Mengenal Kajian Fiqih Ikhtilaf

Mengenal Kajian Fiqih Ikhtilaf

Fiqih Ikhtilaf

By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Kajian fiqih ikhtilaf di negeri kita termasuk kajian yang asing dan kurang dikenal. Apalagi di tengah eforia muslim perkotaan yang punya 'libido' tinggi dengan segala yang berbau agama. 

Mereka kebanyakannya lagi jadi kader militan atas nilai-nilai yang sedang mereka 'perjuangkan', meski pada dasarnya tidak ngerti-ngerti amat duduk masalahnya.

Maka jadi unik dan unyu-unyu. Perkara yang para ulama masih berbeda pandangan, belum final, oleh mereka dianggap masalah aqidah paling dasar yang harus dibela dan diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan.

Dan untuk memperjuangkan masalah yang khilafiyah itu, kalau perlu gunakan segala cara. Mulai dari memaki-maki, membuli, menghujat, hingga membuat daftar anggota kebun binatang. 

Nauzdu billah tsumma naudzu billah.

Tapi masalah seperti ini memang susah-susah gampang sekaligus juga gampang-gampang susah. 

Tidak mudah memberikan pencerahan, kalau orangnya sendiri belum siap diberi pencerahan.  Khususnya kalau lagi puber agama. Justru agak susah, karena mentalnya masih rada kombatan gitu. 

Saya sendiri baru mengenal kajian fiqih ikhtilaf ketika kuliah S1 di Fakultas Syariah jurusan Perbandingan Mazhab LIPIA.

Tadinya saya sama saja, tidak ngerti dan tidak siap. Plonga-plongo juga. Hehe

Pengalaman ikut perkuliahan pertama kali jelas terasa aneh. Rasanya kiamat sudah terjadi. Saya tidak terima menghadapi fakta adanya mazhab-mazhab fiqih yang sedemikian banyak. 

Tadinya saya mengira, dosen akan mendoktrinkan satu pendapat saja dan pendapat yang lain karena sudah dianggap marjuh, sehingga cukup dibuang ke tong sampah saja.

Ternyata perkiraan saya meleset. Pas test tengah semester (biasa disebut a'malus-sanah), saya hanya menghafalkan pendapat yang paling rojih saja berikut dalilnya. 

Ternyata soal yang keluar tidak begitu. Kami disuruh menyebutkan semua pendapat yang ada, mau rajih atau tidak rajih, pokoknya semua harus dijabarkan. Wah ini musykilah kubro. 

Selesai?

Belum. Ternyata harus disebutkan juga siapa saja nama para ulama yang berbeda pendapat itu. Harus jelas siapa namanya dan dia bilang apa dalam masalah itu.

Ini tentu merepotkan sekali. Sebab saya sudah terlanjur tidak setuju dengan pendapat itu, ngapain juga harus disebut dan dihafalkan segala?

Dan soal ujian masih ditambah lagi : sebutkan dalil yang digunakan oleh masing-masing ulama itu. Wah ampun dah. 

Gimana ya, kan saya sudah tidak suka pendapat itu. Saya sejak awal sudah benci dengan pendapat itu, termasuk tidak suka juga kepada ulama yang punya pendapat itu. 

Lha terus kenapa saya kudu menyebut-nyebut namanya? Buat apa? Benci ya benci. Udah tidak usah diingat-ingat. Buang ke tong sampah, habis perkara. 

Bukankah seharusnya pendapat itu saya caci maki, setidaknya saya sumpah-serapahi? Sebab dia kan musuh agama, perusak Islam dan bla bla bla. 

Kira-kira begitulah pemikiran awam saya kala itu. Pokoknya saya stres, tidak bisa menerima kenyataan. 

Saya tidak terima kalau agama Islam warisan Nabi SAW ini 'dirusak' oleh mereka yang ngaku-ngaku sebagai ulama. Pakai acara berkhilafiyah segala pula. 

Buat apa Al-Quran dan Sunnah itu? Mereka kan ulama, harusnya tahu dong. Masak nggak baca Quran sih? 

Terus juga kan ada hadits, masak sih pada nggak baca hadits? 

Logika saya saat itu, perbedaan pendapat itu gara-gara para ulama itu telah meninggalkan Al-Quran dan Hadits. Itu biang keladi permasalahannya menurut saya kala itu. 

Maka di awal itu saya rada males ikut kuliah Fiqih, karena dalam pandangan saya, Fiqih itu sebuah kedunguan berlipat. 

Bagaimana tidak dungu? Ada Quran Sunnah, malah dibuang tidak dipakai, malah cari-cari sumber selain keduanya. 

Begitu itulah saya waktu itu. Kacau kan?

oOo

Kalau hari ini saya mendapati banyak kalangan yang masih punya jalan berpikir kayak saya dulu itu, saya pun maklum sambil senyum-senyum sendiri. 

Ya gue dulu kayak elu gitu, persis bro. Elu itu gue bingit . . .

Bedanya saya sudah melewati masa itu sekian puluh tahun yang lalu, sedangkan ente baru hari ini. Ada interval yang cukup jauh sampai akhirnya nanti sadar dan paham sendiri. 

Saya memandang, mungkin memang demikian sunnatullahnya. Mulai dari jadi orang awam dan jahil tapi belagu banyak omong dan banyak cingcong, lalu lama-lama nyadar perlahan-lahan dan akhirnya dapat hidayah. 

Syaratnya kudu ketemu dengan sumber-sumber yang valid dan ekspert di  bidang fiqih muqaranah dan fiqih ikhtilaf. Sebab kalau tidak, tetap dalam kegelapan abadi dan keawaman yang akut. 

Dan saya bersyukur dulu kuliah di Fakultas Syariah. Ketemu lah dengan banyak doktor dan profesor yang hebat-hebat. Mereka punya pandangan luas, dan jam terbang yang amat tinggi. Saya belajar kepada ekspertnya, walaupun di awal-awal sikap saya itu benar-bemar 100% menyebalkan. Hehe

Saya ini ibaratnya orang yang tersesat tapi alhamdulillah tersesatnya di jalan yang benar. Saya kira itu bentuk hidayah tersendiri buat saya. Sempat berada di bawah cengkraman singa lapar, tapi entah bagimana singanya nggak konsen, lalu saya bisa melepaskan diri dan selamat. 

Tinggal singanya sekarang lagi bengang-bengong sendirian. Sori ya singa. 

Hari ini selain saya sibuk menjelaskan peta perjalanan, mengajarkan fakta-fakta fiqih ikhtilaf, mengajarkan cara bijak dalam menyikapinya.

Saya lagi sibuk menyelamatnya orang-orang dari terkaman singa-singa lapar. Ya kalau cuma cakaran singa sih ada juga bekasnya disana-sini. Kadang juga ada bekas jilatan lidah singa yang sekasar amplas itu. Jamak lah, lagian itu resiko yang otomatis harus saya terima. 

Menyelamatkan orang dari cengkraman singa, kalau singanya ngamuk lalu kena sabetan cakar singa, sudah pasti lah itu. 

Namun saya tetap istiqamah, karena saya yakin Allah SWT pasti menyertai. Makanya saya tidak lupa tiap hari mendoakan semuanya, siapa saja, biar dapat ilmu yang bermanfaat.

ربنا انفعنا بما علمتنا     رب علمنا الذي ينفعنا

رب فقهنا وفقه أهلنا    وقرابات لنا في ديننا

مع أهل القطر أنثى وذكر

Sumber FB : Ahmad Sarwat

2 Oktober 2020 pada 09.06  · 

beberapa komentar :

Noor Medani
Aamiin
Tulisan yg sangat bagus Ustadz menggambarkan persaan seorang penapak jalan ilmu fiqih & khilafiyyahnya👍
لا ينكر المختلف فيه وإنما ينكر المجمع عليه
اختلاف الأئمة رحمة للأمة

Abufaiz Sobri
Selalu membaca sampai tuntas isnyaAllah....kalau yg lain biasa di skip....apa ini namanya cinta...hahahah😊😄😃

Ahmad Sarwat
Abufaiz Sobri kayak judul atau lirik lagu hehe

Franky Setiawan
Wah ini penjelasan yang komprehensif alasan kenapa gak boleh pakai kacamata kuda kalau belajar...

Imam Arifin Senche
Sekelas LIPIA sebenarnya ngajarin ikhtilaf jg ya, tapi kenapa stigma alumninya di lapangan malah... Yg jelas, yg bisa saya ambil dr tulisan ini, teruslah belajar hingga paham, dan amalkan ilmunya biar ada manfaatnya....

Ahmad Sarwat
Imam Arifin Senche jadi gini, LIPIA itu kan ada level-levelnya. Kelas paling dasar itu persiapan bahasa, disebut I'dad Lughawi. Cuma 2 tahun. Konsentrasinya belajar bahasa Arab, tidak ada pelajaran fiqih perbandingsn mazhab.
Tapi nama LIPIA lebih banyak diwarnai oleh kelakuan anak-anak i'dad lughowi ini.
Mereka menyandang nama LIPIA, padahal mereka sama sekali tidak pernah belajar fiqih perbandingan mazhab.
Kalau kuliah di LIPIA sampai lulus fakultas Syariah, pasti ngerti fiqih ikhtilaf. Karena core bisnisnys memang disitu.
Nah uniknya, yang pada lulus fakultas syariah itu malah banyak yang menekuni bidang lain. Ada yang jadi ahli ruqyah, anggota DPR, bikin bisnis travel haki umroh, bikin pesantren dan macam-macam.
Yang menekuni pelajaran sewaktu kuliah amat terbatas. Padahal yang lebih pinter dari saya sangat banyak. Tapi mungkin mereka tawadhu'. Hehe

Imam Arifin Senche
Ahmad Sarwat makasih Pak Ustadz pencerahannya.

Muhammad Ihsan Amd
Ahmad Sarwat Saya banyak belajar dari Ustadz-ustadz lulusan LIPIA yang jadi Ahli Ruqyah.

Mohamad Andry Surya Permana
Penjelasan ini lah yang saya cari, ustadz.. karena stigma LIPIA banyak yg berkembang di obrolan2 orang awam di beberapa majelis ta'lim, yg pake metode cocoklogi 😅 , macam kampusnya "Wahabi" lah, ada pengaruh "IM" Mesir lah, dll..

Ayah Fatih
Malah ana dengar Gus Ulil juga lulusan/pernah belajar di LIPIA... Apa betul begitu ustadz Ahmad Sarwat 😁🙏

Sammy Fattah Hidayat
Dalam ilmu psikologi ini namanya efek Dunning Kruger, orang yg kemampuannya masih dangkal di suatu bidang ilmu seringkali overestimate thd kemampuannya sendiri, ini berhubungan dg bias kognitif mengenai sebuah ilusi superioritas diri akibat kegagalan dalam mengenal kekurangan ilmu yg dipunyainya.

Ahmad Sarwat
Sammy Fattah Hidayat wah keren ini analisanya👍

Handoyo Sartono
Yaa.. begitulah dinamika para darah muda

Ahmad Sarwat
Handoyo Sartono Darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalaaa ah ah ah...😃

Rudy Fahlevi
Ahmad Sarwat lirik lagu yg dihapal sesuai dengan jaman dan pengalamannya ...😁

Hendri Maulana
Ahmad Sarwat Darah muda perlu berkelana, supaya ketemu satria bergitar, syukur2 bisa menggapai matahari.

Edi Humaidi
Ahmad Sarwat Teeeettt .. darah muda ciptaan haji Roma irama !!! 😁

Fahmy Istichlal
Artikel yg seperti ini selalu dibaca sampai tuntas, klo ebook didownload baca sedikit trus lupa nerusin 😅

Juweni Ribizain
itu yang terjadi sekarang tadz dan makin banyak..
mungkin efek dari medsos juga..
saya juga gx jarang lihat komentar miring ttg ustadz ..pokoe ngeri2 sedaaap
masih banyak yang menganggap khazanah keilmuan islam itu hanya sebatas air di ember yang dia miliki padahal khazanah keilmuan islam itu lebih luas dri lauta

Fath Arini
Izin share, ustadz

Batin Pemapah Suku Suku
fiqh ikhtilaf mengajarkan kpd pengkajinya untuk bersikap tasammuh, begitukah Ustadz...?

Leon Stibr
Tulisan yang sangat penting ini Ustadz..
Persoalan yang sangat besar saat ini ada di banjirnya informasi. Orang dengan tingkat literasi rendah malah mendapatkan "ilmu" yang keliru, dibarengi pula dengan stimulus terus menerus terhadap nafsu: "sumber saya paling soheh - yang lain salah"

Wahyu Garay
Saya jd ingat, saya pernah ngomong pd adik saya, tuh ustadz Ahmad Sarwat dah dapet hidayah, Lo kapan?😁

Muhammad Ikmal
Efek dr kegagalan pndidikn agama di sekolahan...

Zainul Hasan
mantap.tadz ulasannya

Muhammad Ikmal
Terima kasih informasinya Ustadz ... sy baru tahu klo d LIPIA tnyata mngajarkn fiqhi Ikhtilaf. Soalx yg sy prnh kenal lulusan LIPIA (spertix radikal cr brpikirx n tmpilanx pun sprti ala timteng n dikit pke istilah arab) Maaf ini mngkin hx person n minimx knalanku ank lipia🙏

Irhami Syukur
Kenapa yg ikut kajian "sunnah" malah punya hobi mencaci maki?

Arif Rusman
mungkin lho pak,
biasanya atas-atas nya sampean (ayah ibu, kakek nenek keatas) itu orang-orang yang sangat paham agama, jadi barokah doanya nyampe ke anak cucu, ketika akan salah jalan, ada aja jalan kembali.
temanku kebanyakan begitu, ada penjudi kelas kakap, sampe habis semuanya. sekarang ya lumayan dekat dengan agama, pas aq tanya, ternyata kakeknya penjudi, tapi neneknya pengikut thoriqoh.
dan banyak kejadian lain yang harusnya dia salah jalan dan tak bisa ditolong, tapi tiba-tiba bisa tobat
maaf kalo kurang berkenan 🙏

Ahmad Sarwat
Arif Rusman mungkin juga ...

Andika Priyandana
Saya beneran senyam-senyum dan hampir ketawa pas Ust. ngetik "musykilah kubro". 🙂.

Said Nur
Itulh yg terjadi saat ini

Mas Santo
dan masih banyak yg seperti itu..merasa sudah paling sunah dan yg lain bid ah..merasa paling lurus yang lain di cap sesat..semangat beragama tinggi namun pengetahuan minim..endingnya tuduh sana sini..

Toyo U Akh
Izin share ya ustadz 🙏

Ibnu Widihandoko
Menurut saya masyarakat perkotaan lebih terbuka dengar perbedaan dibanding pedesaan walaupun dari pendalaman agama kurang

Fauzan Azhime
Barakallah ustadz smga antum selalu dijaga Allah

Isran Efendi
andaikan air laut di jadikan tinta pena untuk mencatat ilmu allah SWT,di tambah tujuh lautan luas sekalipun masih akan kurang.
Sayanya hari gini masih banyak umat Islam yg acuh dengan ilmu fiqih,terutama fiqih Ampat Mazhab,fiqih ikhtilaf.
Artikel kajian ilmu fiqih dri ustadz jarang saya lewatkan..🙏🙏🙏

Ibay Hanafiya Ibay
Perjalanan dakwah masih panjang ustadz, semoga bisa merajut persatuan ummat yg didamba...
Semangat ustadz!!

Dedi
MasyaAllah tulisan ustadz selalu menginpisrasi semua orang yg membacanya biar pun agak panjang tapi selalu nyaman unt di baca dan di Hayati .
Syukron tadz atas ilmunya , semoga Ustadz sehat selalu .
Barakallahu fiik .

Ali
Perjalanan yang mirip, menemukan "keanehan" saat ikut bergabung dg kaum militan, namun beda ujung.
Kalau Ustadz Syarwat memilih memperdalam ilmu agama sehingga menjadi Ulama yang berwawasan luas, saya memilih cukup menjadi Muqallid para ulama yang berwawasan luas 😁

Tri Aguza
Alhamdulillah semoga ustadz selalu menjadi pelita yang memberikan pencerahan bagi awam seperti saya dan yang lain. Aamiin

Heylinux Gustaf Newmen Asmara
contohnya si anu yg anu dikit dikit haram riba bidah ...wissss poko kabeh neroko kecuali ikut kelompokku

Arek Hayhata
نفعنا الله اجمين ...
Izin share ustadz 😀

Mukhlas Ahmad Sakri
Aamiin YRA.

Optik Citra Pandeglang
Share WAG ya Pak Ustad,semoga orang yg panatisme berlebih bisa terinsfirasi.

Saiin Mustofa
MasyaAllah sangat mencerahkan Ustad.
Puber Agama...istilahnya keren 😊

Arief Setiawan Marsis
Ahmad Sarwat
Setelah baca ini, saya teringat waktu dulu juga, hampir dimangsa singa.
Alhamdulillah tadz, sekarang sudah lepas dari singa. Sekarang saya ingin seperti ustadz, menyelamatkan orang-orang dari gigitan singa.
Tapi, ya yang namanya singa, pasti ngelawan balik, kena cakar singa juga pernah.
Izin share tulisannya ustadz.
Tulisan ini juga mirip dengan yang pernah saya dengar dari kajian ustadz Abdullah Al Jirani tadz, beliau lulusan Mahad Hadits Dammaj Yaman.

Umarwan Sutopo
😀😀😀👍👍 istamir ya Maulana

Fadli
Bahayanya sekarang cengkraman singa itu mengarah ke anak2 yang masih labil ustadz

Bagus Adita
Guru kami di surabaya jg alumni Lipia dan kuliah di ibn saud, alhamdulillah masih aswaja ala nu. Tp ya gitu skrg lipia lebih mencolok yg alumninya koar2 bidah, kufar, syirik, salah ini salah itu 😔

Devi M Putra
Alhamdulillah ustadz melalui anda Allah SWT meluaskan wawasan saya mengenai hal yg anda ceritakan d atas,, dan saya sangat bersyukur sekali. Terimakasih ustadz ahmad sarwat

Hery Prasetyo
# nek tulisane ngono kwi aku mudheng komandan, tpi sing tulisane mubeng sirahku dadi Melu mubeng 😃 top markotop

Fatchur Aminudin
Jargon kaum milenial puber beragama " KEMBALI K ALQURAN DAN SUNNAH"

Umar Sairi
Fatchur Aminudin jargon kaum santri "kamu saja yg kembali kami tdk pernah pergi kemana2(Qu'ran sunah)

Abd Latif
Izin share ustadz

Lukman Hakim
Barakallahuu...leres pisan pak ustad..ketika menuntut ilmu agama kalau kita selalu berlindung pada allah swt dengan segala ilmu yg didapat
.insya allah ..allah akan bimbing kita pada dasar2 ilmu agama yg benar bermanfaat buat kita dan lingkungan..dengan meningkatnya iman dan taqwa kita kepada allah swt..dan kita malah lebih malu lebih dekat berusaha lebih taat lagi lebih rindu kepada tuhan kita allah swt dan kanjeng nabi muhammad SAW ..

Hala Chan
Ijin share Ustadz🙏

Saridin Arrandubilatungi
Assalamualaikum
Ust saya mau tanya masalah istilah aqidah ahlus sunah.Dalam hal ini juga terdapat beberapa ulama panutan, apakah mereka juga berbeda pendapat, walaupun mereka diakui golongan ahlus sunah waljamaah.
Dalam hal ini, bagaimana sikap yang benar,sebagaimana menyikapi ikhtilaf dalam fiqih.syukron.

Arief Setiawan Marsis
Selama berbeda pendapat dalam hal pendapat madzhab fiqih, mereka masih ahlus sunnah wal jamaah dan yang paling penting mereka masih semanhaj juga.
Yang repot kan, klo beda pendapat kemudian dibilang beda manhaj.
Bener gak Ustadz Ahmad Sarwat?

Abdullah Abdul Kodir
Bersyukurlah sudah melewati masa2 itu,,dan mampu melewati masa2 itu.karena masa2 itu keras.
Karena jikalau saya yg melewati masa2 itu,,mungkin sudah....??? Karena tak mampu.
Aah... Sudah laah..👍

Atikah
"Elu itu geu bingit"..😇😂

Eka Setiawan
Alhamdulillah ustad.. Smg hidayah tersebar ke para wahabier

Amir Santoso Rafathar
Barakallahu.... ustadz 🤲🏻

Dendy Kuncoro
Barakallah

Edi Humaidi
saya termasuk yang beruntung, banyak mendapat pencerahan lewat artikel-artikel di website Rumah fikih Indonesia ..
Terimakasih ustadzi 🙏
©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Mengenal Kajian Fiqih Ikhtilaf". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait