Surat Cinta Untuk Kelompok Sebelah

Surat Cinta Untuk Kelompok Sebelah

Surat Cinta Untuk Kelompok Sebelah

Oleh : Rahmat Taufik Tambusai

1. Pada prinsipnya kami tidak pernah mempermasalahkan pendapat yang kalian ikuti dalam hal ibadah dan akidah, mau jungkir balik dan melintang pukang kalian dalam ibadah sampai jidat kalian menghitam dan muka kalian kusam tak masalah bagi kami, tetapi ketika kalian menyalahkan dan membidahkan amal ibadah kami, yang diajarkan turun temurun dari ulama yang sanad keilmuannya sampai kepada Nabi, maka wajar kami tunjukkan kepada kalian dalil amalan kami yang bersumber dari Nabi kami bukan dari hantu.

Walaupun pada dasarnya kalian tidak akan menerima penjelasan kami, karena kalian lebih percaya kepada guru kalian dibandingkan ulama otoritatif dibidangnya, tetapi setidaknya kami sudah menunjukkan hakikat kebenaran bukan pembenaran dan tinggal bagi orang yang waras akan mempelajari dari sumber yang asli dan tidak hanya mendengarkan dari doktrin gurunya.

Dan kami sudah terlalu sabar menerima keputusan sepihak dari kalian, kami dikatakan ahli bid'ah, pelaku syirik, penyembah kubur dan sesat, karena disebabkan kami melakukan Qunut subuh, Azan di telinga bayi baru lahir, Talqin di kuburan dll, jika kami diam seolah - olah keputusan tersebut benar, sedangkan yang kami amalkan bersumber dari Nabi.

Maka jangan baper ketika ulama kami bangkit meluruskan tuduhan kalian, biar umat kokoh untuk beramal, tetapi kalian bukannya insaf dengan keputusan kalian, malahan menyematkan gelar ustad syubhat dan anti sunnah kepada ulama kami, apakah seperti itu sikap muslim yang baik ?

Sekedar mengingatkan sebagai sesama muslim, jika tuduhan sepihak yang kalian gaungkan di setiap pengajian tidak benar, maka konsekuensinya tuduhan tersebut berbalik arah kepada kalian, sebagai contoh, coba bayangkan jutaan umat islam di dunia merayakan kelahiran Nabi, apa mungkin tuduhan pelaku bidah akan mengenai semua mereka ? kalau kalian tidak yakin semuanya kena, maka akan pulang ke badan si penuduh !

Ingat, yang memulangkan tuduhan tersebut kepada batang tubuh kalian bukan kami tetapi Allah. Kalau Allah sudah mencap kafir, fasik atau musyrik kepada seseorang maka demikianlah keadaannya nanti di akhirat walaupun sholatnya rajin. 

2. Pada prinsipnya kami senang melihat kalian semangat dalam mengikuti pendapat guru kalian, sebagai contoh guru kalian mengatakan; tidak boleh satu majlis dengan Ahli bidah dan tidak mengambil ilmu kecuali dari ustad sunnah, tetapi anehnya bagi kami kalian tidak komitmen dengan pendapat tersebut, seharusnya kitab - kitab ulama yang tertuduh pelaku bidah jangan kalian bawa di majlis ilmu kalian dan jangan jadikan sebagai penguat pendapat manhaj kalian. 

Sebagai contoh, Jangan gunakan seluruh kitab hadits dan tafsir, karena penyusunnya rata - rata mereka mentakwilkan ayat dan hadist sifat, sampai Imam Bukhari sendiri mentakwilkan ayat, sebab dalam manhaj kalian takwil merupakan bidah.

Jangan gunakan seluruh kitab fiqih dan tauhid karena penyusunnya rata - rata mereka mengikuti akidah Imam Abu Hasan Asyari dan Abu Mansur Al Maturidi, sebab dalam manhaj kalian akidah Asyari dan maturidi sesat.

Jangan gunakan pendapat Imam syafii untuk menguatkan manhaj kalian, karena kalian masukkan Imam Syafii dalam barisan pelaku bidah karena pendapat Qunutnya, masak kalian gunakan pendapat tertuduh bidah untuk menguatkan pendapat kalian.

Jangan gunakan pendapat Imam Ahmad bin Hambal untuk menguatkan pendapat kalian, sedangkan Imam Ahmad bin Hambal sendiri kalian masukkan dalam barisan pelaku bidah karena pendapatnya boleh membaca Al Quran di kuburan.

Bukankah guru kalian selalu mengingatkan bahwa fitnah akhir zaman seperti kilat menyambar nyambar, maka peganglah pendapat guru kalian dengan gigi geraham yang kuat.

Jika kalian jadikan kitab ulama yang kalian masukkan dalam barisan pelaku bidah sebagai refrensi dan bahan ajar, apakah kalian tidak malu melanggar manhaj sendiri dan dianggap tidak punya pendirian ? 

3. Pada prinsipnya kami suka ketika kalian menguatkan pendapat kalian dengan menyebutkan pendapat ulama - ulama kalian yang betul - betul sudah menunjukkan jati dirinya sebagai bagian dari kalian, baik dalam ceramahnya mau pun buku - buku nya, tetapi yang tidak masuk akal bagi kami, kalian mengklaim ulama Ahlussunnah Wal Jamaah bagian pendukung manhaj kalian, sedangkan ciri utamanya saja tidak mencerminkan bagian dari kalian.

Tak perlu kalian sungkan dengan hanya memakai pendapat guru - guru kalian seandainya itu kebenaran muthlaq, bukankah itu yang selalu dijadikan tolok ukur, walaupun sedikit yang benar tetap akan benar, maka singkirkan yang belum jelas statusnya, jika hanya menimbulkan fitnah.

Imam Abdul Qodir Jilani kalian klaim satu manhaj dalam akidah dengan kalian, sedangkan beliau masyhur seorang ulama sufi pendiri thoriqat Qodariyah, dan dalam manhaj kalian sufi merupakan Ahli bidah.

Belum lagi ulama nusantara kalian klaim bagian kelompok kalian untuk membenarkan ajaran kalian, diantaranya Tuanku Tambusai dan ulama padri lainnya, sementara ciri ajaran yang melekat pada kalian tidak ada sedikit pun pada mereka.

Maka oleh sebab itu cukupkanlah diri kalian dengan ulama yang sudah mengikrarkan dirinya bagian dari kalian, tidak perlu bawa ulama Ahlussunnah Wal Jamaah dalam barisan kalian, jika kalian yakin akan kebenaran manhaj kalian.

Istilah pepatah " lebih baik sedikit asal punya kita, dari pada banyak tetapi milik orang lain "

Teguhkanlah pendirian kalian dengan pendapat ulama kalian, jangan terpancing dengan pendapat ulama yang sudah kalian vonis pelaku bidah.

Sebaiknya kedepannya kalian buat standar yang berhak diklaim bagian dari kelompok kalian. 

4. Pada prinsipnya kami bangga melihat ketekunan kalian dalam beribadah, rajin sholat, baca Al Quran dan taklim, tetapi yang tidak habis pikir, kalian sangat mudah memvonis amalan ibadah umat islam yang lainnya.

Seharusnya semakin tinggi ibadah seseorang, maka semakin tinggi kehati - hatiannya dalam memutuskan sesuatu perkara yang sifatnya khilafiyah.

Karena ibadah iblis lebih hebat dari pada ibadah kita, tetapi karena merasa lebih dengan ibadahnya melahirkan sifat sombong, dan kesombongan tempatnya di neraka.

Maka oleh sebab itu, sebagai hamba yang lemah hendaknya kita memperbanyak doa, apakah kita sudah di jalan yang benar atau merasa benar.

Apakah di penghujung malam dan setiap sujud kita telah berdoa meminta petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan kepada pemahaman yang benar ?

Jangan sampai kita hanya mencukupi doktrin guru, kemampuan nalar akal dan ilmu yang terbatas, dan lupa bertanya kepada pemilik agama. 

5. Pada prinsipnya kami penasaran dengan konsep pemahaman kalian, karena ketika ulama kalian membolehkan sesuatu yang tidak ada contoh pada zaman nabi, kalian seolah olah tutup mata dan tidak berani mengatakan perbuatan tersebut masuk ke dalam kategori bidah. 

Padahal sangat bertentangan dengan konsep dasar manhaj kalian, atau kalian tumpul ke dalam tetapi tajam ke luar kelompok kalian.

Syekh Ibnu Taimiyah diriwayatkan oleh Ibnu Qoiyim bahwa Ibnu Taimiyah setiap selesai sholat subuh membaca surat Al Fatihah sampai terbit matahari, perbuatan ini tidak pernah ada contoh dari Nabi.

6. Pada prinsipnya setelah kami sampaikan dalil kami, kemudian kalian tidak terima maka bagi kami tidak masalah, karena pada hakikatnya kita sedang menjalankan peran kita masing - mading di muka bumi ini. 

Tinggal kita bertanya apakah peran kita sudah di ridhai Allah atau hanya sekedar merasa karena keangkuhan diri kita. 

Dan selalu introveksi diri, apakah ibadah kita sudah mendatangkan rahmat atau laknat bagi orang lain atau kenapa semakin rajin beribadah dan taklim hati kita semakin keras melihat saudara sesama muslim dll.

Hidup ini pilihan, selanjutnya memohon dan meminta kepada Allah dengan sungguh sungguh di setiap sujud dan tahajjud agar ditunjukkan kepada kebenaran bukan pembenaran diri.

Dalu - dalu, Selasa 26 Oktober 2021

Yuk Umroh 2021 yang minat hubungi kami

Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa

26 Oktober 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Surat Cinta Untuk Kelompok Sebelah". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait