Orang Tua Nabi SAW adalah Orang-orang Shaleh

Orang Tua Nabi SAW adalah Orang-orang Shaleh - Kajian Islam Tarakan

ORANG TUA NABI IBRAHIM ALAIHISALLAM DAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASSALLAM ADALAH ORANG ORANG SHALEH

Bahwa untuk menilai seseorang itu kafir tidak semudah membalik telapak tangan. Penilaian ini sebenarnya hak Allah Subhanahu Wata'ala atas fatwa ulama bersanadz berdasarkan Alqur'an dan hadits 

Dalam tataran syar’i membutuhkan kehati-hatian,terermasuk diantaranya apakah Abu Thalib kafir atau mukmin ?

Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah nabi Ibrahim adalah beberapa ayat yang menyebutkan Azar sebagai ” ab ” Ibrahim.

Misalnya ayat yang berbunyi, ” Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada ” ab “nya Azar, ” Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata “.( al An’am 74 ).

Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114).

Menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim seorang kafir terlalu tergesa-gesa, karena kata ” abun ” dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja. Kata ini juga juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.

Misalnya al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ab ” Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah paman NabiYa’kub as.

“Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 ) Dalam ayat ini dengan jelas kata “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ab ” berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).

Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.

Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata “ ab ” tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata ” ab ” pada surat al An’am 74 dan al Taubah 114 ?.

Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya.

Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah “.( Maryam 44 ).

Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. ” Berkata Ibrahim, ” Salamun ‘alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu “.( Maryam 47 ).

Kemudian al Qur’an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa, “ Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat “.(al Syua’ra 83-89 ).

Allamah Thaba’thabai menjelaskan bahwa kata ” kaana ” dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).

Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 ) Kemudian pada perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim yang terakhir, beliau datang ke tempat suci Mekkah dan mempunyai keturunan, kemudian membangun kembali ka’bah, beliau berdoa, “ Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab “.( Ibrahim 41 ).

Kata “ walid ” hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan. Dan yang dimaksud dengan ” walid ” disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah ( al taubah 114 ).

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau,dan keduanya adalah orang-orang yang beriman.

Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.

Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, ” Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.( al Syua’ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimakasud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud. Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah(termasuk orang tua nabi Ibrahim as) sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al-Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma’ al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits nabi bahwa Nazab keturunan (orang tua) nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dan nabi Ibrahim hingga nabi Adam adalah orang orang shaleh yang terlindungi keimanannya sbb :

خرجت من نكاح ، و لم أخرج من سفاح ، من لدن آدم إلى أن ولدني أبي و أمي ، لم يصبني من سفاح الجاهلية شيء

“Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku” (HR. Ath Thabrani 4728, dalam Shahih Sirah Nabawiyah(1/10) Al Albani mengatakan sanadnya mursal jayyid)

Oleh karena itulah kita katakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam lahir dari nasab terbaik. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بعثت من خير قرون ابن آدم ، قرنا فقرنا ، حتى كنت من القرن الذي كنت فيه

“Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga sampai pada kurun dimana aku dilahirkan” (HR. Bukhari 3557)

Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى قريشًا من كنانةَ . واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ

“Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim” (HR. Muslim 2276)

HADITS NABI TENTANG AYAH IBU ROSULULLAH SEBAGAI TEBUSAN.

"Panahlah, Wahai Saad… Tebusanmu adalah Ayah & Ibuku."

Saad bin Abi Waqqash sahabat Rasulullah yang memiliki doa  mustajab.

Rasulullah meminta kepada Allah agar doa Saad  mustajab.

اللهم سدد رميْته، وأجبْ دعوتهُ

“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” 

(Hr al Hakim).

Doa Rasulullah ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah  hebat dan ahli ibadah yang terkabul doanya. Saad bin Abi Waqqash adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah. Ia juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan”kedua orang tua nabi untuknya.

Seperti dalam sabda beliau dalam Perang Uhud, Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad.

Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan",

ارم سعد … فداك أبيْ وأميْ

“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku."

(Hr at-Tirmidzi).

Dalam redaksi riwayat yg lain dengan penambahan lafadz : "Panahlah wahai Saad.. Tebusanya adalah Ayah dan Ibuku di syurga".

Jelas bahwa tidak mungkin nabi berkata dengan tebusan kedua orang tua beliau bila kafir dan masuk neraka, sebab artinya nabi menggolongkan Saad kafir dan masuk neraka, sedang Saad berjihad perang demi agama islam.

Artinya wajib bahwa kedua orang tua nabi masuk surga. 

Dengan hadist tersebut terbantahkan "keyaqinan"  yang mengatakan orang tua Rasulullah di neraka".

SEMUA NABI MEMPUNYAI ORANG TUA YANG SHALEH 

(KETURUNAN ORANG SALEH) 

QS Ali Imran :39.

39. فَنَادَتْهُ الْمَلٰٓئِكَةُ

 (Kemudian Malaikat memanggil Zakariya) Yakni malaikat Jibril.

 أَنَّ اللهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ

(Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya) Dan nama yang disebutkan di Injil adalah Yohana. Yakni Allah menggembirakanmu dengan kelahiran Yahya.

مُصَدِّقًۢا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللهِ

(yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah ) Yakni yang membenarkan Nabi Isa dan mengabarkan kedatangannya. Adapun penyebutan Isa dengan kalimat Allah adalah kerena ia diciptakan dengan firman-Nya “kun”. Dan kedatangan Yahya adalah untuk mengabarkan dekatnya pengutusan Isa yang diutus pada zamannya, dan Isa adalah anak dari bibinya dari jalur ibu, dan Yahya adalah orang yang pertama beriman kepada Isa.

وَسَيِّدًا وَحَصُورًا

 (menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu)) Makna

 (السيد)

adalah orang yang memimpin kaumnya yang pengasih, mulia, lagi bertaqwa.

Dan makna

(الحصور)

adalah yang tidak mendatangi perempuan, maka Nabi Yahya dahulu tidak mendatangi perempuan tidak seperti lelaki lainnya. Mungkin disebabkan karena ia tidak mampu melakukan itu atau karena ia memang menahan diri dari hal itu.

 وَنَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِينَ

(dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh) Yakni yang menjalankan apa yang diwajibkan Allah atasnya dan menunaikan hak-hak orang lain kepada mereka.

DALIL DOA KEDUA ORANG TUA NABI

Doa nabi ibrahim alaihissallam dalam Al Quran.

DIAMALKAN   ROSULULLAH Shalallahu alaihi wassallam DAN DIAJARKAN KEPADA UMATNYA..

"Rabbanaghfirlii  Waliwaalidayya Walil Mukminiina Yauma Yaquumul Hisaab""......artinya

"YA TUHAN , AMPUNILAH AKU DAN "KEDUA IBU BAPAK KU" DAN ORANG2 MUKMIN PADA HARI PENGHISABAN..(QS.   Ibrahim.. 41)

Seandainya orang tua(kandung) kedua nabi kafir tidak mungkin nabi berdua berdoa seperti dalam ayat, sebab sudah jelas, bahwa doa untuk kafir tidak akan diterima dan Allah Subhanahu Wata'ala melarangnya.

Adakah yg masih memfitnah orang tua (kandung) rosulullah dan nabi Ibrahim masuk neraka? sementara beliau berdua nabi senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.

Nabi Ibrahim alaihisallam beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagaimana disebut dalam hadits dan ayat adalah orang orang shaleh.

Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim alaihisallam  adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

HAL DALIL LAIN

Ibunya Nabi ﷺ Wafat dalam Keadaan Kafir ?

Hadits ini sering disampaikan oleh kaum Khawarij (Wahabi Takfiri)  sebagai pelarangan berziarah kubur atau sebagai bukti bahwa ibunya Nabi ﷺ mati dalam keadaan kafir.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: زَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ، ثُمَّ قَالَ: اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي، وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتُ

“ Dari Abu Hurairah, berkata : “ Menziarahi Rasulullah ﷺ ke kuburan ibunya kemudian beliau menangis dan menangis pula orang-orang yang disekitarnya, kemudian beliau bersabda : “ Aku mohon izin Tuhan agar bisa menziarahi kuburan ibunya dan Tuhan mengizinkannya, dan aku minta izin kepada-Nya agar Dia mengampuninya tetapi Dia tidak mengizinkanku, maka berziarah kuburlah karena sesungguhnya dengan berziarah kubur akan mengingatkan kepada kematian ” 1

Secara sepintas kita akan menilainya sebagai hadits shahih, akan tetapi justru dalam matan-nya banyak terdapat keganjilan.

Pertama, dalam kalimat “ beliau bersabda : “ Aku mohon izin Tuhan agar bisa menziarahi kuburan ibunya dan Tuhan mengizinkannya ” dan sudah maklum bahwa tujuan berziarah kubur adalah untuk mendoakan si mayat, akan tetapi redaksi selanjutnya adalah “ dan aku minta izin kepada-Nya agar Dia mengampuninya tetapi Dia tidak mengizinkanku” jadi bagaimana bisa diterima oleh syariat dan akal sehat, ketika Allah mengizinkan Nabi ﷺ untuk menziarahi ibunya, akan tetapi sekaligus Dia melarang Nabi ﷺ untuk memohonkan ampunan untuknya ?

Kedua, setelah Allah melarang Nabi ﷺ untuk mendoakan ibunya kemudian Nabi ﷺ bersabda “ maka berziarah kuburlah karena sesungguhnya dengan berziarah kubur akan mengingatkan kepada kematian ”. Redaksi hadits antara yang satu dengan yang lainnya membingungkan, di satu sisi mengizinkan kemudian melarang dan setelah itu mengizinkan kembali. Apabila berziarah kubur tidak akan mendatangkan manfaat bagi si mayat lalu mengapa Nabi ﷺ memerintahkannya ? Tidak masuk akal bukan ?

Dr. Salahuddin ibn Ahmad al-Adlabi berkata : “ Menghadapi musuh-musuh Islam yang memalsukan hadits dengan menggunakan sanad shahih, tetapi matannya tidak shahih. Banyak musuh Islam dan orang yang meragukan hadits menemukan hadits yang sepintas lalu tampak sanadnya shahih, akan tetapi isinya menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Islam secara umum. Hadits-hadits seperti inilah yang mereka jadikan sebagai sandaran untuk melakukan berbagai tuduhan terhadap Islam atau terhadap diri Rasulullah ﷺ. Adakalanya hadits-hadits semacam itu diriwayatkan oleh periwayat-periwayat dlabit dan handal. Di sini kita dituntut (dipaksa) untuk menilainya shahih dan menerimanya “. 

Kelompok yang menyakini ibu kandung Nabi ﷺ mati dalam keadaan kafir atau musyrik berhujjah dengan ayat ini :

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيْمِ

“ tidak sepantasnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam ” (QS. 9 – at-Taubah : 113)

Padahal telah datang banyaknya hadits yang menyatakan bahwa ibunya Nabi ﷺ bukanlah seorang kafir atau musyrik.

فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: عَجِلْتَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ بَطْنٌ مِنْ قُرَيْشٍ، إِلَّا كَانَ لَهُ فِيهِمْ قَرَابَةٌ، فَنَزَلَتْ عَلَيْهِ : ذَالِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لَا أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيْهَا حُسْناً إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

“ Berkata Ibnu Abbas r.a : “ Tidak ada satu marga pun dari golongan suku Qurasy kecuali Rasulullah ﷺ memiliki hubungan kerabat dengan mereka, lalu turun firman Allah : “ Itulah karunia yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan “. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri ” 

(QS. 42 – asy-Syu’ara : 23) 

Dikatakan dalam hadits :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: " أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ نُورًا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ يُسَبِّحُ ذَلِكَ النُّورُ وَتُسَبِّحُ الْمَلَائِكَةُ بِتَسْبِيحِهِ , فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ أَلْقَى ذَلِكَ النُّورَ فِي صُلْبِهِ , فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَأَهْبَطَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى الْأَرْضِ فِي صُلْبِ آدَمَ , وَجَعَلَنِي فِي صُلْبِ نُوحٍ فِي سَفِينَتِهِ , وَقَذْفَبِي فِي النَّارِ فِي صُلْبِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ , ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يَنْقُلُنِي فِي الْأَصْلَابِ الْكَرِيمَةِ إِلَى الْأَرْحَامِ الطَّاهِرَةِ , حَتَّى أَخْرَجَنِي مِنْ بَيْنَ أَبَوَيَّ , وَلَمْ يَلْتَقِيَا عَلَى سِفَاحٍ قَطُّ

“ Dari Ibnu Abbas r.a : “ Sesungguhnya kaum Quraisy dahulu berupa cahaya yang berada di antara Allah Azza wa Jalla sebelum Allah menciptakan Adam 1000 tahun (sebelumnya), bertasbihlah cahaya itu dan bertasbih pula para malaikat dengan tasbih itu, dan ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan Adam dengan 1000 cahaya itu di dalam sulbinya, maka bersabda Rasulullah ﷺ : “ Aku diturunkankan oleh Allah Azza wa Jalla ke bumi di dalam sulbi Adam, dan menjadikanku di dalam sulbi Nuh di dalam kapalnya, dan dilemparkan aku ke dalam api di dalam sulbi Ibrahim alaihis salam, kemudian terus-menerus Allah memindahkanku dari berbagai sulbi yang mulia dan rahim yang suci, sehingga Dia mengeluarkanku melalui ibu bapakku yang tidak pernah terjerumus ke dalam perzinahan “ 

Dalam sabdanya “ sehingga Dia mengeluarkanku melalui ibu bapakku yang tidak pernah terjerumus ke dalam perzinahan ” membuktikan bahwa orangtuanya Nabi ﷺ seorang muslim pengikut ajaran Nabi Ibrahim a.s.

Di dalam kitab Wafa al-Wafa, Ibnu al-Jauzi meriwayatkan beberapa hadits tentang indikasi keislaman orangtuanya Nabi ﷺ sbb :

Dari Abi al-Fayyadh, ia berkata : “ Bahwasanya Abdullah pernah bertemu dengan seorang wanita dari Khats’am yang bernama Fatimah binti Murr. Ia adalah wanita yang paling cantik dan terhormat di kalangan para wanita dan telah membaca al-Kitab. Para pemuda suku Quraisy selalu membicarakannya. Perempuan itu melihat cahaya kenabian di wajah Abdullah, kemudian ia berkata : “ Hai pemuda, darimanakah anda ? “ Abdullah pun memberitahukan tujuannya. Perempuan itu berkata : “ Apakah engkau mau menggauliku ? Aku akan memberimu seratus ekor unta “.

Abdullah melihatnya dan berkata : 

Adapun hal yang haram maka jalan lainnya adalah kematian, Adapun perkara yang halal maka tak dapat dijelaskan. Lalu bagaimana pula dengan keinginanmu itu..

Bibi Wahab bin Rabi’ah berkata : “ Kami pernah mendengar bahwasanya Rasulullah ﷺ ketika berada di dalam kandungan Aminah binti Wahb, Aminah pernah berkata : “ Aku tidak merasakan diriku sedang mengandungnya dan tidak merasa keletihan seperti yang dialami oleh kebanyakan perempuan. Hanya saja aku merasa aneh ketika darah haidhku terhenti. Seorang malaikat datang kepadaku, waktu itu aku berada antara tidur dan sadar. Ia berkata : “ Apakah engkau merasa bahwa engkau telah hamil ? “ Rasanya aku pun berkata : “ Aku tidak tahu “. Ia berkata : “ Sesungguhnya engkau telah mengandung pemimpin dan Nabi umat ini “. Yang demikian itu terjadi pada hari Senin. 

Aminah berkata : “ Ini membuatku merasa yakin bahwa aku telah hamil . Malaikat yang datang tadi meninggalkanku sehingga dekatnya masa kelahiran. Malaikat itu datang lagi kepadaku dan berkata : “ Katakanlah wahai Aminah : “ Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Esa untuk anak ini dari kejahatan semua yang memiliki rasa hasad “. Aminah berkata : “ Aku mengucapkan ta’awudz dan menyebutkannya dengan lisanku sendiri “.

Adakah seorang perempuan kafir atau musyrik yang ketika mengandung didatangi oleh malaikat dan diajari doa-doa olehnya ? Maksimalkanlah akal sehatmu yaa ulil abshar ! Ibunda Nabi ﷺ adalah seorang pengikut ajaran Nabi Ibrahim a.s. Andaikata beliau bukan seorang pengikut ajaran Nabi Ibrahim a.s, tetapi sebagai seorang ahli kitab yang benar-benar ahli kitab, Allah Subhanahu Wata'ala dengan kebenaran-Nya tetap membelanya, sebagaimana firman-Nya :

الَّذِينَ آتَيْناَهُمُ الْكِتاَبَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخاَسِرُونَ

“ Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepada-Nya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada-Nya mereka itulah orang-orang yang merugi “ (QS. 2 / Al-Baqarah : 121)

Ibunda Nabi ﷺ telah menjalani hidup mulia di zamannya dengan syariat yang berlaku di zamannya pula. Hormati dan terimalah syariat-Nya yang telah berlaku di zaman sebelumnya sebagaimana firman-Nya :

لِكُلٍّ جَعَلْناَ مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهاَجاً

“ Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang “  (QS. 5 / Al-Maidah : 48)

Yakinilah, bahwa Nabi ﷺ telah Allah Subhanahu Wata'ala lahirkan dari kelompok terbaik, sebagai- mana sabdanya :

أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ، إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الخَلْقَ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ، فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً، ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَخَيْرِهِمْ نَسَبًا

“ Aku Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthallib. Allah menciptakan makhluk lalu menjadikanku berada dalam kelompok terbaik. Kelompok terbaik tersebut terbagi dua, kemudian Allah menjadikanku berada di bagian terbaik. Kemudian Allah menjadikan mereka bersuku-suku, dan menjadikanku di bagian terbaik. Kemudian ia menjadikan mereka bertempat tinggal dan menjadikanku hidup dalam rumah dan jiwa terbaik pula ” 

Jadi bagaimana mungkin sabda Nabi ﷺ “ dan menjadikanku di bagian terbaik.… dan menjadikanku hidup dalam rumah dan jiwa terbaik pula ” dapat diartikan sebagai seorang Nabi yang memiliki orangtua kafir dan musyrik ?

Syaikh al-Ghazali berkata : “ Hadits Nabi ﷺ tidak akan bertentangan dengan Kitabullah selamanya. Kontradiksi yang kadang terlihat adalah akibat buruknya pemahaman, bukan karena realitasnya memang bertentangan.

Sesungguhnya, sunnah bagaikan lautan yang ombaknya tidak pernah diam. Tidak ada yang bisa memahaminya secara benar, kecuali seorang faqih yang mengerti tentang kesamaran setiap ucapan dan maksud yang benar darinya. Sesungguhnya Nabi ﷺ terus saja berbicara kepada orang-orang selama 23 tahun, yang tentunya situasi dan kondisinya berbeda-beda, orang-orang yang dihadapinya berganti-ganti dan tidak sama antara satu dengan lainnya, serta masalah yang dibahasnya pun semakin meluas. Meletakkan setiap hadits tepat pada maksudnya atau mengetahui setiap wilayah yang dikehendaki hadits merupakan pekerjaan fuqaha, yaitu pekerjaan yang tidak ada batas akhirnya, kalau tidak, kita akan salah dalam menempatkan hadits-hadits sesuai dengan tempat yang dimaksudkan. 

Hal yang menyedihkan bahwa sebagian orang yang tidak memiliki pemahaman tentang hadits secara mendalam berani memberikan fatwa-fatwa berdasarkan hadits. Mereka ini sebenarnya menjadi penghalang jalannya dakwah Islamiah.

Penyebab terjadinya kekacauan ini adalah bermunculannya banyak orang dengan memberi fatwa berdasarkan sunnah, tanpa memiliki bekal pemahaman secara mendalam tentang hukum-hukum dalam al-Quran, tanpa memiliki pengetahuan tentang ilmu jiwa dan kondisi masyarakat, dan tanpa terlebih dahulu mempelajari secara mendalam tentang sirah nabawiyah yang mulia, serta meneliti berbagai kejadian dan kondisi yang dilaluinya selama seperempat abad.

Orang yang benar-benar memahami sunnah akan mengetahui kesalahan berbagai tradisi seperti ini serta ketidakcocokannya dengan al-Quran dan Sunnah. Di samping itu, para pendatang baru dalam dunia dakwah ini (Wahabi Takfiri) melakukan pembelaan Islam dengan rasa fanatisme dan menuduh kelompok lain telah terjerat dalam modernisasi yang sesat. Yang saya lihat adalah bahwa Sunnah merupakan rukun Islam setelah al-Quran. Tidak ada yang sibuk mempelajarinya secara detail, kecuali fuqaha, dan orang-orang yang memang harus mempelajarinya, seperti para pemimpin, hakim, da’i, dan orang-orang yang spesialisasinya membutuhkan penugasan Sunnah secara mendalam. Adapun orang biasa, maka 40 hadits saja sudah cukup. Adapun alasannya, orang yang tidak memahami al-Quran dan Sunnah tidak dibenarkan memberi fatwa-fatwa keagamaan. Kita semua mengambil pilar-pilar iman, rukun Islam, aturan akhlak mulia, dan muamalah dari al-Quran dan Sunnah secara bersamaan. Sunnah amaliah (praktis) yang diriwayatkan secara qath’imerupakan tafsir bagi al-Quran

Nabi ﷺ bersabda :

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِى مِنْ مُنَافِقٍ عَلَيْهِمِ اللِّسَانِ

“ Hal yang paling aku takutkan menimpa umatku adalah, orang munafik yang lisannya menunjukkan ia sebagai orang yang berilmu “ 

Nabi ﷺ bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ثَلاَثًا إِحْدَاهُنَّ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ اْلأَصَاغِرِ

“ Sesungguhnya salah satu tanda-tanda kiamat ada tiga, salah satu satunya adalah ilmu yang dipelajari dari orang-orang rendahan (bodoh) “ 

JELAS BAHWA BAIK ORANG TUA NABI IBRAHIM ALAIHISALLAM DAN ORANG TUA NABI MUHAMMAD SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM ADALAH PEMILIK SULBI SULBI DAN RAHIM YANG SUCI.. 

-------------------------

(1) Al-Mustadrak 1/531, Shahih Muslim 2/681, Sunan Abu Dawud 3/218, Sunan Nasai 4/90 (derajat hadits dhaif fil matan)

(2) Metodologi Ktitik Matan Hadits hal. 10

(3) Wafa al-Wafa hal. 55-56

(4) Asy-Syari’ah, al-Ajari 3/1419, diperkuat dengan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab-kitab Sirah nanawi al : asy-Syifa bita’lif Huquq al-Musthafa 1/183, 1/328, as-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Katsir 1/196, Washilah al-Islam an-Nabi Shallahu ‘Alahi wa wa Sallam 1/35, ‘Imta’u al-Asma’ 3/190, Bihujah al-Muhafil wa Bighayyah al-Amtsal 1/16, al-Khashais al-Kabir 1/66, Sabil al-Huda wa ar-Rasyad fi Sirah Khair al-‘Ibad 1/72, 1/237, Tarikh al-Khamis fi Ahwal Anfus an-Nafis 1/21, Sirah asy-Syifa 1/43, 1/206, 1/368, Insal al-‘Uyun 1/44, 1/46 (derajat hadits hasan shahih)

(5) Wafa al-Wafa hal. 65

(6) Wafa al-Wafa hal. 66

(7) Sunan Turmudzi 5/543, 5/584, 6/8 riwayat al-Muthalib bin Abi Wada’ah r.a dari Ibnu Abbas r.a, Musnad Ahmad 3/207, Musnad al-Bazzar 4/140, al-Mukhalashiyah 3/139, al-Mustadrak, al-Hakim 3/275, Syarh ‘Itiqad Ahlussunnah wal Jama’ah 4/828, (derajat hadits hasan shahih)

(8) Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman hal. 344

(9) Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman hal. 345

(10) Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman hal. 346

(11) Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman hal. 346

(12) Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman hal. 346-347

(13) Musnad Ahmad 1/ 289, 1/ 399 (derajat hadits shahih)

(14) Hilyah al-Auliya, Abu Nu’aim 4 / 55 (derajat hadits shahih)

SILAHKAN DISALIN/SHARE 

Abduh Ariqin, Abdl Ltf dkk. 

JUNI 2020.

Sumber FB Ustadz : Abdillah Latief

5 Mei 2021

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Orang Tua Nabi SAW adalah Orang-orang Shaleh ". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait