolah yang berdiri di depan kami ulama Hanafi tulen, original dan bukan kw.
Soalnya ketika orasi, benar-benar meyakinkan, lengkap dengan intonasi kalimat dan gerak gestur tubuhnya. Bahkan ketika menghujamkan dalil-dalil Qur'an Hadits serta logika khas mazhab Hanafi, semua mengalir lancar tanpa putus.
***
Begitu jeda, kita sekelas tiba-tiba merasa jadi penganut Mazhab Hanafi tulen. Dan yakin 100% bahwa inilah pendapat yang paling benar. Sebab sangat kuat dalil Qur'an dan Sunnahnya. Pokoknya keren dan the best.
Tapi . . .
Begitu beliau melanjutkan penjelasan, kali ini memerankan diri sebagai ulama bermazhab Syafi'i, ternyata kita dibuatnya terkaget-kaget dan jatuh duduk.
Sebab kali ini beliau seperti berubah menjadi seorang As-Syafi'i asli, yang hafal Qur'an luar kepala di usia 5-7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwaththa' di usia 12-an tahun, matan dan sanad.
Dan ajaibnya, semua hujjah mazhab Hanafi dan tadi begitu meyakinkan, tiba-tiba jadi mentah semua.
Mirip kantong kresek plastik kena semburan api kompor, semua lumer dan menciut. Satu per satu argumen mashab Hanafi dipatahkan dengan mudah.
Atau mirip pendekar kungfu yang menotok aliran darah lawannya, sekejap lawannya langsung tidak bisa bergerak dan kaku.
Wah . . .
Tiba-tiba kami sekelas yakin sekali bahwa Mazhab yang paling benar itu hanya Mazhab Syafi'i. Mazhab lain tidak ada apa-apanya.
Dan pertunjukan belum selesai. Beliau meneruskan lagi.
Kali ini beliau menerangkan diri sebagai ulama dari dua mazhab lain, yaitu Maliki dan Hambali.
Namun kali ini kedua Mazhab ini seperti mengulangi dua Mazhab sebelumnya. Rupanya Maliki lebih pro ke Hanafi dalam kasus ini dan Hambali pro ke Syafi'i.
***
Terakhir, kedudukan dinyatakan seri, alias tidak ada yang kalah atau menang. Atau boleh dibilang semuanya memang dan tidak ada yang kalah.
So, yang latar belakangnya bermazhab Hanafi, anda tidak usah pindah ke Mazhab lain, sebab Mazhab yang anda anut selama ini sudah benar.
Yang latar belakang mazhabnya Syafi'i juga santai saja. Mazhab anda selama ini juga sudah benar. Tidak perlu pindah Mazhab.
Yang Maliki dan Hambali, kalian juga benar, tidak perlu pindah Mazhab.
***
Bel berdering dan kita keluar kelas dengan hati puas. Ternyata empat Mazhab itu hebat-hebat semua. Tidak ada satu pun masalah yang tidak bisa mereka jawab.
Dan yang paling penting, ternyata semuanya berdalil pakai Al-Quran dan As-Sunnah 100% secara pasti dan mutlak. Tidak ada yang tidak pakai.
Sayang sekali banyak umat Islam yang belum beruntung, belum diberi kesempatan menyaksikan pertunjukan drama 4 Mazhab yang sedemikian seru, tegang tapi juga mengasyikkan.
Buktinya masing-masing masih merasa paling benar sendiri, dengan segala kemiskinan ilmu dan keterbatasan kemampuan berijtihad, bisa-bisanyq ceramah sambil mencemooh fiqih empat Mazhab.
Dengan lugunya asyik menggiring-giring opini agar orang-orang memerangi empat mazhabnya, lalu disuruh menafsir-nafsirkan sendiri ayat Qur'an dan Hadits. Padahal bahasa Arab tidak bisa, ilmu Ushul fiqih pun tidak pernah belajar.
Wah betapa kasihannya para jamaahnya. Ngaji belajar agama, malah digiring opininya untuk anti Mazhab, benci ulama, dan menginjak-injak ilmu fiqih.
***
Sebagai murid saya saat itu terbersit ingin suatu hari bisa mengajarkan fiqih perbandingan Mazhab seperti beliau.
Namun saya tahu diri, karena belum hafal luar kepala semuanya dalil dan hujjah sebagaimana beliau.
Oleh karena itu saya mulai dari mencatat dan menuliskan bahan-bahan materinya. Lalu catatan-catatan itu saya kumpulkan jadi satu, saya rapikan, dibuat bab dan sub bab, lalu dibuatkan daftar isi.
Akhirnya saya pikir dari pada hanya jadi catatan yang disimpan di hardisk, kenapa tidak dicetak jadi buku dan dijual, biar manfaatnya bisa lebih banyak.
Otak-atik sana sini, edit sini edit situ, jadilah sebuah buku yang saya kasih judul : Fiqih Empat Mazhab.
======================
Pemesanan : hubungi langsung Ust. Lukman Safri, Lc : 085-341-771-661
Judul : Fiqih Empat Mazhab
Penulis : Ahmad Sarwat, Lc., MA
Tebal : 400 hlm.
Harga Rp. 175.000,-
++++++++++++++++++++++
Daftar isi : rumahfiqih.com/buku/1/32
baca juga Buku Fiqih Empat Mazhab
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
12 Maret 2022