Hikmah Ramadhan

Hikmah Ramadhan - Kajian Islam Tarakan

*HIKMAH RAMADHAN* 

         Hakikat ibadah puasa sesungguhnya adalah berkaitan dengan integritas individu dalam melakoni kehidupan sosialnya. 

Rahasia ibadah puasa senantiasa mengajarkan tentang makna kejujuran, kebenaran, keberanian, dan kesediaan menegakkan keadilan. 

*Prosesi ibadah puasa adalah perwujudan integritas ibadah sosial (hablum-minan-nas) dan nilai-nilai religiusnya (hablum-min-allah atau tauhid).* 

*Integritas* adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Dalam etika, *integritas* diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. 

Lawan dari integritas adalah hipocrisy ( *hipokrit* atau *munafik* ). 

Pemahaman dasar tentang *Integritas adalah tentang konsistensi sikap diri pada kesamaan antara kata dan perbuatan. Sikap diri yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu ciri ciri pribadi yang memiliki integritas diri yaitu pribadi yang jujur dan bertanggung jawab dimana setiap perkataannya bisa dipegang dan di buktikan.* 

 *Integritas diri adalah suatu pemahaman yang dapat diumpamakan sebagai lambang diri atau identitas karakter pribadi yang dapat dipertanggung jawabkan. Misalnya, tanggung jawab pekerjaan di kantor dapat di selesaikan hingga tuntas, prestasi di sekolah sebagai bentuk tanggung seorang siswa di sekolah untuk terus belajar dan berprestasi, pergaulan dalam lingkungan untuk selalu mejaga kerukunan dan hubungan baik antar sesama, ibadah kerohanian sebagai bentuk tanggung jawab moral kepada Tuhan,  dll.* 

Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya.

Kualitas integritas terlihat pada keutuhan yang berasal paduan kejujuran dan konsistensi. 

 *Ciri orang berintegritas terlihat pada beberapa hal berikut, yaitu:* 

(1) Sikap tidak mementingkan diri sendiri,

(2) Dibangun di atas dasar disiplin, 

(3) Kekuatan moral yang terbukti tetap benar di tengah api godaan, 

(4) Kemampuan untuk bersabar ketika hidupnya tidak berjalan mulus, 

(5) Tahan uji yang memerlukan prilaku yang dapat diduga,

(6) Kekuatan yang tetap teguh sekalipun tidak ada yang melihat, 

(7) Menepati janji-janji, bahkan ketika merugikan dirinya, 

(8) Tetap setia kepada komitmen, bahkan ketika itu tidak nyaman, 

(9) Tetap teguh pada nilai-nilai tertentu meskipun dirasakan lebih populer untuk mencampakkannya. 

(10) Hidup dengan keyakinan, ketimbang dengan apa yang disukai,

(11) Fondasi dari kehidupan, jika integritas baik, maka kehidupan baik, begitu pun sebaliknya, dan 

(12) Dibentuk melalui kebiasaan.

         Buah dari sikap berintegritas akan dipercaya oleh orang sekelilingnya, komunitasnya, dan siapapun yang mengenal karakternya, karena ucapannya juga menjadi tindakannya. 

Orang yang berintegritas karena mulut dan hatinya tidak berbeda dan bertengkar. Tiada pertentangan sikap karena memiliki pendirian dan punya komitmen dalam setiap amalnya. 

Tipe orang yang berintegritas telah digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ 

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." 

(QS Fushilat : ayat 30).

         Puasa menjadi pendidikan kemanusiaan untuk mencetak diri yang berintegritas. 

Dalam ibadah puasa mendidik nilai dan prinsip mulia, yaitu keimanan dan ketaqwaan sehingga rela meninggalkan makan, minum dan hubungan badah dengan pasangannya sehari penuh demi nilai dan keyakinan yang mantap pada dirinya.

Kenikmatan badan yang dibutuhkan sementara waktu ditinggalkan demi patuh kepada nilai dengan teguh kepada prinsip beragama. Implemetasinya dalam ibadah puasa itu menyatukan isi hati dengan komitmen perbuatan tindakan nyata.

Niat di malam hari selama bulan Ramadhan, kemudian direalisasikan selama sehari penuh bepuasa meskipun tak ada orang yang tahu dan tak ada yang memperhatikan, tetap teguh pada komitmen prinsip berpuasa yang telah diniatkan malam harinya.

Ini bentuk latihan integritas untuk menyatukan ucapan dengan perbuatan dan berpegang tegung pada prinsip dan nilai yang diyakini baik untuk dijalankan.

Saat ibadah puasa sangat dianjurkan oleh Nabi SAW untuk memberi makanan atau minuman kepada orang yang berbuka puasa. Pahala orang yang memberi buka sama dengan ganjaran orang yang menjalankan ibadah puasa meskipun hanya seteguk air atau sebiji kurma.

Inilah nilai integritas yang dilatihkan kepada orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Bukan seberapa besar yang diberikan kepada orang lain tetapi seberapa besar perhatian kita untuk berbagi dengan yang lain. 

Sikap orang yang berintegritas itu adalah kesanggupan diri untuk berkorban demi menolong dan membahagiakan orang lain. Inilah latihan kemanusiaan untuk menjadi manusia yang berintegritas dalam madrasah bulan Ramadhan.

        Puasa merupakan pendakian spiritual manusia. Sebab, ada dua unsur dalam diri manusia, yaitu unsur lahut (unsur ketuhanan) dan unsur nasut (unsur kemanusiaan). “Nah, puasa merupakan wahana revitalisasi unsur ketuhanan di dalam diri kita sehingga mampu merefleksikan sifat-sifat Allah SWT. 

Hal ini akan membentuk yang berintegritas, konsisten menamkan nilai-nilai Spiritual pada bulan Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. 

Puasa yang dilakukan secara benar dan Ikhlas, akan menghasilkan sebuah kesadaran spiritual dan Insan yang beritegritas. Dalam puasa akan tertanam Kejujuran, Keikhlasan, kepekaan sosial, dan  kemanusiaan (Humanis). Hal ini merupakan entri poin dari sebuah Kesadaran Spiritual dan Integritas diri. 

Setiap bangunan mempunyai dasar yang disebut fondasi. Tanpa fondasi, hujan, angin, dan cuaca akan membuat bangunan itu roboh. Begitu juga manusia, tidak sulit membedakan siapa yang telah membangun kehidupannya diatas fondasi integritas dan siapa yang tidak.

Bila fondasi kita adalah integritas, keputusan yang kita ambil akan membuktikannya. Bila tidak itu juga akan terbukti. Ada harga yang harus dibayar untuk mempertahankan integritas, uang bukanlah faktor yang menentukan dalam integritas. Bahkan bila kita kehilangan uang, ketenaran, dan persahabatan, kita tidak boleh menjual integritas. 

Apapun harganya, integritas mempunyai nilai yang lebih besar. 

Segala bentuk yang tampaknya merugikan karena menjunjung integritas sebenarnya sama sekali bukan kerugian. 

Ingatlah segala sesuatu yang kita miliki hanya bersifat sementara, akhirnya akan membawa luka yang sulit dilupakan jika kita tidak memiliki integritas dalam diri kita.

Ingin  menjadi orang yang berintegritas tidak membuat kita menjadi sempurna. Dan tidak semua orang selalu mengambil langkah yang benar, tetapi percayalah dengan ketekunan dan percaya pada kekuatan doa, kita akan mampu menjalani kehidupan yang berintegritas. 

 *Kadang-kadang memulai lagi berarti kita harus memulai kembali dari nol, dari dasarnya lagi, tetapi setidaknya dasarnya memang sudah ada disana. Ada masa ketika secara harfiah kita tidak memiliki apa-apa lagi kecuali integritas.  Saat seperti itu tidak mudah untuk dijalani, itu adalah ujian terbesar jika kita terpaksa mengalaminya.* 

Tetapi bagi karakter dan masa depan, itu menghasilkan hal-hal yang mengagumkan. Percayalah berinvestasi pada integritas diri akan memberikan kemajuan dan keberhasilan untuk kesuksesan masa depan kita kedepan.

Sumber FB Ustadz : facebook.com/raden.huri

12 Mei 2021 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Hikmah Ramadhan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait