Pertanyaan lagi bagi Taymiyun

Pertanyaan lagi bagi Taymiyun - Kajian Islam Tarakan

Pertanyaan lagi bagi Taymiyun

Ada pertanyaan super gampang lagi buat para Taymiyun alias Wahabi yang biasanya mengaku sebagai pengikut salaf. Bila ini ditanyakan pada Ahlussunnah wal Jamaah (Asy'ariyah - Maturidiyah) maka jawabannya sangat sangat gampang dan sederhana. Tapi bila ditanyakan ke Taymiyun, mungkin akan beda ceritanya,

seperti pertanyaan-pertanyaan saya sebelumnya pada mereka.

Pertanyaan kali ini adalah:

SAAT ALLAH NUZUL KE LANGIT DUNIA (YANG ADA DI BAWAHNYA LANGIT KEDUA ITU), APAKAH ARASY ADA DI ATAS ALLAH?

Silakan dijawab 

______________________________________

Bocoran jawaban 

______________________________________

Nuzul dalam perspektif Ahlussunnah wal Jamaah bukanlah suatu pergerakan atau perpindahan Dzat Allah dari atas ke bawah. Nuzul dalam makna semacam itu adalah nuzulnya makhluk di mana ada tiga jisim yang terlibat, yakni jisim yang menjadi tempat atas, jisim yang menjadi tempat bawah dan jisim yang berpindah dari jisim atas ke arah jisim bawah. Sebab Allah bukan jisim dan Allah tidak bertempat, maka otomatis bukan itu makna Nuzul bagi Allah.

Nuzul adalah tindakan Allah pada bagian bumi yang sedang mengalami 1/3 malam terakhir di mana Allah membuka pintu rahmat dan pintu ampunan yang lebih lebar serta memberi peluang yang lebih besar bagi terkabulnya doa. Maksud utama dari hadis yang menjelaskan nuzul adalah agar seorang mukmin semangat untuk beribadah malam di saat orang lain tertidur pulas. 

Dengan demikian pada hakikatnya tidak ada kaitannya antara nuzul dengan posisi Allah dengan Arasy atau pun dengan langit dunia. Ungkapan seolah Allah mendekat dari atas ke bawah adalah ungkapan untuk memudahkan orang untuk memahami betapa Allah di saat 1/3 malam terakhir memperlakukan hambanya yang bermunajat secara lebih spesial. Ini sama seperti ungkapan bahwa Allah berlari pada hambanya yang berjalan ke arah-Nya atau ungkapan bahwa Allah dekat dengan orang-orang shalih. Ini adalah tentang kedekatan spiritual, bukan kedekatan jarak antar dua jisim.

Dengan demikian, maka pertanyaan di atas sama sekali tidak relevan dalam perspektif Ahlussunnah wal Jamaah. Pertanyaan semacam itu sama dengan pertanyaan apakah posisi knalpot mobil listrik ada di sebelah kiri atau kanan? Pertanyaan tidak relevan sebab mobil listrik tidak punya knalpot. 

Adapun dalam perspektif ahli bid'ah seperti Taymiyun, pertanyaan di atas akan sulit dijawab sebab adanya tiga kredo: (1) Mereka mengasosiasikan keberadaan Allah dengan tempat tertentu di atasnya Arasy sedangkan Nuzul diasosiasikan dengan tempat di atas langit dunia. (2) Dzat Allah harus di posisi yang lebih tinggi secara fisikal dari semua makhluk.(3) Dilarang keras mentakwil atau memahami teks secara konotatif sehingga semua harus serba literal-denotatif. 

Akhirnya terjadilah kontradiksi yang tidak bisa terselesaikan. Bila mereka menjawab "Ya, Arasy lebih tinggi secara fisikal dari Allah di saat nuzul", maka runtuhlah kredo kedua. Bila menjawab "Tidak, Arasy tetap di bawahnya Allah setiap saat", maka runtuhlah kredo ketiga sebab artinya tidak turun secara literal-leksikal tetapi dimaknai secara takwil. Bila menjawab bahwa sebagian Dzat Allah tetap di atas Arasy dan sebagian lainnya di bawah Arasy, maka ini adalah pengakuan tajsim yang gamblang yang membuat mereka takkan bisa mengelak lagi dari anggapan sebagai mujassim tulen. 

Saya memberi bocoran jawaban karena mereka tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini kecuali dengan cara yang absurd atau dengan cara marah-marah dan mengutuk membid'ah-bid'ahkan. Semoga bermanfaat.

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

25 Februari 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pertanyaan lagi bagi Taymiyun". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait