Menafakuri Permulaan Surah al-Hadiid

Menafakuri Permulaan Surah al-Hadiid - Kajian Islam Tarakan

Menafakuri Permulaan Surah al-Hadiid

Saudaraku. Suatu kali sedang berceramah hinggaplah seekor remetuk (sejenis serangga). Kita dapat merenungkan, tentang betapa Kemahabesaran Allah dalam menciptakan makhluk seukuran huruf tersebut. Sedangkan kita, manusia, membuat robot saja masih tidak jelas.

Mungkin dari namanya, remetuk, terdengar kurang berwibawa. Tetapi rugi bagi kita bila melihat remetuk tidak ingat kepada Allah, yang telah menciptakan dan memilikinya. Padahal remetuk itu pun bertasbih kepada Allah dengan caranya sendiri. "Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah." Jadi, sekali pun remetuk, kalau dengan melihatnya kita ingat Allah, maka itu sudah menjadi amal.

Remetuk dan manusia sama-sama ciptaan Allah, dan seluruh makhluk milik-Nya hanya hidup sebentar. Segagah apa pun makhluk itu, Allah yang menghidupkannya, yang terus mengurusnya selama singgah di dunia, dan Dia pula yang mematikannya saat tiba waktu yang telah ditetapkan-Nya. Nah, berkaitan hal tersebut, marilah kita bersama menafakuri permulaan dari surah al-Hadiid [57]: 1-6 berikut ini.

"Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Milik-Nya kerajaan langit dan bumi, Dia Yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." Namun Kemahaperkasaan Allah bukan untuk menindas atau menzalimi. Karena Kemahaperkasaan-Nya disandingkan dengan Mahabijaksana, sehingga tidak ada makhluk yang teraniaya kecuali kita menganiaya diri kita sendiri.

Tidak seperti manusia. Banyak orang yang diberi ujian berkuasa lalu malah berlaku sombong dan zalim. Padahal kalau manusia memang perkasa, cobalah untuk menahan penuaan usia dan kematian. Atau tahan agar tidak buang angin saja. Tapi tetap tidak bisa, para raja pun buang angin dan bau lagi. Manusia lemah, bahkan kita sama-sama makhluknya dengan remetuk.

"Dia-lah Yang Awwal dan Yang Akhir dan Yang Zhahir dan Yang Bâthin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu Ada pun seperti awal itu adalah versi kita semata, karena Allah selalu ada. Jadi, kita tidak usah pusing-pusing mencari sebelum atau setelah Allah ada siapa, karena akal kita tidak akan pernah sampai Sebagaimana, "Dia-lah Yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy." Jangan membayangkan "bersemayam di atas Arsy" itu seperti makhluk yang berada di singgasana. Karena kalau misalkan Allah berada di sebuah tempat, maka tempat itu pasti lebih besar dari Allah. Sedangkan Allah Mahabesar. Jadi tidak usah dikejar dengan pikiran kita. Karena akal kita diciptakan Allah sangat kecil, dan mustahil menjangkau semuanya.

Nah, karena Allah Pencipta dan Penguasa segala galanya, maka "Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya." Seperti pesawat-pesawat Drone itu hakikatnya ciptaan Allah, sehingga sama sekali tidak tersembunyi dari-Nya. Apalagi bagi yang suka sms-an tengah malam atau berbisik bisik dalam gelap, pasti diketahui oleh Allah Seluruhnya berada dalam genggaman-Nya.

Jadi, saudaraku. Di mana pun kita berada, apa pun yang kita lakukan, dan apa pun yang kita hadapi dalam hidup ini, jangan pernah merasa sendirian. Allah pasti mengetahui. "Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa saja yang kamu kerjakan."

Misalkan kita salat tahajud. Allah melihat jika sebelum takbir kita merapikan sajadah dengan kaki. Bahkan Allah mengetahui niat kita tahajud, misalnya sebagai modal cerita kepada calon mertua, agar tidak semua yang kita sampaikan nanti tidak ada faktanya.

Begitu juga ketika kita sedang ada persoalan maupun musibah. Jangan pernah merasa sendirian, sehingga dengan masalah itu kita menganggap seolah hidup ini sudah berakhir. Bagaimana pun kejadian atau ujian yang kita terima, maka segera ingat dan kembalikan kepada Allah. "Milik-Nya kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Di balik itu akan ada berlembar-lembar hikmah lembut yang pasti baik

Pokoknya, dalam keadaan apa pun, jangan pernah merasa sendirian. Si remetuk yang hinggap tadi juga terus bertasbih dan tetap tenang. Seperti kata orang yang sudah merasakannya, 'sendirian' dalam arti berduaan dengan Allah itu sungguh nikmat. Air mata ingat kepada Allah, air mata bertobat, air mata bersyukur dan cinta kepada-Nya bisa memadamkan api neraka.

Jadi, saudaraku. Selama di tempat 'hinggap ini, kita harus benar-benar menancapkan di hati bahwa Pencipta, Pemilik, Penguasa, Penentu, dan tempat kembali segala galanya yang ada di langit dan di bumi adalah Allah Swt. Tuhan semesta alam. "Dia-lah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati."

Sumber : Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah Jilid 2

Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar 

Favorit  · 13 Februari 2021 pada 20.00  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menafakuri Permulaan Surah al-Hadiid". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait