Faidah Jam'u Al-Jawami' iv

Faidah Jam'u Al-Jawami' (4)

Faidah Jam'u Al-Jawami' (4)

#Faidah_UshulFiqih

Al-Imam Tajuddin Al-Subki dalam kitabnya tersebut menyebutkan definisi Al-Jahl:

و الجهل انتفاء العلم بالمقصود و قيل تصور المعلوم على خلاف هيئته. 

“Al-Jahl adalah ketidakadanya ilmu dengan sesuatu yang dimaksud. Dikatakan, Al-Jahl menggambarkan sesuatu yang berbeda dengan esensinya.”

Definisi ini bukanlah hasil buatan dari Al-Imam Subki, namun beliau mengambil definisi ini dari Al-Qashidah Al-Shalahiyyah. Qasidah ini memiliki nama asli Hadaiq Al-Fushul wa Jawahir Al-Ushul adalah salah satu karya Al-Imam Abu Bakr Muhammad bin Makki Al-Fami (w. 507 H), yang dikenal dengan sebutan Ibnu Makki, murid dari penulis kitab Al-Muhaddzab dan Al-Luma', Al-Imam Abu Ishaq Al-Syirazi (w. 476 H). Ibnu Makki berkata dalam Qasidahnya saat mendefinisikan Al-Jahl:

و إن أردت أن تـحد الجـهلا ★ من بعد حد العام كان سهلا

و هو انتفاء العام بالمقصود ★ فاحفظ فهذا أوجز الحدود 

Dikisahkan oleh Al-Imam Jalaluddin Al-Suyuthi: Saat Qasidah ini usai ditulis oleh Al-Imam Ibnu Makki, beliau segera menghadiahkan karyanya kepada Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, karena melihat antusias Sultan dalam menyebarkan Akidah Ahlussunnah. Al-Ayyubi menerimanya dengan senang hati, saking senangnya, beliau menyerukan semua sekolah untuk mengajarkan kitab tersebut ke seluruh penjuru daerah yang ia kuasai. Hingga Qasidah ini pun lebih dikenal dengan sebutan Qasidah Al-Shalahiyyah, dinisbatkan kepada Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai orang yang berjasa dalam menyebarkan Qasidah tersebut. 

Diantara potongan Qasidah tersebut yang berisikan ajaran Ahlussunnah:

قد اسـتوى اللهُ على العــرشِ كما ★ شاءَ ومَنْ كيَّفَ ذاكَ جسَّمَا

والاستــواءُ لفظُـــهُ مشهُــــــــورةْ ★  لهــا معــــانٍ جــمَّةٌ كثيرةْ

فنكِــــلُ الأمَــــــرَ إلى اللــهِ كمــــا ★  فوَّضَـهُ مَنْ قبلَنا مِنْ عُلمَا

والخَوضُ في غوامِضِ الصفـــاتِ ★  والغوصُ في ذاكَ منَ الآفاتِ

إذ في صـفاتِ الخَلقِ مَـا لا عُلِمــا  ★  فَكيفَ بالخالِقِ فانْحُ الأسلَما

“Allah beristiwa pada 'Arsy sebagaimana yang dia kehendaki, adapun orang yang mengkondisikan bagaimana istiwanya, maka dia telah men-jisimkan Allah.”

“Lafadz Istiwa sudah masyhur, dia memiliki makna yang sangat banyak.”

“Maka kami serahkan urusan makna tersebut kepada Allah, sebagaimana orang-orang alim sebelum kami juga memasrahkan maknanya kepada Allah.”

“Menelusuri lebih lanjut makna sifat yang belum pasti maknanya, justru akan masuk kepada celakanya pemahaman”

“Pada sifat makhluk saja ada sifat-sifat yang tidak diketahui, lalu bagaimana dengan Sang Pencipta? Maka pilihlah jalan yang lebih selamat.”

__

Fahrizal Fadil. 

Sabtu, 12 Februari 2022.

Nb: Faidah Jam'u Al-Jawami bagian 1, 2 dan 3 memang belum diangkat, dan masih tersimpan sebagai dokumen pribadi.

Sumber FB Ustadz : Fahrizal Fadil

13 Februari 2022 pada 06.34  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Faidah Jam'u Al-Jawami' iv". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait