Safar Bagian Dari Adzab, Benarkah?

Safar Bagian Dari Adzab, Benarkah?

Safar Bagian Dari Adzab, Benarkah?

Tentu saja jawabannya benar, sebab itu kan memang sabda Nabi SAW. 

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ

“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kenapa safar dianggap bagian dari adzab?

Jawabnya karena Nabi SAW bercerita tentang safar di masa beliau. Safar itu berarti hidup di gurun pasir dengan segala resikonya. 

Yang jelas di masa itu tidak ada rest area di Padang pasir. Jadi benarlah Nabi SAW ketika bilang sulit makan dan minum. 

Juga tidak ada hotel di sepanjang gurun pasir zaman segitu. Jadi benar lah Nabi SAW saat bilang sulit dari tidur. 

Dan bagaimana mau enak tidur kalau banyak resiko di gurun pasir. 

Resiko hidup di gurun pasir itu banyak sekali, bahkan bangsa Arab yang terbiasa bepergian di gurun pun masih saja menganggap itu adzab. 

Lalu kayak apa sih susahnya safar di gurun pasir? Setidaknya ada lima hal yang kudu diperhatikan. 

1. Tidak Ada Air 

Yang paling utama adalah masalah air. Gurun pasir itu tidak punya air, maka siapapun mereka yang melintasi gurun pasir, harus banyak berhitung urusan persediaan air. 

Kalau salah perhitungan, jelas sekali terancam nyawa karena kehabisan air. Terbayang bukan bagaimana Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib hidup di gurun pasir selama tiga tahun. 

Pastinya mereka amat kekurangan air, banyak yang mengalami hedidrasi, heatstroke dan mati. 

Dan salah satu tehnik kemenangan Nabi SAW dalam Perang Badar adalah menguasai sumur-sumur Badar. Jadi belum apa-apa musuh sudah mati kehausan. Saat Beliau SAW dengan kalem komentar gini : Perang itu tipu daya. 

Kena tipu tuh orang kafir Mekkah. Sampai di Badar nggak punya air. Apa enaknya perang  sambil haus. Hehe

2. Suhu Ekstrim

Suhu di gurun pasir itu ekstrim. Di musim tertentu, kalau siang panasnya keterlaluan dan malam pun dinginnya mematikan. 

Dalam pergantian siang dan malam, suhu gurun bisa turun rata-rata suhu tinggi 50 derajat Celcius pada siang hari menjadi rata-rata rendah minus 4 derajat Celcius pada malam hari. 

Penyebab perubahan suhu secara drastis adalah kombinasi dari dua faktor utama yaitu pasir dan kelembaban. Pasir tidak menahan panas dengan baik, begitu matahari tenggelam, langsung kehilangan panasnya dan turun menjadi di bawan nol derajat.

Kelamaan di gurun, lama-lama badan kita jadi perkedel ata daging giling. 

3. Berkeliarannya Hewan Mematikan

Gurun pasir adalah 'hutan rimba' tempat tinggalnya hewan-hewan berbahaya dan mematikan. 

Ada ular, kalajengking dan sekian jenis hewan berbisa lainnya. Selain itu ada hewan buas pemangsa manusia seperti singa, hayena, anjing liar, srigala, dan ratusan jenis hewan mematikan lainnya.

Kalau sudah mati, gurun pasir juga punya satwa yang akan memakan bangkai kita. Ada burung-burung gagak yang doyan makan bangkai manusia yang mati di gurun pasir. 

So, gurun pasir itu memang nampak indah di foto atau film. Tapi itu tempat paling mematikan di muka bumi. Pantas Nabi SAW bilang bahwa safar itu bagian dari adzab. 

Safarnya di gurun pasir di masa itu. Malah buat saya bukan bagian dari adzab tapi gurun pasir itu memang adzab itu sendiri. 

4. Badai Gurun Pasir

Kadang terjadi badai gurun pasir. Pasir naik tinggi ke angkasa menutupi sinar matahari. Keadaan ini membuat keadaan sekitar jadi gelap gulita. 

Ketika pasir yang beterbangan itu turun, semua jejak di tanah akan hilang. Jalanan dan rutenya pun ikut menghilang juga. 

Resikonya kafilah yang lewat bisa kehilangan arah dan tersesat di gurun. Mereka bisa berputar-putar tak tentu rimba selama berhari-hari, bahkan berminggu dan berbulan.

Di dalam Al-Quran dikisahkan bahwa Bani Israil  bersama Nabi Musa tersesat selama 40 tahun. 

5. Perampokan dan Perbudakan

Seringkali di gurun pasir terjadi perampokan dan pembegalan. Banyak kafilah dagang yang dibegal di gurun. Hartanya dirampas, nyawanya dibunuh, atau dijual sebagai budak.

Nabi Yusuf alaihissalam itu ditemukan kafilah yang melintasi gurun lalu dijadikan budak dan dijual. 

oOo

Oh ya, jangan lupa ada juga hewan-hewan yang bisa dimakan, namun punya racun yang berbahaya dan mematikan. 

Oleh karena itu kebiasaan Nabi SAW tidak suka-suka coba-coba makan hewan yang tidak dikenalnya dengan baik. 

Biarlah orang lain makan, tapi Beliau SAW lebih suka untuk berhati-hari terhadap hewan yang tidak dikenalnya.

oOo

Cara bertahan yang dianjurkan oleh Nabi SAW adalah dengan cara membunuhnya, bahkan dihalalkan meski sedang dalam keadaan ihram. 

خَمْسُ فَوَاسِق يُقْتَلْنَ فِي الْحِل وَالْحَرَمِ : الْحَيَّةُ وَالْغُرَابُ الأْبْقَعُ  وَالْفَأْرَةُ  وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ  وَالْحُدَيَّا

Lima binatang jahat yang boleh dibunuh, baik di tanah halal atau tanah haram : ular, burung gagak, tikus, anjing hitam dan burung buas. (HR. Muslim)

oOo

Namun hadits Nabi SAW di atas kalau kita bandingkan hari ini, kok rasanya agak bertentangan ya?

Umumnya safar itu buat kita menyenangkan. Buktinya kita rajin merancang kapan bisa liburan ke luar kota atau ke luar negeri. Siap bayar mahal untuk bisa melakukan safar. 

Lalu bagaimana kita cara kita memahami hadits yang nampaknya agak bertentangan dengan kenyataan?

Jawabnya santai saja, sebab safar yang diceritakan oleh Nabi SAW adalah safar yang ada di masa beliau. Safar di masa itu tidak ada yang enak, bahkan meski orang kaya sekali pun, kalau mau kemana-mana tetap naik unta. Tidak bisa naik mobil ber-Ac, apalagi terbang naik pesawat. 

Safar di masa kenabian itu beda dengan safar di masa-masa berikutnya. Perkataan Beliau SAW itu tidak salah, tapi harus dipahami bahwa itu adalah kisah yang Nabi SAW sampaikan mewakili masa Beliau SAW hidup.

Jangan dipaksakan dengan safar di masa kita sekarang. Sudah jauh berbeda dan tidak ada yang salah dengan hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim di atas. Kita yang harus paham bagaimana cara kita memahami konteks hadits itu.

Yang jelas safar hari ini  tidak sama dengan safar di masa kenabian. Hari ini kita kita jadi musafir tapi tetap berada di dalam peradaban. 

Kita naik pesawat terbang yang sangat nyaman, penuh dengan makanan dan minuman, bahkan hiburan. Mendarat di airport pun mewah juga. Bahkan menginap pun di hotel mewah juga. 

Jadi kalau dibandingkan dengan safar di masa kenabian yang harus melintasi gurun pasir, memang jauh sekali perbedaannya. 

oOo

Kayak gini ini perlu dibahas oleh mereka yang mengaji hadits. Kita bahas fakta-fakta di masa kenabian. Tapi jangan semua dianggap harus disamakan dengan zaman kita. Nanti pusing sendiri. 

Makanya Nabi SAW pernah bercerita safar di masa depan, padahal di masa itu tidak mungkin terjadi. Nabi SAW bercerita bahwa nanti akan datang suatu masa dimana ada seorang wanita bisa melakukan safar seorang diri dari Hirah ke Baitullah tanpa merasa takut apa pun. 

Perawi haditsi itu  Adi bin Hatim membuktikan bahwa ketika di masa tuanya dia benar-benar menyaksikan apa yang Nabi SAW sampaikan. Dia melihat ada wanita berjalan dari Hirah ke Baitullah sendirian, melintasi gurun pasir, tanpa takut apapun. 

Dan kita hari ini bukan saksi malah jadi pelaku nya langsung. Bagaimana kita melintasi gurun pasir sambil ketiduran ngorok di dalam bus-bus ber-AC antara Mekkah dan Madinah.

Tidak ada adzab, malah bahagia, terus foto-foto sambil merencanakan kapan balik lagi umrah. 

Yuk umroh . . .

Sumber FB : Ahmad Sarwat

Kajian · 4 Oktober 2021 pada 10.58  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Safar Bagian Dari Adzab, Benarkah?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait