Muhajirin

Muhajirin - Kajian Islam Tarakan

Muhajirin

Oleh : Ahmad Sarwat, Lc.MA

1. Di balik kisah heroik para shahabat Nabi SAW yang berhijrah ke Madinah, serta banyaknya mendapat pujian dari Allah, namun bagaimana prihatinnya para Muhajirin ini sebenarnya sungguh memilukan.

2. Yang pasri hijrah itu telah memecah-belah keluarga dan memisahkan mereka dalam jarak yang sangat jauh. 

Dan tidak jelas sampai kapan. Juga tidak jelas apa sementara saja atau selamanya.

3. Mungkin kalau di kalangan tokoh utamanya, permusuhan antara pimpinan kaum musyrikin Mekkah dengan para petinggi di kanan kiri Rasulullah sedemikian dahsyat.

Namun di level bawah, muslim dan kafir belum tentu bermusuhan. Mereka cuma dibedakan di sisi keyakinan saja, namun namanya keluarga, hubungan antara ayah dan anak, suami dan istri, kakak dan adik, paman dan keponakan, tentu tidak bisa diputus begitu saja. 

Selama ini berjalan lancar tidak ada masalah. Kalau pun ada yang disiksa dan dianiaya, kebanyakan dari kalangan budak. Tuannya tidak rela budaknya pindah agama, lalu disiksa. 

Itu tindakan legal, setidaknya untuk ukuran di masa masih ada perbudakan. 

Namun tidak semua yang masuk Islam selalu dizhalimi. Banyak juga keluarga yang bisa menerima kalau salah satu anggotanya memeluk Islam. 

4. Begitu ada perintah hijrah, mau tidak mau ada sekian banyak keluarga yang harus hidup terpisah, entah sampai kapan. 

Sedekat apapun hubungan antar anggota keluarga, kalau beda keyakinan, secara fisik harus dipisahkan. Yang memeluk Islam, harus mengalah dan meninggalkan keluarganya.

Suami harus berpisah dengan istri dan anak-anaknya, hanya karena suami memeluk Islam, sedangkan istri dan anaknya belum  menerima hidayah. Keluarga bahagia itu pun harus dipecah dua tanpa kejelasaan status.

5. Yang agak sulit kalau istrinya masuk Islam, Sedangkan suaminya masih kafir. Tentu jadi dilematis sekali. Di satu sisi, sang istri masih sayang kepada suaminya. Demikian juga suaminya amat menyayangi istrinya. 

Namun si istri dapat hidayah dan masuk Islam, tapi suaminya tidak atau belum dapat hidayah, alias masih kafir. 

6. Dalam kasus seperti ini, ternyata Rasulullah SAW memberi kebebasan bagi istri itu, mau hijrah dan berpisah dengan suami, silahkan saja. 

Namun misalnya masih mau bertahan tetap tinggal bersama suami yang masih kafir, juga tidak mengapa. 

Pilihan kedua itulah yang diambil oleh Zaenab Puteri Rasulullah SAW. Zaenab masuk Islam namun tidak dengan suaminya, Abul Ash. 

Maka ketika Nabi SAW dan kaum muslimin Mekkah pada pergi berhijrah, Zaenab tetap tinggal di Mekkah, sebagai istri beragama Islam di bawah pimpinan keluarga yang (masih) kafir. 

Abul Ash meski terbilang kafir tidak beriman, namun tetap memperlakukan istrinya dengan cara yang baik dan bertanggung-jawab. Intinya, Zaenab pun tidak dianiaya di rumahnya sendiri, meskipun di tengah orang kafir.

oOo

7. Sementara para shahabat yang berkesempatan hijrah ke Madinah, bukan berarti lantas mereka hidup enak foya-foya di negeri orang. 

Meski oleh Nabi SAW masing-masing Muhajirin dibantu dengan jalan dipersaudarakan dengan shahabat Anshar, namun tetap saja mereka berstatus sebagai pengungsi yang jobless dan homeless.

Maka masjid Nabawi juga menampung mereka di dalam ruangan khusus yang disebut Shufah. Yang menghuninya disebut ahlusshufah. 

8. Urusan jobless ini tidak bisa mudah diselesaikan begitu saja. Sebab di Madinah tidak tersedia lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuan para Muhajirin. 

Madinah itu penduduknya hidup dari bercocok tanam di ladang kurma. Sedangkan Nabi SAW dan para Muhajirin sama sekali tidak paham urusan bercocok tanam. 

Mereka itu pedagang bukan petani. Sayangnya si Madinah sendiri pasarnya sepi. Sepi penjual sepi pembeli. 

9. Sementara bekal harta yang dibawa dari Mekkah sudah mulai menipis. Apa yang bisa mereka bawa sebenarnya hanya pas-pasan saja. Pokoknya yang bisa dibawa ya dibawa. 

Tapi lebih banyaknya yang ditinggalkan begitu saja di Mekkah. Harta modal dagang, lapak, alat-alat produksi, dan semuanya pastinya tidak terbawa ke Madinah. 

10. Dan berita sedih yang mereka dengar bahwa para pimpinan musyrikin Mekkah telah menyita begitu saja secara sepihak seluruh aset milik para Muhajirin di Mekkah.

Lengkap sudah penderitaan para Muhajirin. Sudah tidak punya rumah, tidak punya pekerjaan, tidak punya keluarga, bekal harta yang terbawa pun sudah ludes, masih ditambah harta milik mereka yang tertinggal di Mekkah pun diambil orang. 

Maka problem ekonomi mereka nampaknya masih sangat berat menunggu solusi jitu. 

oOo

11. Tiba-tiba terbetik kabar bahwa kafilah dagang para saudagar Mekkah akan melewati kota Madinah dalam perjalanan pulang dari berniaga di negeri Syam. 

12. Maka muncul ide bagaimana kalau kita cegat saja kafilah dagang milik para saudagar Mekkah. Kita rampas kembali harta kita yang telah mereka rampas. 

Sebenarnya ide ini cukup cemerlang. Namun namanya mencegat kafilah, ini beresiko terjadi pertumpahan darah. Sebab para saudagar pemilik harta yang dibawa oleh kafilah itu pastinya tidak akan tinggal diam. 

Mereka pasti sudah mengantisipasi bila tiba-tiba kafilah dibegal di tengah jalan. 

Makanya operasi pencegatan kafilah dagang harus dipertimbangkan masak-masak. Sebab ini beresiko kepada pertempuran. 

13. Ditambah lagi bahwa Nabi SAW belum memberikan persetujuan. Alasannya, karena belum ada Wahyu yang mana isinya ada izin resmi dari Allah SWT untuk dibolehkan pencegatan.

Sementara kafilah dagang sudah hampir memasuki area Madinah. Namun izin belum keluar juga. 

oOo

14. Lalu suatu pagi sebelum zhuhur dan matahari belum meninggi, sayup-sayup terdengar suara mudzin Nabi, Bilal bin Rabah melantunkan adzan. 

Aneh, belum lagi masuk waktu Zhuhur, kok sudah adzan. Ada apakah gerangan?

Ketika kaum muslimin berdatangan ke masjid, rupanya disana ada Rasulullah SAW yang menunggu mereka hendak mengabarkan berita gembira, bahwa Allah sudah menurunkan izin untuk mencegat kafilah dagang. 

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (QS. Al-Hajj : 39)

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ 

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah. (QS. Al-Hajj : 40)

15. Segera pasukan dibentuk, senjata disiapkan, pasukan dilatih, bekal disiapkan dan langkah kaki diayunkan menyogsong kafilah dagang. 

Aktifitas persiapan pasukan pencegat ini rupanya bocor sampai ke pihak Mekkah, termasuk ke pihak kafilah dagang di bawah pimpinan kota Mekkah, Abu Sufyan. 

16. Dua langkah Abu Sufyan : Abu Sufyan langsung melakukan double step, dua langkah sekalgus. 

Pertama :  dia selamatkan kafilah dagang dengan membelokkan arah menjauh dari Madinah.

Kedua :  memerintahkan agar Mekkah segera mengirim pasukan yang besar untuk menghabisi pasukan muslimin.

17. Dan apa yang dikhawatirkan sebelumnya pun terjadi. Niat mau mengejar kafilah dagang pupus sudah. Dan berbalik dimana Madinah pun jadi sasaran empuk. Posisi tiba-tiba berubah 180 derajat dalam waktu singkat. 

Pemburu tiba-tiba jadi buruan. Mendengar bocoran info terkait jumlah pasukan saja sudah bikin jatuh mental. Rupanya Mekkah serius ingin menghilangkan kota Madinah dari peta dunia. 

Tidak kurang disiapkan seribu pasukan lengkap dengan kuda, unta, dan bekal. Malam hari mereka berpesta pora merayakan kemenangan yang amat mereka yakini.

Bukan apa-apa, namun intelijen mereka mengabarkan bahwa pasukan Muhammad hanya terdiri dari 313-314 orang saja. Itu pun bukan pasukan militer profesional. 

Mereka umumnya pekerja, pebisnis dan pekerja kasar saja. Ibarat zaman sekarang, sekedsr rakyat yang dipersenjatai. Tidak ada yang naik kuda perang atau bawa senjata canggih. 

18. Bahkan panglima perangnya, yaitu Rasulullah SAW sendiri, ternyata juga bukan sosok panglima yang punya jam terbang tinggi. Boleh dibilang bahwa Inilah pertama kali Nani SAW memimpin perang. 

Makanya ketika memposisikan lokasi pasukan muslim, justru Beliau malah mendapat kritik dari seorang shahabat. Sahabat itu mengatakan kalau penetapan posisi itu berdasarkan wahyu, kita terima saja. 

Tapi kalau semata-mata hanya taktik dan strategi dari pemikiran atau ijtihad Nabi semata, maka shahabat itu punya alternatif taktik yang lebih baik.

Dan Nabi SAW pun menerima masukannya. Akhirnya posisi basecamp dipindahkan ke lokasi yang lebih strategis, dengan menguasai sumber-sumber  mata air di Padang Pasir Badar.

oOo

19. Usai menang dari perang Badar yang sukses duniawi ukhrawi itulah baru kondisi perekonomian para muhajirin mulai membaik. 

Sebab mereka mendapat ghanimah yang cukup besar. Dan sejak itulah geliat perekonomian di Madinah juga mulai ikut  membaik. 

Pasar mulai ramai, perdangsn jadi hidup, aktifitas ekonomi lancar. Muncul pula para orang kaya baru. 

Ghanimah itu sangat berarti untuk memasukkan aliran darah segar ke dalam perekonomian Madinah. 

20. Bahkan sejak itu nyaris hampir tiap tahun terjadi peperangan. Tentu masing-masing dengan latar belakang kejadian sendiri-sendiri.

Karena kita meyakini bahwa Islam sesungguhnya bukan agama peperangan. Soalnya harga membunuh satu nyawa manusia sama saja membunuh semua manusia.

21. Perang berikutnya di tahun ketiga Hijriyah, disebut Perang Uhud. 

Justru kali ini umat Islam mengalami banyak kerugian, penyebabnya karena persoalan rebutan ghanimah yang belum waktunya. 

Suasana belum sepenuhnya dikuasai, namun barisan penjaga di atas bukit sudah melihat bahwa pasukan yang di bawah lagi asyik bagi-bagi ghanimah. 

Maka turunlah mereka dan pertahanan belakang jadi kosong. Disitulah Khalid bin Walid yang saat itu masih kafir dan berperang di pihak musyrikin Mekkah mengambil kesempatan. 

22. Apa pelajaran yang bisa kita ambil?

Ghanimah perang badar memakmurkan, tapi gara-gara ghanimah juga, dalam persng Uhud Nabi SAW mengalami kerugian besar.

Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat

Kajian· 29 Juni 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Muhajirin". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait