Manhaj Sufi

Manhaj Sufi - Kajian Islam Tarakan

Manhaj Sufi

Pesan Ustadz Dr. Arrazy Hasyim, Lc., M.A. di Masjid An-Nabawi, Tangerang : 

Manhaj itu Sistem Berpikir, Struktur Berpikir Manhajnya Sufi bukan Manhaj Kalam, Berbicara, Teoritis tidak, tapi Manhajnya Praktek. 

Manhaj Sufi : 

1. Berguru. 

2. Siapakah Orang yang Layak dijadikan 

    Guru. 

3. Kontrak Belajar dengan Guru. 

4. Ilmu Mengenai apa yang diamalkan 

    dari Guru. 

5. Mujahadah Latihan untuk 

    Mengendalikan Nafsu. 

6. Praktek Dzikir. 

7. Bertanya kepada Guru. 

8. Berkhalwat bersama Allaah. 

Mengendalikan Nafsu mesti dengan Membimbingnya, Melatihnya, maka Orang yang Tidak Pernah Melatih Nafsu akan senantiasa menjadi Karakter yang Sangat Buas, Karakter yang kita artikan sebagai Karakter Binatang Ternak. 

Persahabatan Hakiki adalah yang Membuat Karakter Sahabat itu Mempengaruhi Jiwa kita. Jadi jika Bertanya tentang Orang Jangan Tanya Dirinya, tapi Tanya tentang dengan siapa dia Berkawan. 

Suhbah itu Mempunyai Pengaruh yang Luar Biasa terhadap Terbentuknya Seorang Murid. Kenapa ada Orang yang Sudah Hijrah tapi Kata-Katanya Lebih Kasar daripada yang Belum Hijrah? Ketika ada yang Berbeda Pendapat dia Serang dengan Kata-Kata Kasar bahkan dimasukkan Ayat Al-Qur'an. 

Karakter Binatang Buas dalam Dirinya belum dijinakkan dan dia Belajar Ilmu Agama. Setan itu Tidak Pernah Berkata Kasar, tapi Merayu. Rayuan Setan kepada Nabi Adam 'Alaihis Salam Sangat Halus. 

Ketika Nabi Adam 'Alaihis Salam Terusir dari Surga apakah Menyalahkan Iblis? Tidak, Beliau Menyalahkan Dirinya Sendiri. Meskipun Terperdaya tapi Karakter Iblis Tidak Menempel pada Dirinya. 

Jika Benar kita Keturunan Nabi Adam 'Alaihis Salam dan kita Terjebak dalam Keterpurukan, maka Jangan Menyalahkan siapapun, tapi Salahkan Diri kita. 

Para Sahabat Berguru kepada Nabi Muhammad, Mendengarkan Nabi Muhammad. Syarat Suatu Hadits Shahih harus Tersambung antara Guru dan Murid dan Tidak Cukup Bertemu hanya sekali sehingga Terhubung antara Guru dan Murid. 

Para Sahabat Hatinya Terisi dengan Cahaya dengan Berguru kepada Nabi Muhammad, Mempelajari Kehidupan Nabi Muhammad. Kenapa Hari ini ada yang Mengatakan Tidak Usah Berguru langsung kepada Al-Qur'an dan Sunnah saja? Apa bisa kita Langsung Berkomunikasi dengan Allaah? Maka kita Tidak Bisa sampai kepada Allaah kecuali Melalui Nabi Muhammad. 

Ummat Nabi Muhammad Punya Pewaris yang Bersanad hingga Akhir Zaman. Mereka bukan hanya Mampu Berdiskusi, tapi juga Mewarisi Cahaya Qalbu Nabi Muhammad. 

Tidak Penting Gelar Lc, M.A. Dr, Sarjana kalau itu hanya Membuat Orang Pintar Berbicara. Alhamdulillaah Allaah Izinkan kita Berguru dengan Orang yang Punya Silsilah sampai ke Nabi Muhammad. 

Kebenaran Mutlak Milik Allaah, tapi Jalan Mencapai Kebenaran Lebih dari Satu, maka Jangan Pernah Memonopoli Kebenaran yang hanya Milik Allaah. 

Keliru Orang yang Mengira dia Sanggup Terbebas dari Penyakit Keegoan dengan hanya Membaca Al-Qur'an. Orang yang Hasad Selalu Memotong Kalimat tanpa Menjelaskan Kesempurnaannya. 

Ternyata Sifat Buruk pun diwariskan. 

Setiap Orang yang Tidak Mau Berguru akan Mengalami Hal yang sama walau Formulanya Berbeda. 

Orang yang Membaca Hadits saja dia akan Mengalami Kegelapan dalam Dirinya apabila Tidak Berguru. Al-Qur'an dan Sunnah itu seperti Herbal yang Bahan-Bahan itu hanya bisa diramu oleh Pakarnya. 

Al-Qur'an itu Obat, namun siapa yang Mengerti Ayat ini Obat Penyakit ini? Hanya yang Mengerti yang Mampu Meresepkannya. 

Jika saya Membaca 1.000 Buku Kedokteran apakah saya Boleh Membuka Praktek? Kalau dalam Urusan Dunia saja Harus Punya Sertifikat dan Izin Membuka Praktek, apalagi Urusan Akhirat. 

Rasulullaah yang Membimbing dan Membersihkan Rohani Para Sahabat. Gurulah yang Melakukannya. 

Orang-Orang yang Hafal Al-Qur'an, Mampu Berbicara tentang Teori Kerohanian, tapi karena Gak Berguru Gak Bisa Berlepas dari Waswas Shalat mereka. 

Khusyu' bukanlah Sesuatu yang bisa dibaca dari Buku, tapi yang ditimba dari Ahli Rohani. Orang yang Membaca Nikmatnya Menikah tapi dia Tidak Pernah Menikah dia Tidak Akan Merasakan Indahnya Menikah. 

Dalam Perkara Qalbiyah dia harus Bertemu Orang-Orang yang Bisa Menyembuhkan Qalbunya. Betapa Tidak Adilnya kita Shalat Tidak Khusyu' Pertanda Qalbu kita Berpenyakit. Ketika ada yang Berbeda Pendapat dia Serang itu Qalbunya Berpenyakit dan bisa Su'ul Khatimah. 

Walaupun saya dapat 1.000 Ijazah dari Guru kalau tidak diamalkan itu Qalbu Bermasalah. 

Tidak ada yang Mengatakan Wali Lebih Tinggi dari Sufi. Seorang Nabi seperti Nabi Musa 'Alaihi Salam Masih Berguru, lalu bagaimana dengan kita? 

Mursyidnya Nabi Musa 'Alaihis Salam adalah Nabi Khidir 'Alaihis Salam. Gelarnya Nabi Khidir 'Alaihis Salam adalah Gurunya Para Nabi selain Nabi Muhammad. 

Betapa Tidak Beradabnya Orang yang Mengatakan Nabi Khidir 'Alaihis Salam Telah Mati. 

Berteman harus diperhatikan seperti layaknya Berteman dengan Tukang Parfum dan Tukang Besi, maka kita adalah bagaimana Teman kita. 

Teman yang harus kau Rangkul adalah Teman yang bila kau Melihatnya engkau Mengingat Allaah. 

Tidak Jarang ada Orang Mengancam kita ketika Berdakwah. Nanti saya akan menjadi Saksi Memenjarakanmu di Padang Mahsyar. Jaga Kalam kita, Jangan Emosi. 

Hari ini karena Orang Gak Paham Bab Suhbah, maka yang bukan 'Ulama dianggap 'Ulama, yang 'Ulama dianggap bukan 'Ulama. 

Kritik itu Biasa, jika Masuk ke Ranah Ilmiyah adalah Sesuatu yang Wajib. Saya bahkan ketika Menulis Thesis dan Disertasi saya dikata-katain oleh Guru saya. 

Maka kami Menghimbau Hati-Hati dalam Bersahabat, Hati-Hati dalam Berguru, Jangan Sampai Salah Bersahabat dan Berguru. 

Ada Orang Mencintai Seseorang, tapi Tidak Mampu Mengikuti Amalannya, maka Kata Nabi Muhammad engkau akan bersama Orang yang dicintai. Jika Cinta Nabi Muhammad kita akan bersama Beliau. Mana Bukti Cinta kita? Sudahkah kita Bershalawat? Sudahkah kita Teladani Akhlaq Beliau? 

Jika di dalam Qalbu kita ada Kebun Binatang, maka yang Keluar Kata-Kata Binatang. Maka yang seperti ini harus dibersihkan. Kalau Mendapati Orang seperti ini jangan dibalas karena Orang ini harus diobati. 

Para Sahabat juga Mengalami Goncangan, mereka juga Berproses Berguru dengan Nabi Muhammad. 

Beberapa Orang ada yang diperlihatkan Surga dan Neraka dalam Alam Rohaninya. Ada juga yang tidak diperlihatkan tapi Tetap Percaya. 

Kita Lebih Senang Nonton Youtube, Nonton Drama Korea. Tidak dilarang Menghibur Diri, tapi kalau itu Lebih Banyak daripada Aktifitas Akhirat itu Berbahaya. 

Seandainya kamu Berpegang Teguh kepada Rasa Kerinduan akan Surga, Mengingatkan Hati kepada Akhirat dengan Dzikir, maka Malaikat akan Hadir Menyalamimu. 

Dua Tempat yang kita Lalai. Kita Lalai saat kita Tidur. Kita Lalai saat kita di Jalan. 

Ajak Orang Kembali kepada Allaah, dan Bantu ia Membersihkan Hatinya. 

Jika mereka Berguru, maka kita juga Harus Berguru. 

Orang-Orang di Luar Agama kita Heran kenapa ada Orang Baca Al-Qur'an Lancar tapi Tidak Memahaminya. Isilah Qalbu Diri dengan Nama Allaah, Rasakanlah Shalat anda akan Khusyu'. 

Zaman ini sepertinya Berguru Tatap Muka Sangat Susah, maka kita Serahkan kepada Allaah dan Minta Ampun karena Shalat kita Tidak Khusyu'. Khusyu' saat Mata ke Tempat Sujud, Badannya Menghadap Kiblat dan Qalbunya Menghadap Allaah. 

Guru kita Membolehkan Mentransfer Ilmu lewat Online, tapi bagaimana Mentransfer Semangat Beribadah, Semangat Berdzikir, Energi yang ada dalam Diri Seorang Guru akan Susah, tapi yang Qalbunya Lembut akan Tersentuh meski di Balik Layar. 

Maka bagi yang Jauh Pintunya cuma Satu, Cintai Guru. Meski Berjarak nanti Rasa akan Hadir dan Teringat Selalu Petuah Guru. 

Thariqah itu Jalan. Imam Thariqah tidak akan pernah Membatasi Muridnya kecuali dia tahu Muridnya Punya Akses Langsung baik Sanad Kerohanian maupun yang lainnya. 

Berthariqah itu sama seperti Sekolah. Kurikulumnya sama, tapi Beda Gurunya. Boleh kita Pindah Thariqah jika tidak ada Peningkatan Spiritual. Bukan Thariqahnya yang Salah, bukan berarti Mursyidnya yang Salah, tapi mungkin kita yang Tidak Berjodoh dengan Thariqah tersebut. 

Maka yang Sabar, Amalkan dulu Thariqah yang kita Pelajari. Begitu juga dengan Seorang Guru Harus Sabar. 

Jika ingin Beragama mesti lewat Thariqah. Jika Fiqih Melahirkan Banyak Jalan, maka Ihsan juga Banyak Melahirkan Jalan Menuju Allaah. 

Thariqah gak boleh Kaku, Thariqah harus disesuaikan dengan Kondisi. Jika kita Berbeda Pendapat Tidak Masalah. Kita Melarang Orang tapi Tidak Memberi Jalan Keluar. Mari kita Beradaptasi dengan Kondisi Zaman.

Sumber WAG : Dakwah Buya Arrazy Hasyim

17 Juli 2021 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Manhaj Sufi". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait