Menjaga NKRI dengan Bingkai Persaudaraan

Menjaga Nkri Dengan Bingkai Persaudaraan - Kajian Islam Tarakan

MENJAGA NKRI DENGAN BINGKAI PERSAUDARAAN BUKAN DENGAN PERMUSUHAN

Sebagai bangsa yang mempunyai berbagai macam keragaman baik manusia maupun sumber daya alamanya. Indonesia merupakan zamrud yang akan menjadi rebutan banyak pihak yang menginginkan keuntungan darinya. Eksistensi Indonesia sebagai bangsa tentu mempunyai posisi yang sangat strategis bagi bangsa-bangsa lainnya. Deskripsi yang demikian sesuai dengan pepatah bahwa ada gula pasti ada semut.

Keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan warisan berharga yang tidak ternilai harganya. Masyarakat Indonesia sejak dahulu kala sudah terbiasa dengan keragaman yang melekat pada diri mereka. Meskipun mereka belum mengenal konsep multikulturalisme atau pluralisme. Bangsa Indonesia sudah terbiasa hidup rukun antara satu sama lain dengan sikap saling menghormati dan menghargai, serta bergotong-royong dalam menjalankan aktivitas kehidupan.

Mari kita sebagai bangsa indonesia menjaga tanah air ini dengan ukhuwah (persaudaraan) bukan dengan 'aduwah (permusuhan), konsep-konsep ukhuwah ini udah di rumuskan oleh Nahdlatul Ulama, maka nya Berapapun besar biaya dan resiko NU tetap akan membela keutuhan NKRI, maka dari itu KH. Achamd Siddiq waktu menjabat Rais Am Syuriyah PBNU  pada tahun 1984-1991 mengkonsep UKHUWAH/persaudaraan untuk menjaga NKRI.

UKHUWAH ISLAMIYAH/Persaudaraan ummat islam, kita sudah tau semua bahwa indonesia ini penduduk yang paling banyak adalah ummat islam, maka dari itu orang islam harus menjaga orang islam yang lain, seperti sabda nya Rosululloh Saw : Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendholiminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.

Dengan demikian bisa di simpulkan bahwa hubungan persaudaraan antar sesama umat Islam, wa bil khusus umat Islam di Indonesia, baik yang tergabung dalam ormas Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah mau pun ormas yang lain, selama mereka bertauhid dan sembahyang menghadap qiblat dan tidak merusak NKRI dan tidak merubah ideologi nya berarti itu adalah saudra kita dalam islam dan kita sebagai ummat wajib menjaga nya.

UKHUWAH ISLAMIYAH aja tidak cukup karna di Indonesia ini Bhinneka Tunggal Ika. Maka kita harus menerapkan 

UKHUWAH WATHONIYAH (Saudara se tanah air) Berbeda-beda suku,ras dan agama tapi tujuan nya sama yaitu membuat negara Indonesia ini menjadi Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur, Karna Rosululloh Saw telah mengajarkan kita untuk selalu menjaga negeri kita yg di tempati, seperti yang di jelaskan dalam kitab Shohih Bukhori yang di riwayat oleh Sahabat Anas : 

ان النبي صلى الله عليه وسلم اذا قدم من سفر فنظر الى جدرات المدينة أوضغ ناقته وان كان على دابة حركها من حبها

Rosululloh Saw ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya, karena kecintaan beliau pada Madinah.

Hadist di atas juga di jelaskan dalam kitab Fathu Al-Bari 

وفي الحديث دلالة على فضل المدينة وعلى مشروعية حب الوطن والحنين اليه

Hadis ini menjelaskan keutamaan kota madinah dan di syariatkan cinta tanah air dan rindu pada nya.

Klau negara Aman dakwah kita juga Nyaman, karna Indonesia merdeka bukan karna orang islam aja, tapi semua agama semua ras dan suku bersatu. Maka kita wajib menjaga bangsa indonesia baik org itu tidak se agama dengan kita atau tidak sesuku dgn kita. Tapi karna kita punya hubungan UKHUWAH WATHONIYAH/Saudara sebangsa maka kita wajib menjaganya dan mencintai nya tidak boleh mencintai nya.

Yang terakhir adalah UKHUWAH INSANIYAH (Saudara kemanusiaan) yang mana dalam hal ini cakupan nya lebih luas, karna kita wajib mencintai sesama ummat manusia sebagaimana sabda nya Rosululloh Saw

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لا يؤمن احدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه 

Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

Tentang hadits ini Syekh Muhammad Nawawi Banten di dalam kitab Al-Qomi'ut Thungyan, mengutip pandangan As-Suhaimi yang menggelorakan semangat persaudaraan meski dengan pemeluk agama di luar Islam

قال السحيمي في معنى هذا الحديث أي لا يكمل إيمان أحدكم حتى يحب لكل أخ ولو كافرا من غير أن يخص بمحبته أحدا دون آخر مثل ما يحب أن يحصل لنفسه من الطاعات والمباحات الدنيوية بأن تفعل معه ما تحب أن يفعله معك وتعامله بما تحب أن يعاملك به وتنصحه بما تنصح به نفسك وتحكم له بما تحب أن يحكم لك به وتحتمل أذاه وتكف عن عرضه وإذا رأيت له حسنة أظهرتها أو سيئة كتمتها انتهى

As-Suhaimi berkata perihal makna hadits tersebut, tidak sempurna keimanan salah satu di antara kamu sebelum ia mencintai saudaranya meski pun kafir tanpa membatasi kasih sayangnya untuk kelompok tertentu dan mengabaikan yang lain sebagaimana ketaatan dan banyak hal mubah duniawi lain yang dirinya terima, yaitu perlakuan baik, interaksi, nasihat, putusanmu terhadap mereka, tanggunganmu atas penderitaan mereka, dan penjagaan sikapmu atas kehormatan mereka sebagaimana kau  senang kalau mereka memperlakukan, berinteraksi, memberi nasihat dan putusan terhadapmu dengan baik. Jika melihat kebaikannya, kau memperlihatkannya di muka umum. Tetapi jika melihat kekurangannya, kau menutupinya.

Perkataan Syekh As-Suhaimi di atas sama dengan perkataan Sayyidina Ali 

الناس صنفان اما اخ في الدين او نظير لك في خلق الناس

Manusia ada dua kelompok saudaramu dalam agama atau saudara dalam penciptaan (kemanusiaan).

Dari keterangan di atas bisa di simpulkan, mari kita jaga NKRI ini dengan meningkatkan tiga Ukhuwah yang udah di terangkan di atas dan membuat negara ini menjadi بلدة طيبة ورب غفور

Penulis : Nasir Irvan (Sekejen PCNU Tarakan)

Sumber FB : NU Tarakan membagikan postingan.

31 Maret 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menjaga NKRI dengan Bingkai Persaudaraan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait