NU dan Perdamaian Afghanistan

NU dan Perdamaian Afghanistan - Kajian Islam Tarakan

NU dan Perdamaian Afghanistan

Beredar narasi yang memojokkan PBNU, seolah dahulu itu NU menghalangi perdamaian di Afghanistan. Tentu narasi itu harus ditanggapi. Bagaimana yang terjadi? 

Perwakilan delegasi Afghanistan berkunjung ke PBNU, kemudian berselang beberapa tahun, sekelompok ulama Thaliban datang ke Indonesia, juga ke PBNU untuk belajar tentang membangun semangat berbangsa dan hendak mencari inspirasi kedamaian dalam berIslam pada Nahdlatul Ulama.

Akhirnya terbentuklah NU Afghanistan.

Jadi, PBNU itu maksud utamanya adalah agar konflik segera usai, dan Afghanistan menjadi damai.

Taliban sendiri adalah komunitas Ahlussunnah wal Jamaah, bermazhab Hanafi dan merupakan penganut tasawuf. Sahabat kami (maaf tidak kami sebut nama untuk privasi), menyatakan demikian:

Banyak orang yang salah paham tentang Taliban, banyak yang mengira bahwa Taliban sama dengan DAISY atau ISIS, padahal berbeda. 

Taliban itu Maturidi Hanafi dan berthariqah shufiyah. Almarhum Mula Muhammad Omar tokoh sentral Taliban menurut satu sumber beliau adalah seorang mursyid  Thariqah.

Thaliban secara politik tidak punya hubungan dengan Saudi Arabia, justru Taliban dianggap punya kesalahan besar oleh Saudi, gara-gara dianggap "melindungi" Osamah bin Laden. Gara-gara masalah Osamah ini, berita tentang Taliban menjadi simpang siur. 

Sebenarnya ada satu kelompok lagi di Afghanistan yang juga menyebabkan informasi menjadi rancu, yaitu kelompok Mujahidin. 

Kelompok Mujahidin ini musuh politik Taliban bahkan pernah terlibat kontak senjata. 

Secara resmi Mujahidin ini sdh tidak ada. Tapi sangat mungkin masih bergerak. 

Ada kesaksian yang pernah disampaikan oleh (menyebut nama tokoh kontroversial) saat dia ke Afghanistan menemui Mula Muhammad Omar, bayangannya bahwa Mula Mohammad Umar ini seaqidah dengan dia ternyata tidak, malah mengatakan dengan kecewa "Ternyata Taliban itu tidak Islami." Mungkin maksud tidak Islami itu adalah tidak sama dengan dia dalam pemahaman agama.

Beberapa tahun lalu saya pernah ngobrol dengan alumni Islamic Karachi, dia saat itu cerita banyak tentang Taliban, salah satunya menurutnya bahwa Taliban itu terdiri dari para Masyayikh dan santri pribumi Afghanistan dari suku Pasthun yang ingin melindungi negaranya dari dua negara besar yang memperebutkannya, yaitu Amerika dan Uni Sofiet.

Menurutnya Taliban itu banyak terinspirasi oleh Madrasah Deoband yang terletak di Saharanpur di negara bagian Uttar Pradesh, India. Para Kiai dan Santri Deoband inilah yang dulu mempunyai jasa besar berjuang menyelamatkan India dari cengkeraman Inggris. Madrasah Deoband ini Maturidi, Hanafi dan Berthariqah.

Namun, untuk mengangkat masalah Taliban ke publik saat ini dalam arti "membela" harus hati-hati karena pasti akan berhadapan dengan media asing yang sudah menguasai media maintream kita.

Kalau kita membaca sejarah Perang Jawa 1825 - 1830, bahwa Kiai Mojo dan Sentot Prawiro Dirjo diberitakaan menyerah kepada Belanda karena telah berbeda pendapat secara prinsip dengan Pangeran Diponegoro. Berita ini disebarluaskan oleh Belanda dan cukup memengaruhi mental prajurit Diponegoro dan masyarakat Jawa. Bahkan berita juga ditulis di buku-buku resmi sejarah nasional.

Terryata, justru kalau menurut Babad Diponegoro yang ditulis oleh Diponegoro sendiri, bahwa kedua orang itu bukan menyerah kepada Belanda, tapi memang ditangkap oleh Belanda secara culas, lalu dibuang ke luar Jawa sampai wafatnya. 

Babad Diponegoro itu tsubut ditulis oleh beliau sendiri memakai bahasa Jawa lama dengan huruf Arab Pegon. 

Dalam peperangan, sejak dulu  memang ada perang opini, yang sama-sama berbahaya.

Demikian pungkasan pernyataan sahabat kami tersebut. 

Intinya, kita dukung terus perdamaian di Afghanistan dan di mana pun, termasuk Palestina.

Ohh iya, ada pula yang menganggap bahwa Afghanistan berkecamuk perang itu adalah bagian dari adzab. MasyaAllah, yang mengatakan hal ini adalah suatu organisasi yang punya slogan perdamaian tanpa kebencian kepada siapa pun, tapi mereka ini sudah punya nabi baru, dan yang mengatakan bahwa Afghanistan adalah terkena nubuatan adzab itu adalah pendiri organisasi ini, yang mengaku sebagai nabi itu (tentu kita tidak percaya pada pernyataannya tersebut, dan sekaligus tidak percaya pada klaim kenabian itu, karena Rasulullah Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Allah Ta'ala).

Kemudian pengikut organisasi kontroversial ini menyatakan bahwa pergantian kepemimpinan di Afghanistan itu peristiwa politik biasa yang tidak ada hubungannya dengan dunia Islam.

Kami pun menjawab antara lain sebagai berikut:

Ekperimentasi Taliban menguasai Afghanistan, jika istiqamah dalam ikhtiar dan langkah perdamaian, rekonsiliasi dan untuk kemaslahatan sebagai bagian contoh negara muslim yang berhasil melepaskan diri dari  pengaruh kekuatan asing, tentu saja memiliki signifikansi dalam dunia Islam. Kalau tidak ada signifikansinya, tentu Nahdlatul Ulama, tidak mau ikut membantu perdamaian. 

Mau tidak mau, NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, tentu akan diajak dialog dan sebaliknya NU juga merasa perlu berdialog.

Ya, intinya adalah pada tujuan yang mulia yaitu, perdamaian sebagai ejawantah Islam rahmatan lil Alamin.

Demikian, Wallahu A'lam.

Sumber FB Ustadz : Yusuf Suharto sedang bersama Yusuf Suharto.

17 Agustus 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "NU dan Perdamaian Afghanistan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait