Karya

Karya 

Selalu saya nasehatkan kepada adik-adik saya, para ustadz di Rumah Fiqih Indonesia (RFI) untuk punya karya berupa buku atau tulisan. Dan jangan hanya memperbanyak jadwal ceramah.

Sebab jadwal ceramah itu bukan karya ilmiyah. Tidak bisa dituliskan dalam bio data pribadi. 

Masak bio data dibacakan di awal kajian bahwa ustadz kita ini sering diundang ceramah dimana-mana. Itu bukan karya, itu namanya daftar sumber penghasilan. 

Kalau kayak gitu apa bedanya ustadz dengan motivator. Teman saya yang motivator itu kalau memulai sesinya, selalu menampilkan foto-foto dokumentasi bahwa dia pernah diundang di berbagai macam perusahaan. 

Portofolionya semata pernah diundang memotivasi di beragam tempat. Tapi karya dan gagasan utama yang original dari dirinya, malah tidak tersentuh sama sekali. 

Wajar, karena memang begitulah cara kerja seorang motivator. Yang penting orang jadi termotivasi. Titik.

Tapi seorang ustadz itu bukan motivator. Dalam konsep saya, ustadz itu track nya ada di jalur ulama. Dan ulama itu dilihat dari karya ilmiyahnya, bukan dari prestasi pentas dan  show-nya. 

Karya yang nyata itu harus berupa tulisan, artikel, makalah, jurnal atau buku. Jadi nanti kalau dibacakan bio datanya oleh host atau mc, agak lama juga. Sebab buku yang ditulisnya lebih dari 100 judul. 

Di sisi yang lain, meski secara finansial buku itu sama sekali tidak menjanjikan pemasukan finansial yang besar dan pasti, tapi setidaknya. bisa dijadikan alat bargaining dalam diskusi.

Lawan bicara atau lawan debat kita akan gemetaran duluan kakinya kalau tahu bahwa kita sudah menulis buku tentang masalah yang kita diskusikan. Paling tidak dia tahu bahwa kita bukan orang awam dalam tema diskusi.

Kalau ada seminar atau diskusi, kita diundang dalam kapasitas sebagai penulis buku yang sesuai dengan tema yang diangkat. 

Tapi buku yang saya maksud disini bukan cerpen atau novel ya. Tapi sesuatu yang masuk dalam genre buku ilmiyah. 

Dan saya selalu sarankan untuk segera menghentikan kebiasaan bikin powerpoint sebagai persiapan ceramah. 

Sebenarnya saya juga sih yang awal-awalnya mengajarkan mereka teknik bikin powerpoint dengan tips dan trik animasinya. Bahkan masih banyak powerpoint bikinan saya asli yang mereka masih pakai dalam ceramah.

Tapi powerpoint itu bukan buku. Tidak bisa dimasukkan ke dalam daftar karya ilmiyah. Di biodata tidak mungkin dituliskan bahwa ustadz kita ini sudah banyak bikin powerpoint. 

Lagian powerpoint itu tidak bisa dijual. Karena tidak ada orang mau beli powerpoint. Paling jauh mereka minta baik-baik atau ngebajak sekalian. 

Jadi tulislah buku dan hentikan bikin powerpointnya. Kalau mau ceramah, tampilkan saja isi bukunya. Bacakan langsung isi buku nya kepada jamaah pakai projektor atau sharescreen. Hitung-hitung jadi promosi buku juga. 

Satu lagi manfaat buku, yaitu bisa dijadikan mahar pernikahan. Beberapa pembaca ada yang menjadikan 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan sebagai mas kawin.  

Harganya pun terjangkau, cuma Rp. 2.365.000,- saja. Masih lebih mahal mahar HP Samsung terbaru, apalagi dibandingkan mahar berupa motor, mobil, rumah, apartemen, berlian atau saham.

Tapi masih lebih terjangkau seperangkat alat sholat. Tapi masak sih cuma seperangkat alat sholat? Nggak mau alat berat aja sekalian?

Tertarik kasih mahar berupa 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan? Hubungi Lukman di 085-341-771-661. 

NOTE

Tulisan ini bukan iklan, bukan promosi, bukan pula teori motivasi. Tulisan ini adalah solusi. Solusi cerdas buat yang nggak mau rugi. 

Oh ya?

Ini sebenarnya rada modus sih. Kalau mas kawinnya 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan, dijamin tidak akan rugi. 

Toh, setelah nikah nanti, mahar itu akan disimpan di rak buku milik berdua. Dan si suami juga yang akan tetap bisa menikmatinya. Smart people emang suka gitu hehe

Kerya - Kajian Islam Tarakan

Kerya - Kajian Islam Tarakan


Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat

20 Juni 2021 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Karya". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait