Memahami Perkataan Imam Malik RA

Memahami Perkataan Imam Malik RA

Duhulu kala, ada orang yang bertanya pada Imam Malik "Dimana Allah?" Maka, Imam Malik kaget, marah dan merasa sangat berat untuk menjawabnya. Beliau menundukkan wajah, terus menunduk beberapa lama, keringat bercucuran, lalu beliau berkata dengan nada bergetar:

الاستواء معلوم والكيف مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة

"Istiwa' itu sudah diketahui dan caranya itu tidak diketahui. Percaya dengannya itu wajib. Bertanya tentangnya itu bid'ah"

Maka, Imam Malik memerintahkan supaya orang yang bertanya "Dimana Allah?" itu diusir keluar dari majlis beliau.

Maksudnya: 

1. Lafadz Istiwa' itu sudah diketahui punya banyak arti dalam Bahasa Arab

2. Sedangkan bagaimana Allah beristiwa' itu tidak diketahui. Imam Malik tidak berani mengambil satu arti dari banyaknya arti lafadz Istiwa'

3. Percaya bahwa Allah beristiwa' itu wajib karena ada ayat tentang hal itu

4. Bertanya tentang Istiwa' adalah Bid'ah

Imam Malik tidak berani menjelaskan apa itu Istiwa' karena memang beliau Tafwid (pasrah total) pada Allah mengenai maksud Istiwa' bagi Allah.

Nah, kalau ada orang menyebut Istiwa' artinya adalah bersemayam, berarti orang ini bertentangan dengan Aqidah yang dipegang oleh Imam Malik. Andaipun orang ini mengaku ikut Aqidahnya Imam Malik, maka pengakuannya tertolak.

Parahnya sekarang! Mereka yang mengaku ikut Aqidah Imam Malik bersikap santai saja saat membahas "Dimana Allah?" Mereka menjawab tanpa beban, tanpa rasa takut, dengan tenang bahkan tersenyum berkata: 

"Allah ada di langit, bersemayam di atas Arsy. Dalilnya ada!"

Ya, dalilnya memang ada. Tapi, tidak seperti itu maksud Imam Malik. Imam Malik tidak berani menafsirkan maksud Istiwa'. Kok ngaku ikut Imam Malik tapi berani menafsirkan Istiwa'? Aneh!

Dulu orang yang bertanya "Dimana Allah?" Langsung diusir oleh Imam Malik. Kok sekarang mereka yang mengaku ikut Imam Malik malah duduk di depan majlis membahas "Dimana Allah?" sambil senyam-senyum, cengengesan. Astaghfirullah...

Imam Malik berpegang pada Tafwid yaitu memasrahkan total apa maksud Istiwa', apa maksud Yadullah, apa maksud A'yunina, pada Allah SWT. Imam Malik tidak berani menafsirkan artinya.

Apa itu Tafwid? Tafwid itu begini:

نقرؤها ونؤمن بها ولا نفسرها

"Kami membacanya, kami mempercayainya dan kami tidak menafsirkannya"

Maksudnya:

1. Kami membaca ayat

الرحمن على العرش استوى

يد الله فوق أيديهم

واصنع الفلك بأعيننا

Dan ayat semacamnya

2. Kami percaya atas ayat-ayat semacam itu

3. Tapi kami memilih tidak berani untuk menafsirkan apa arti dari ayat-ayat itu 

Jadi, kalau diperinci, Imam Malik itu seperti ini:

Apa Anda percaya Istiwa'?

"Ya, saya percaya! Karena itu ada ayatnya!"

Apa maksud dari Istiwa'?

"Hanya Allah yang tahu maksud Istiwa'"

Apa Anda percaya Yadullah?

"Ya, saya percaya! Karena itu ada ayatnya!"

Apa maksud dari Yadullah?

"Hanya Allah yang tahu apa maksud Yadullah"

Bukan malah berani mengartikannya!!!

Diriwayatkan di dalam Ar Risalah Al Qusyairiyyah bahwa Imam Ja'far As Shodiq RA berkata :

من زعم أن الله فى شيء أو على شيء أو من شيء فقد أشرك

إذ لو كان على شيء لكان محمولا

ولو كان فى شيء لكان محصورا

ولو كان من شيء لكان محدثا

"Barangsiapa menyangka bahwa Allah ada di dalam sesuatu, atau di atas sesuatu, atau terdiri dari sesuatu maka sunggun dia telah musyrik.

Jika Dia (Allah) ada di atas sesuatu maka dia dibawa.

Jika Dia ada di dalam sesuatu maka dia terbatas.

Jika dia terdiri dari sesuatu maka dia makhluk."

Wallahu a'lam

Memahami Perkataan Imam Malik RA

Sumber FB : Saiful Anwar

3 Juni 2021 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Memahami Perkataan Imam Malik RA". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait