Syaikh Ibnu Taymiyah dan Tawassulnya Salafus Shalih

Syaikh Ibnu Taymiyah dan Tawassulnya Salafus Shalih - Kajian Islam Tarakan

SYAIKH IBNU TAYMIYAH DAN TAWASSULNYA SALAFUS SHALIH

Ulama salaf bertawassul atau tidak dalam doa mereka? Kalau anda menanyakan pertanyaan ini pada para Taymiyun (pengikut Ibnu Taymiyah) yang sekarang menyebut diri mereka Salafi, maka kemungkinan besar jawabannya adalah kompak tidak! Tapi bagaimana dengan Syaikh Ibnu Taymiyah sendiri? Ada dua versi jawaban beliau sebagai berikut:

1. Tidak ada satu pun salaf yang berdoa dengan tawassul

وأما القسم الثالث: وهو أن يقول: اللهم بجاه فلان عندك، أو ببركة فلان، أو بحرمة فلان عندك، افعل لي كذا وكذا. فهذا يفعله كثير من الناس، لكن لم ينقل عن أحد من الصحابة ولا التابعين ولا سلف الأمة أنهم كانوا يدعون بمثل هذا الدعاء

"Ada pun macam [tawassul] ketiga adalah berkata: "Ya Allah, dengan wibawa fulan di sisi-Mu, atau dengan berkah Fulan, atau dengan kehormatan Fulan di sisi-Mu, lakukan begini begini untukku". Yang semacam ini dilakukan banyak orang, tetapi TIDAK DINUKIL DARI SATU PUN SAHABAT, TABI'IN DAN TIDAK JUGA SALAF UMAT INI bahwa mereka berdoa dengan doa semacam ini." (al-Mustadrak 'ala Majmu' al-Fatawa)

2. Ulama Salaf, termasuk Imam Ahmad, bertawassul

وروي في ذلك أثر عن بعض السلف، مثل ما رواه ابن أبي الدنيا في كتاب مجابي الدعاء، قال: حدثنا أبو هاشم، سمعت كثير ابن محمد ابن كثير بن رفاعة يقول: جاء رجل إلى عبد الملك بن سعيد ابن أبجر، فجس بطنه فقال: بك داء لا يبرأ. قال: ماهو؟ قال: الدُّبَيْلة. قال: فتحول الرجل فقال: الله الله، الله ربي، لا أشرك به شيئا، اللهم إني أتوجه إليك بنبيك محمد نبي الرحمة ﷺ تسليما، يا محمد إني أتوجه بك إلى ربك وربي يرحمني مما بي. قال فجس بطنه فقال: قد برئت ما بك علة.

قلت: فهذا الدعاء ونحوه قد روي أنه دعا به السلف، ونقل عن أحمد بن حنبل في منسك المروذي التوسل بالنبي ﷺ في الدعاء، ونهى به آخرون

"Diriwayatkan tentang tawassul itu dari sebagian salaf seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab Mujabi ad-Dua'. Dia berkata: Abu Hasyim bercerita pada kami, aku mendengar Katsir bin Muhammad bin Katsir bin Rifa'ah berkata: Seorang lelaki datang pada Abdul Malik bin Said bin Abjar (seorang dokter) kemudian Abdul Malik memegang perutnya. Dia lalu berkata: Kamu mempunyai sakit yang tidak bisa sembuh. Lelaki itu bertanya: Apa itu?. Dia berkata: Penyakit Dubailah. Kemudian lelaki itu membalik badannya lalu berdoa: Allah Allah Allah adalah Tuhanku, aku tidak menyekutukannya dengan apa pun. Ya Allah, sesungguhnya aku menghadapmu dengan Nabimu Muhammad Nabi Rahmat, semoga shalawat dan keselamatan atasnya. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap pada Tuhanmu dengan dirimu dan Tuhanku menyayangiku dari penyakitku. Lalu Abdul Malik memegang perut lelaki itu dan berkata: Kamu telah sembuh, tidak sakit lagi.

Aku (Ibnu Taymiyah) berkata: DOA SEMACAM INI TELAH DIRIWAYATKAN BAHWASANYA ULAMA SALAF TELAH BERDOA DENGANNYA DAN DINUKIL DARI IMAM AHMAD BIN HANBAL DALAM KITAB MANSAK AL-MARWADZI BERTAWAWASUL DENGAN NABI, dan tokoh-tokoh lain melarangnya." (Qaidah Jalilah Fit Tawassul wal Wasilah)

Di tempat lain, Syaikh Ibnu Taymiyah ditanya apakah boleh bertawassul dengan Nabi Muhammad? Dalam jawabannya dia berkata:

وأحمد في إحدى الروايتين قد جوز القسم به فلذلك جوز التوسل به

"Imam Ahmad dalam salah satu dari dua riwayatnya telah memperbolehkan bersumpah atas nama Nabi, maka karena itu DIA MEMPERBOLEHKAN TAWASSUL DENGAN NABI." (Majmu' al-Fatawa)

Mana di antara dua versi jawaban Ibnu Taymiyah di atas yang benar? Tentu jawaban kedua. Kaidahnya, yang mengatakan ada lebih tahu dari yang mengatakan tidak ada. Doa tawassul semacam itu bukan hanya dilakukan oleh salaf seperti Imam Ahmad, bahkan Sahabat Utsman bin Hunaif pun mempraktekkannya dan mengajarkannya sebab doa semacam itu dia tahu diajarkan langsung oleh Rasulullah dalam hadis yang sahih. 

Tapi kata Syaikh Ibnu Taymiyah meskipun Imam Ahmad melakukannya, tetapi tokoh-tokoh lain melarangnya bukan? Ah... pembaca kitab-kitab Ibnu Taymiyah tahu betul bahwa itu hanya pintar-pintarnya Syaikh Ibnu Taymiyah menggiring opini. Penggiringan opini semacam ini adalah memang gaya tulis beliau di berbagai karyanya. Kalau sudah Imam Ahmad mempraktekkan, maka bisa diperkirakan ada berapa banyak tokoh ulama sebelum dan sesudahnya yang melakukukan hal serupa. Apalagi sudah jelas ada hadis sahih yang menjadi dasarnya dan dilakukan pula oleh sahabat. Sebab itulah Ibnu Taymiyah tidak bisa menyebut nama siapa saja tokoh-tokoh yang malah melarang tawassul dengan doa semacam itu karena sudah jelas itu pendapat aneh yang tidak perlu diperhitungkan. Hanya bisa bilang bahwa ada yang melarang, entah siapa itu dan apa pula dasarnya sehingga dia berani menyelisihi ajaran Rasulullah, sahabat dan imam salaf sekelas Imam Ahmad.

Tapi kenapa di sebagian kitabnya Ibnu Taymiyah justru berkata bahwa praktek doa semacam itu tidak dinukil dari satu pun ulama salaf dan mengesankan bahwa tawassul sama sekali bukan amalan salafus shalih? Tanya saja pada beliau langsung di akhirat bagaimana bisa beliau berkata seperti itu. Beruntungnya kita yang tidak hanya membaca satu dua buku beliau lalu fanatik buta merasa seolah hanya itulah info yang benar tentang salafus shalih.

Saya jarang menulis tema aswaja semisal ini sebab sudah banyak kawan-kawan yang konsen di tema ini. Tapi semoga tambahan ini bermanfaat. 

~AWA~

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

5 Juni 2021

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Syaikh Ibnu Taymiyah dan Tawassulnya Salafus Shalih". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait